BAB III
EVOLUSI TEKTONIK DAERAH PENELITIAN
III.1 Tatanan Evolusi Tektonik Indonesia
Pada 50 juta tahun yang lalu (Awal Eosen), setelah benua kecil India bertubrukan dengan Himalaya, ujung tenggara benua Eurasia tersesarkan lebih jauh ke arah tenggara dan membentuk kawasan Indonesia bagian barat. Saat itu kawasan Indonesia bagian timur masih berupa laut (laut Filipina dan Samudra Pasifik). Lajur penunjaman yang bergiat sejak akhir Mesozoikum di sebelah barat Sumatera, menyambung ke selatan Jawa dan melingkar ke tenggara - timur Kalimantan - Sulawesi Barat, mulai melemah pada Paleosen dan berhenti pada kala Eosen.
Pada 45 juta tahun lalu. Lengan Utara Sulawesi terbentuk bersamaan dengan jalur Ofiolit Jamboles. Sedangkan jalur Ofiolit Sulawesi Timur masih berada di belahan selatan bumi.
Pada 20 juta tahun lalu benua-benua mikro bertubrukan dengan jalur Ofiloit Sulawesi Timur, dan Laut Maluku terbentuk sebagai bagian dari Lut pilipina. Laut Cina Selatan mulai membuka dan jalur tunjaman di utara Serawak - Sabah mulai aktif.
Gambar 3. Tatanan Tektonik Indonesia
Pada 10 juta tahun lalu, benua mikro Tukang Besi - Buton bertubrukan dengan jalur Ofiolit di Sulawesi Tenggara, tunjaman ganda terjadi di kawasan Laut Maluku, dan Laut Serawak terbentuk di Utara Kalimantan
Pada 5 juta tahun lalu, benua mikro Banggai-Sula bertubrukan dengan jalur ofiolit Sulawesi Timur, dan mulai aktif tunjangan miring di utara Irian Jaya-Papua Nugini.
III.2 Evolusi Tektonik Sulawesi
Rekonstruksi paleogeografik daerah sulawesi dan sekitarnya dicoba dengan mengacu pada model Hall, 1996 disertai openambahan data dan modifikasi baik sumber yang baik terbit maupun yang tidak terbit.
Pulau Sulawesi terbentuk akibat berbagai aktivitas tektonik konvergen dan longsoran lempeng India-Australia, Pasifik barat dan keraton Asia yang secara tektonostratigrafi mempunyai fenomena geologi yang kompleks dan rumit,di bangun oleh empat litologi yang berbeda satu sama lain.yakni:
v Mikrokontinen Banggai- Sula – Buton yang tersusun oleh;
Ø Batuan tua berumur Trias Jura dari batuan metamorf dan aloton granit.
Ø Metasedimen dan offiolitm flishch (Buton area)
v Unit Sulawesi Timur yang meliputi;
Ø Batuan kompleks metamorf dan nappe opiolit-melange.
Ø Sedimen laut dalam (Limestone dan red Clystone)
Ø Komplex deformasi/ lipatan Paleogen.
v Unit Sulawesi Tengah (Zona median tektonik) yang terdiri atas batuan sekis dan metasedimen Kapur
v Unit Sulawesi Barat yang merupakan;
Ø Busur vulkanik
Ø Sekis, ofiolitjh (komplex bantimala), Melange Bantimala
Ø Flish & Chart
Ø Sandstone (Paleosen), Limestone (Eosen), Vulkanik (Miosen).
Evolusi tektonik pulau Sulawesi berawal dari pembentukan proto kontinen Sulawesi Barat di zaman Trias didaerah tepian kontinen Kalimantan Timur yang menyusul gerak blok lain sebagai alloton hanyutan fragmen dari tepian kontinen Australia dan lempeng Pasifik Barat.
Tektonisme Mesozoikum dimulai pada zaman Trias Bawah dimana akibat desakan lempeng Pasifik Barat ke tepian Asia menyebabkan subduksi didaerah tepian kontinen Kalimantan Timur. Peristiwa ini disertai dengan deformasi batuan ,kenaikan tekanan-tekanan dan temperatur membentuk kompleks akresi.
Pada zaman trias atas terjadi metamorfisme pada kelompok akresi. Tekanan dan temperatur yang bekerja cukup tinggi sehingga menyebabkan adanya pembentukan lipatan serta terbentuknya sekis biru-sekis hijau.
