Thursday, May 13, 2010

Uji Tanah

Uji soil dilakukan dalam berbagi macam bangunan di maksudkan untuk mengetahui kemmpuan dan daya tahan tanah tersebut. Dalam pengujian soil ada beberapa hal yang dilakukan diantaranya pengujian porositas dan permeabilitas. Selain itu dilakukan juga analisa ukuran butir.
Salah satu uji soil yang dilakukan yaitu : uji kepadatan.
Hasil uji dapat digunakan untuk menentukan berat isi material di lapangan yang dipadatkan pada konstruksi timbunan tanah, urugan jalan dan urugan bangunan. Untuk mengontrol konstruksi, metode ini dapat dipakai
sebagai dasar untuk menilai material yang telah dipadatkan untuk mencapai berat isi tertentu atau prosentase berat isi maksimum yang telah ditentukan oleh cara uji di laboratorium.
Cara uji
dalam metode ini mencakup dua prosedur yaitu prosedur A (berat isi total material) dan procedure B (berat isi farksi control dan fraksi yang berbutir lebih besar). Peralatan timbangan dengan kapasitas dan bacaan yang sesuai dengan berat dan prosedur teknik untuk dimensi sumur uji dalam rentang volume 0,08 sampai 2,83 m 3, oven pengering, saringan no.4 dan saringan 75 mm dan lain-lain. Cara uji prosedur A digunakan untuk menentukan berat isi total material, dan juga untuk menentukan prosentase pemadatan atau kepadatan relative jika ukuran butir maksimum pad contoh uji tidak melebihiukuran butir maksimum yang diijinkan untuk kepadatan di laboratorium sesuai SNI 03-1742-1989. ProsedurB dipakai jika perlu menentukan prosentase pemadatan atau kepadatan relative material di lapangan yangmengandung butir-butir lebih besar dari ukuran butir maksimum yang diijinkan untuk uji pemadatan laboratorium SNI 03-1742-1989. dalam hal tersebut, material dianggap terdiri dari 2 farksi atau bagian yang secara fisik dibagi menjadi fraksi control dan fraksi ukuran yang lebih besar dari ukuran ayakan yang telah
ditentukan. Penggalian sumur uji, dengan memakai peralatan seperti skop, pahat, pisau, jeruji dan lain-lain, gali bagian
tengah sumur uji. Pemakaian peralatan berat seperti backhoe, atau kerekan mekanik atau hidraulik dapat
digunakan untuk membuang butir-butir besar.
Masalah konsolidasi pada tanah lempung dalam rekayasa geoteknik merupakan hal yang sangat penting, selama ini analisis yang sering dipakai menggunakan teori konsolidasi 1-D dari Terzaghi (1924), di asumsikan deformasi dan pengaliran excess pore water pressure hanya arah vertikal saja, dan hubungan tegangan—regangan tidak tergantung waktu. Biot (1941) memperluas teori konsolidasi Terzaghi dengan memperumum proses pengaliran excess pore water pressure dan regangan yang terjadi keruang 3-D (Nulty Dimensional Case), hubungan tegangan-regangan, dan excess Pore Water Pressure tergantung waktu (fungsi transient), yang didalam solusinya melibatkan proses peng " couple "an dari hubungan tegangan-regangan - deformasi dan pengaliran melalui media porous. Pada penelitian ini dipelajari hubungan tegangan - regangan - waktu dari konsolidasi Biot, dengan analisis elemen hingga , yang telah diimplementasikan pada program aplikasi PLAXIS, direview kembali teori dasar pemodelan tanah dan konsolidasi. Selanjutnya dengan Program aplikasi tersebut disimulasikan pelaksanaan Pembangunan Dam Sei Rempang dipulau Batam yang dalam pelaksanaannya menggunakan Vertikal drain, dengan sistim monitoring terdiri dari Settlement plate, Pneumatic Piezometer dan Inclinometer. Pada studi ini dilakukan verifikasi vertikal drain yang terpasang dilapangan dari kondisi setempat-setempat kekondisi plane strain, dianalisis excess pore water pressure, penurunan veriikal, horizontal displacement, tegangan, regangan terhadap waktu, dan tegangan-regangan, dengan menggunakan model Soft soil (Cap), dibandingkan dengan perhitungan analitis, dan kuantitatif yang terukur dilapangan. Hasil studi menunjukan bahwa : adanya kesesuaian dari respons program Plaxis, terhadap kuantitatif yang terukur dilapangan dan perhitungan analitis, diperoleh : excess pore water pressure yang dibangkitkan pada respons Plaxis hari ke-215, 24,725 kPa, lapangan 24,53 kPa dan analitis 3204 kPa, dengan derajat konsolidasi rata-rata yang dicapai sampai hari ke—320, Plaxis 88,95 %, lapangan 88,08 % dan analitis 90,00 %. Deformasi vertikal respons Plaxis 0.835 m, lapangan 0.80 m dan analitis 0.786 m, horizontal displacement respons Plaids 0.179 m, lapangan 0.30 m. Berdasarkan keadaan tersebut, maka untuk selanjutnya pada pekerjaan yang sejenis bisa digunakan Model Soft-soil.

No comments:

Post a Comment