Thursday, May 13, 2010

Eksplorasi


 Teori Ringkas

Evaluasi Formasi adalah suatu proses evaluasi ciri – ciri batuan dibawah permukaan dengan menggunakan hasil pengukuran lubang sumur (Harsono, 1994). Pengukuran pada lubang sumur ini dapat digolongkan secara garis besar dalam 4 kategori yaitu :
*      Log Operasi pemboran : Terdiri dari berbagai log pengukuran pada operasi pemboran seperti Log Lumpur (Mud Log),MWD, LWD.
*      Analisa inti
*      Log sumur dengan kabel, antara lain mencakup : Electrik, akustik, radioaktif, serta electromagnetik.
*      Uji Produksi Lapisan.
Pada saat pengeboran berlangsung, lumpur yang akan digunakan menginvasi lapisan – lapisan yang permeable. Invasi ini terjadi setelah mudcake terbentuk pada lubang sumur. Invasi ini akan membentuk beberapa zona – zona
a. Invaded zone atau Flushed Zone : adalah zona yang terkontaminasi dimana zonasi lumpur masuk kelapisan – lapisan permaeble formasi bahwa permukaan. Termasuk
dalam hal ini Transition zone.
b. Uninvaded zone : merupakan zona yang tidak terkontaminasi dimana lumpur pengeboran tidak mencapai zona ini sehingga resistivitas yang terbentuk dizona ini adalah resistivitas hidrokarbon sebenarnya (Rt).
Perhitungan saturasi air (Sw) pada zona yang tak terkontaminasi (Univaded zone) dapat dilakukan jika faktor formasi (F), resistivas sebenarnya (Rt) dan resistivas air formasi (Rw) telah didapatkan. Berdasarkan Harsono, 1994 bahwa resistivas sebenarnya adalah resistivas batuan yang mengandung hidrokarbon dan air formasi didaerah yang tidak terkontaminasi (Univaded zone) merupakan resistivas oleh air Φyang berada dalam formasi. Foktor formasi adalah sebuah fungsi porositas(Φ), faktor sementasi /tortuosity (m) dan koofisien (a) yang tergantung pada litologi. Berdasarkan pengamatan laboratorium, hal ini telah menunjukan bahwa hubungan formasi pasir bersih, dan faktor formasi dapat dijelaskan deΦngan rumus :
                     F=a/Φm
Untuk batupasir yang tidak terkonsolidasi, Humble equation digunakan oleh para log analisis untuk menghitung faktor formasi (Harsono, 1994). Dalam hal ini juga faktor formasi yang digunakan dalam menghitung Clean sand formation pada Gabus Atas adalah F= 0.81/Φ2. Untuk ShΦaly sand formation, dihitung F= 1.65/Φ1.33 (Setelah Carothers, 1958 dalam Asquith dan Gibson, 1982).
Biasanya, nilai resistivitas air formasi disebabkan oleh perubahan temperature formasi kedalaman. Nilai tersebut akan meningkat dengan adanya peningkatan salinitas air permukaan atau temperature. Peningkatan temperatur pada lubang sumur ditentukan dari data kepala well log untuk menghitung peningkatanresistivas resistivas lumpur (Rm), resistivas mudcake (Rmc), dan resistivas filtrasi lumpur (Rmf).
Setelah menentukan Rt, Rw, dan F, maka saturasi air (Sw) untuk Clean sand formation dapat dihitung dengan menggunakan rumusan perhitungan sebagai berikut :
Sw = (F x Rw/Rt)1/n............................(Rumusan Archie)
Rumusan yang digunakan dalam menghitung saturasi air pada zona yang terkontaminasi (Flushed zone) adalah
Sxo = (Fx Rmf/Rxo)1/n………………..(Harsono, 1994)
WIRELINE LOGGING
Log merupakan suatu grafik kedalaman (bias juga waktu), dari satu set data yang menunjukan parameter yang diukur secara berkesinambungan didalam sebuah sumur, sedangkan Wireline well logging merupakan pekerjaan merekaan/mencatat data keadaan didalam tanah untuk setiap kedalaman mulai dari permukaan tanah hingga kedalam sumur (Sumantri,1988). Wireline well logging secara umum dibagi menjadi dua macam yaitu ;
  1. Perekaman data dilakukan pada waktu pemboran sumur.
  2. Perekaman data dilakukan setelah penyelesaian sumur (didalam periode Produksi).
Table 2 : perbedaan jenis perekaman data pada Open Hole Logging dan Cased Hole Logging (Sumantri, 1988).