Gambar : Evolusi tektonik pulau Sulawesi sejak trias sampai jura
Kemudian pada zaman Jura juga terjadi perkembangan tektonik subduksi ditepian Kalimantan Timur menyebabkan sebagian batuan metamorfik Trias hancur tercampur adukkan (remetamorfisme) dengan sedimen tepian dari lelehan lava basal diatas zona Benioff membentuk batuan campur aduk tekanan tinggi yang disebut mélange.
Selanjutnya pada zaman Kapur kompleks akresi berubah menjadi lingkungan laut transgressi yang berkembang hingga daerah trench yang terisi oleh sedimen tepian tipe flysch dan sedimen pelagik chert kearah laut dalam. Disisi Tepian Kontinen terjadi peleburan lempeng dan pencampuran magma membentuk busur magmatisme Kapur yang menghasilkan batuan penyusun formasi Alino dan Manunggal yang di sertai dengan pembentukan akresi dalam kondisi laut regresi.
Tektonisme masa Paleosen dimana kelanjutan dari aktivitas tektonisme pada Kala Paleosen ini menyebabkan kompleks akresi Kapur mengalami subsidensi dalam bentuk pull apart yang disertai dengan pembentukan sedimen deltaik,batupasir Mallawa dan Toraja berselingan dengan vulkanik bawah laut (volcanic Paleosen).
Kemudian dilanjutkan pada Kala Eosen – Oligosen dimana subsidensi tepian kontinen Kalimantan Timur masih berlanjut hingga lingkungan deltaik berubah menjadi laut dangkal dimana terbentuknya sedimen karbonat Tonasa dan sebagian oleh sedimen klastik membentuk Batugamping Tonasa dan Toraja serta batuan sedimen Salokalupang dan lava dari gunung api dasar laut.
Pada Oligosen awal kegiatan gununga api di sulawesi menerus diikuti oelh subdaksi ofiolit tersier terhadap batuan dasar mesozoik dibagian tengah sulawesi pada akhir oligosen awal (Parkinson, 1998). Kemudian pada akhir oligosen (29-23 jtl) ditandai dengan kegiatan geologi berupa obduksi ofiolit dan pemalihan dikawasan timur Sulawesi (Parkinson, 1998)
Peristiwa tektonisme pada Kala Miosen dimana terjadi peristiwa retak tarik di daerah tepian kontinen oleh aktivitas subduksi dan injeksi astenosfer di bawah lempeng kontinen menyebabkan terjadinya busur dan cekungan back arc (Selat Makassar) yang berlangsung sejak Miosen Awal – Tengah. Menjelang Miosen Tengah hingga Miosen Atas terjadi magmatisme di daerah busur Sulawesi Barat menghasilkan intrusi dan vulkanik asam - basa membentuk batuan vulkanik Soppeng dan Camba dan di akhiri dengan perkembangannya cekungan Walanae yang terisi sedimen klastik dan vulkanik membentuk formasi Walanae dan beberapa klastika terbentuk dibagian tengah Sulawesi Barat.
Pada Miosen awal tengah atau 22-13 Ma kegiatan gunung api sulawesi dicirikan oleh magmatisme berisifat normal kalk alkali (Priadi, 1993; Perello at all.,1994) akibat penunjaman ke selatan dari sulawesi sea plate (seoria atmadja et. All., 1999). Surmont at all., 1994 berpendapat kala neohen merupakan awal dari penunjaman kearah barat, dimana aktifitas dari magmatik diikuti oleh rotasi lengan utara, back are thrusting dan berhentinya penunjaman dari utara, akibat tumbukan dan mikrokontinen Banggai - Sula.
Selanjutnya pada Kala Pliosen hingga Plistosen terbentuk adanya suatu pembalikan busur dan subdaksi bimodel, benturan maupun subduksi yang disertai dengan magmatisme secara lokal yang menghasilkan adanya penempatan ophiolite re-thrusting ofiolite, melange dan olitostrom. Kegiatan magmatisme lebih bersifat rendah K (Theoleitik) sampai normal k alk alkali (Soeria Atmadja et al.,1999) sebagai akibat subdaksi dari maluku sea palte.
No comments:
Post a Comment