Pembentukan stratigrafi sangat erat kaitannya dengan pembentukan batuan alas. Pembentukan batuan alas tersebut sangat panjang untuk diceritakan dan kedudukannya merupakan sesuatu yang kompleks dalam proses kristalisasi batuan metamorf yang mana mendasari suatu cekungan sedimen. Pada zaman tersier awal batuan sedimen menempati posisi yang baik yang terjadi dilingkungan kontinental.
Munculnya plat tektonik serta kemajuan teknologi dan proses pembelajaran dari proses batuan metamorf pada suatu kawasan secara berangsur-angsur menghapus kekeliruan penafsiran yang selama ini terjadi.
Kepulauan Indonesia yang luas dibentuk oleh dua buah kontinental yang saling bertemu dimana plat euroasia menunju kearah barat dan plat australia menuju kearah timur sehingga terjadi zona benturan pada pertengahan tersier. Perubahan yang secara cepat pada zaman tersier itu merupakan suatu kajian yang cukup alot dalam dua decade terakhir ini. Sedangkan penelitian lain pada bagian-bagian dari masa kontinental kebanyakan dihalangi oleh proses sedimentasi dan proses vulkanik dan permasalahan lain yakni permasalahan logistik.
Tiga jenis orogenesa yang utama dikenal di Indonesia adalah:
1. Tipe sunda
Mewakili type mesozoik yang sambung menyambung dari bagian tenggara kawasan sunda dan pada zaman neogen keseberang Sumatra, jawa, dan nusa tenggara. Benturan continent yang kecil dicurigai terjadi pada meratus karang sambung.
2. Tipe makassar
Pergeseran pada meratus karang sambung , mendasari terjadinya proses subdaksi obduksi yang terjadi pada kala oligosen dan miosen terdiri atas lengan timur sulawesi yang mana berasal dari sedikit kontinen Australia yang bergabung kesulawesi.
3. Tipe banda, merupakan kerakteristik dari awal tubrukan yang dilanjutkan dengan obduksi yang sangat cepat ditepi laut Australia yang pasif yang terjadi pada kala oligosen dan miosen yang berturut-turut.
Pemahaman Indonesia dari presfektif geologi dalam menyikapi landasan pembentukan kerak di Indonesia belum selesai, walaupun kontribusi penting telah didokumentasikan. Mengenai proses terjadinya tektonik perlu study lebih lanjut terutama masalah ophiolit dan relasi proses methamorfisma .
A. Paleozoik
Bagian dari asia tenggara menunjukan tanda-tanda kerak benua yang tertua pada masa paleozoik. Hal ini mencakup bagian yang kecil dari philipina, Indonesia, guinea baru, dan bagian yang utama terdiri dari hampir semua daratan bagian asia kebanyakan dari Sumatra. Borneo bagian barat daya dan barat laut yang saling menindih. Sabuk ofiolite saling berkaitan dan keseimbangan proses geologi menunjukan bahwa bagian yang utama ini adalah suatu mozaik dari suatu fragmen yang berbeda. (staufer 1983)
Barisan pegunungan dipulau Sumatra terdapat pada jajaran pulau dibagian barat Sumatra yang terdiri dari sebagian besar karbonatan untuk batuan mesozoik. Dimana telah mengalami proses perubahan yang sidikit- demi sedikit dan sebagian besar mafik keintermedit vulkanic, vulkanik klastik, sate, phyllites, wackes, dan batu gamping. (halaman dan muda , 1981)
Fosil yang paling tua ditemukan di daerah barat laut pulau kalimantan. Dimana pada batu gamping karbonat dan batu pualam yang terdapat fosil fusulinides. Sebagian muncul dalam kawasan yang kecil pada kalimantan barat (emchoven, 1939) dan serawak (sanderson, 1966). Batu gamping devon ditemukan oleh vitamp pada tahun 1925 yang berasumsi bahwa batuan tersebut sama dengan batuan pada zaman Permian (sugiaman & andria, 1999). Di kalimantan batugamping dan pualam tersisipkan schist, phylite dan kwarsit dengan dengan garnet yang utama menyusun batuan kumpulan facies greenschit. Di kalimantan batugamping yang termetamorfosa dipengaruhi oleh granit biotit yang menghasilkan K-Ar yang menunjukan zaman premian keakhir trias.
B. Mesozoik
Pada Indonesia bagian barat, batuan mesozoik biasa terdapat pada pulau Sumatra. Pulau jawa dan kalimantan. Batugamping trias ditemukan disumatra barat diatas batu gamping premian.Batuan granit banyak terdapat di kalimantan barat dimana terdapat zona hancuran yang kuat.Keterdapatan biotit dari peninggalan trias pada batuan yang terubah tersebut. Fosil pada masa jura telah diketemukan pada beberapa tempat didaerah tersebut. Interval jura - trias dapat membentuk suatu tingkat strata. Di daerah barat sangat berbeda yang nampak pada bagian akhir trias sampai awal jura dalam hitungan sequen sedimentary yang mana hanya terjadi sedikit deformasi akhir jura terjadi suatu peristiwa yang mengakibatkan laut mengalami penurunan dan terangkat batu gamping membentuk facies margin pada suatu bagian utara yang kelihatan berisi dominan creataceous berpasir turbidites dan batu gamping lumpuran mengandung zat kapur (Williams et al. 1989).
C. Kenozoik
Kenozoik atau tingkatan sedimen tersier di Indoneesia sebagian besar berada pada ketidakmungkinan sebeulm terjadinya landasan dari kristalisasi pada tersier.Sedimen pada zaman tersier mengalami perulangan ketebalan tidak hanya antar tempat – tempat pengendapan tetapi ada yang terjadi pada suatu tempat pengendapan itu sendiri. Akumulasi maksimum 6000 meter ditemukan disumatra utara sedangkan Sumatra selatan berisi 3500-4000 meter. Didaerah sunda ketebalan maksimum 3400 meter.Di kalimantan timur samapai 3500 meter yang dalam masih pada zaman Miocene Pulau jawa secara umum dibawah 2500 meter, karenanya pre- tersier batuan alas belum terjadi secara normal.
Wednesday, May 12, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
makasiih ia infonya...
ReplyDeleteikut copy..
hehe...