WIRELINE WELL LOG
NO
SUMUR PEMBORAN (OPEN HOLE LOGGING)
SUMUR PRODUKSI (CASED HOLE LOGGING)
1
Data serbuk bor dapat diketahui secara langsung
Data serbuk bor selama produksi dapat dilaksanakan
2
Dapat mengetahui indikasi hydrocarbon dalam lumpur
Tidak dapat mengetahui indikasi hydrokarbon dalam lumpur
3
Dapat merekam data – data Penetration rate, WOB, RPM.
Tidak dapat menentukan data –data Penetration rate, WOB, RPM.
4
Dapat menentukan sifat formasi menggunakan alat pengukur (Sonde) yang diturunkan kedalam sumur menggunakan kabel.   
Dapat merekam sifat formasi menggunakan alat pengukur (Sonde) yang diturunkan kedalam sumur menggunakan kabel.

 
  1. Jenis-Jenis Wireline Log
A.1  Log Gamma Ray
Gamma ray adalah prinsip dasar dari perekaman radioaktivitas atau tingkat radiasi alami dari suatu lapisn bumi. Radioaktivitas gamma ray berasal dari 3 unsur radioaktif yang ada dalam batuan yaitu: Uranium –U, Thorium –Th, dan Postasium –K yang secara kontinyu memancarkan GR dalam bentuk pulsa – pulsa energi radiasi tinggi. Harga defleksi log gamma-ray terekam dalam satuan API unit.
A.2  Log Neutron
      Pada hakikatnya Log neutron digunakan untuk mengetahui banyaknya kandung atom hidrogen yang terdapat dalam batuan. Prinsip kerja alat ini adalah pada aktivitas nuklir, pada pemancaran partikel - partikel neutron secara cepat dari suatu sumber radioaktif yang akan menumbuk kandungan hidrogen dalam batuan.
A.3  Log Densitas
      Log densitas kurva yang menunjukan besarnya densitas dari batuan yang ditembus lubang bor. Dalam log densitas, kurva dinyatakan dalam gram/cc, yang merupakan besaran bulk density batuan. Porositas batuan dapat dihitung bila density matrik (pma) diketahui. Setiap jenis batuan mempunyai harga density matrik berbeda - beda, seperti; batupasir =2,56 gr/cc; batugamping =2,71 gr/cc; batugamping = 2.68 gr/cc; shale atau clay = 2,2 – 2,65 gr/cc. Harga bulk density akan kecil pada batuan yang mengandung gas, dan rendahnya harga densitas dari formasi akan menaikan harga porositas dari log densitas.
A.4  Log Resistivity
      Prinsip kerja dari dari alat ini adalah mengukur kemampuan formasi untuk menghantarkan arus listrik, semakin besar arus listrik yang dapat dialirkan, resistivity batuan semakin kecil dan sebaliknya. Daya hantar listrik merupakan fungsi dari batuan dan jenis fluida yang mengisi ruang pori batuan, maka log resistivity sangat membantu dalam menentukan jenis fluida dalam batuan. Untuk lapisan yang mengandung minyak, gas atau air tawar akan mempunyai tahanan jenis lebih besar dibanding air asin.
A.5  Log Induksi (R-ILD)
      Prinsip kerja dari log adalah menggunakan sistem yang disebut induksi elektromagnetik. Bila arus yang keluar dari kumparan pemancar dibuat konstan, maka besarnya arus yang akan diterima oleh kumparan penerima berbanding langsung dengan konduktivitas batuan yang dilaluinya, sehingga data yang terukur adalah kemampuan batuan untuk menghantarkan arus listrik.
A.6  Log Akustik (Sonic Log)
 Sonic log merupakan log akustik dengan prinsip kerja mengukur waktu tempuh gelombang bunyi dapa suatu jarak tertentu di dalam lapisan batuan. Satuan dari sonic log adalah mikro second per food yang merupakan hasil dari kecepatan gelombang bunyi yang mencapai receiver di dalam formasi.
Tujuan dari penggunaan log sonic adalah untuk mengetahui kerapatan dan porositas batuan. Pada batuaan yang porous, kerapatanya lebih kecil sehingga kurva log sonic akan mempunyai harga yang besar seperti pada serpih organik atau lignit, dan sebaliknya. Log sonic juga berguna sebagai pengikat antara data seismik dengan data sumur.
  1. Interpretasi Log Rinci
B.1   Perhitungan Temperatur Formasi
Dalam perhitungan temperatur formasi (Tf) adalah sangat penting dalam analisa log karena resistivitas pengeboran Lumpur (Rm), Filtrasi Lumpur (Rmf), dan resistivitas mudcake (Rmc) bergantung atas variasi temperatur. Temperatur formasi dapat ditentukan dengan mengetahui beberapa unsur antara lain.
  1. Kedalaman Formasi
  2. Bottom Hole Temperature (BTH)
  3. Total kedalaman sumur (TD)
  4. Temperatur permukaan
Disamping menentukan temperatur formasi dengan metode perhitung ini,kenaikan temperatur atau gradient geothermal juga dapat ditentukan dengan menggunakan kurva linier temperatur formasi diagram koreksi temperatur Horner.
B.2.  Interpretasi Log Gamma Ray
            Dalamtinjauan perhitungan Interpretasi log Gamma ray pada evaluasi formasi ini ditentukan dengan tiga parameter sebagai berikut :
  1. Interpretasi litologi.
  2. Koreksi Gamma ray unyuk Ukuran Lubang sumur dan berat Lumpur.
  3. Perhitungan Vshale.
B.2.1.  Interpretasi Litologi
            Untuk mendapapkan hasil yang akurat, Log Gamma ray harus dikombinasikan dengan data lainnya seperti Log spontaneous dan Log resistivitas. Dalam perekaman data Gamma ray, lapisan batupasir akan ditunjukkan oleh relatif API rendah sedangkan lapisan Serpih akan ditunjukan dengan API tinggi. Oleh  karena Gamma ray selalu lebih besar sengan penunjukan grafik ke kanan, maka grafik kurva yang menunjukan ke kanan ini mengartikan penyerpihan daripada kurva yang ke kiri.
B.2.2   Koreksi Gamma ray untuk lubang bor dan berat lumpur.
            Untuk koreksi Gamma ray untuk lubang bor dan berat Lumpur dapat digunakan dengan melihat analisa awal kepala Log yang digunakan. Data ini kemudian diinterpretasi dengan menggunakan Grafik ’Schlumberger Log Interpretation ’(Sclhumberger, 1991) untuk koreksi Gamma ray terhadap lubang bor dam berat Lumpur.
Faktor koreksi dapat dihitung dengan parameter penentuan t, g/cm2. Parameter ini bertujuan untuk mendapatkan harga faktor koreksi untuk Gamma ray. Perhitungan ini berdasarkan rumusan sebagai berikut :
            T =Wmud         (2.54(d hole) 2.54(d sonde))……………..Sclhumberger, 1991
Setelah itu perameter t, g/cm diplod pada Grafik sclhumberger, 1991 untuk mencari factor koreksi Gamma ray. Dari grafik ini kemudian dapat diketahui factor koreksi pada pembacaan Log Gamma ray. Untuk mendapatkan Gamma ray terkoreksi, dapat menghitung dengan mengalikan factor koreksi dengan Pembacaan Log Gamma ray.
B.2.3.  Perhitungan Vshale
Dalam hal perhitungan Vshale, jenis dan serpih kandungan radioaktifnya harus konstan dalam susunan stratigrafi. Sebelum perhitungan terlebih dahulu mesti dilakukan perhitungan Indeks Gamma ray sebagai berikut :
                            IGR = GRlog – GR min
                                      GRMaks –GRMin               
             
  
.



 


























  

No comments:

Post a Comment