tag:blogger.com,1999:blog-63933320730041366982024-03-08T13:32:15.510-08:00Geologyst InfoInformations about geologyst article, unik info and picture, Fresh Picture and ...just enjoy n u can find what u wantgeology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.comBlogger30125truetag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-23270616826883460272010-05-13T00:59:00.001-07:002010-05-13T00:59:25.014-07:00Uji TanahUji soil dilakukan dalam berbagi macam bangunan di maksudkan untuk mengetahui kemmpuan dan daya tahan tanah tersebut. Dalam pengujian soil ada beberapa hal yang dilakukan diantaranya pengujian porositas dan permeabilitas. Selain itu dilakukan juga analisa ukuran butir.<br />
Salah satu uji soil yang dilakukan yaitu : uji kepadatan.<br />
Hasil uji dapat digunakan untuk menentukan berat isi material di lapangan yang dipadatkan pada konstruksi timbunan tanah, urugan jalan dan urugan bangunan. Untuk mengontrol konstruksi, metode ini dapat dipakai<br />
sebagai dasar untuk menilai material yang telah dipadatkan untuk mencapai berat isi tertentu atau prosentase berat isi maksimum yang telah ditentukan oleh cara uji di laboratorium. <br />
Cara uji <br />
dalam metode ini mencakup dua prosedur yaitu prosedur A (berat isi total material) dan procedure B (berat isi farksi control dan fraksi yang berbutir lebih besar). Peralatan timbangan dengan kapasitas dan bacaan yang sesuai dengan berat dan prosedur teknik untuk dimensi sumur uji dalam rentang volume 0,08 sampai 2,83 m 3, oven pengering, saringan no.4 dan saringan 75 mm dan lain-lain. Cara uji prosedur A digunakan untuk menentukan berat isi total material, dan juga untuk menentukan prosentase pemadatan atau kepadatan relative jika ukuran butir maksimum pad contoh uji tidak melebihiukuran butir maksimum yang diijinkan untuk kepadatan di laboratorium sesuai SNI 03-1742-1989. ProsedurB dipakai jika perlu menentukan prosentase pemadatan atau kepadatan relative material di lapangan yangmengandung butir-butir lebih besar dari ukuran butir maksimum yang diijinkan untuk uji pemadatan laboratorium SNI 03-1742-1989. dalam hal tersebut, material dianggap terdiri dari 2 farksi atau bagian yang secara fisik dibagi menjadi fraksi control dan fraksi ukuran yang lebih besar dari ukuran ayakan yang telah<br />
ditentukan. Penggalian sumur uji, dengan memakai peralatan seperti skop, pahat, pisau, jeruji dan lain-lain, gali bagian<br />
tengah sumur uji. Pemakaian peralatan berat seperti backhoe, atau kerekan mekanik atau hidraulik dapat<br />
digunakan untuk membuang butir-butir besar.<br />
Masalah konsolidasi pada tanah lempung dalam rekayasa geoteknik merupakan hal yang sangat penting, selama ini analisis yang sering dipakai menggunakan teori konsolidasi 1-D dari Terzaghi (1924), di asumsikan deformasi dan pengaliran excess pore water pressure hanya arah vertikal saja, dan hubungan tegangan—regangan tidak tergantung waktu. Biot (1941) memperluas teori konsolidasi Terzaghi dengan memperumum proses pengaliran excess pore water pressure dan regangan yang terjadi keruang 3-D (Nulty Dimensional Case), hubungan tegangan-regangan, dan excess Pore Water Pressure tergantung waktu (fungsi transient), yang didalam solusinya melibatkan proses peng " couple "an dari hubungan tegangan-regangan - deformasi dan pengaliran melalui media porous. Pada penelitian ini dipelajari hubungan tegangan - regangan - waktu dari konsolidasi Biot, dengan analisis elemen hingga , yang telah diimplementasikan pada program aplikasi PLAXIS, direview kembali teori dasar pemodelan tanah dan konsolidasi. Selanjutnya dengan Program aplikasi tersebut disimulasikan pelaksanaan Pembangunan Dam Sei Rempang dipulau Batam yang dalam pelaksanaannya menggunakan Vertikal drain, dengan sistim monitoring terdiri dari Settlement plate, Pneumatic Piezometer dan Inclinometer. Pada studi ini dilakukan verifikasi vertikal drain yang terpasang dilapangan dari kondisi setempat-setempat kekondisi plane strain, dianalisis excess pore water pressure, penurunan veriikal, horizontal displacement, tegangan, regangan terhadap waktu, dan tegangan-regangan, dengan menggunakan model Soft soil (Cap), dibandingkan dengan perhitungan analitis, dan kuantitatif yang terukur dilapangan. Hasil studi menunjukan bahwa : adanya kesesuaian dari respons program Plaxis, terhadap kuantitatif yang terukur dilapangan dan perhitungan analitis, diperoleh : excess pore water pressure yang dibangkitkan pada respons Plaxis hari ke-215, 24,725 kPa, lapangan 24,53 kPa dan analitis 3204 kPa, dengan derajat konsolidasi rata-rata yang dicapai sampai hari ke—320, Plaxis 88,95 %, lapangan 88,08 % dan analitis 90,00 %. Deformasi vertikal respons Plaxis 0.835 m, lapangan 0.80 m dan analitis 0.786 m, horizontal displacement respons Plaids 0.179 m, lapangan 0.30 m. Berdasarkan keadaan tersebut, maka untuk selanjutnya pada pekerjaan yang sejenis bisa digunakan Model Soft-soil.geology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-7990666211053938152010-05-13T00:48:00.001-07:002010-05-13T00:48:09.125-07:00Eksplorasi<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_editdata.mso" rel="Edit-Time-Data"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:Wingdings;
panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:444884024;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:2060068370 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1
{mso-list-id:568805493;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-2079427014 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l1:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l2
{mso-list-id:1682315326;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1674758324 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l2:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l3
{mso-list-id:1870408857;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:985687588 286804860 67698703 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;}
@list l3:level1
{mso-level-number-format:image;
list-style-image:url("file:///C:/Users/ONEALL~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif");
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Symbol;
color:windowtext;}
@list l3:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
color:windowtext;}
@list l4
{mso-list-id:1990011067;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1547811602 67698709 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l4:level1
{mso-level-number-format:alpha-upper;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"> Teori Ringkas</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="EN-US">Evaluasi Formasi adalah suatu proses evaluasi ciri – ciri batuan dibawah permukaan dengan menggunakan hasil pengukuran lubang sumur (Harsono, 1994). </span><span lang="SV">Pengukuran pada lubang sumur ini dapat digolongkan secara garis besar dalam 4 kategori yaitu :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV" style="font-family: Symbol;"><img alt="*" height="13" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" width="13" /><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="SV">Log Operasi pemboran : Terdiri dari berbagai log pengukuran pada operasi pemboran seperti Log Lumpur (Mud Log),MWD, LWD.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV" style="font-family: Symbol;"><img alt="*" height="13" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" width="13" /><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="SV">Analisa inti <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV" style="font-family: Symbol;"><img alt="*" height="13" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" width="13" /><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="SV">Log sumur dengan kabel, antara lain mencakup : Electrik, akustik, radioaktif, serta electromagnetik.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV" style="font-family: Symbol;"><img alt="*" height="13" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" width="13" /><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="SV">Uji Produksi Lapisan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV">Pada saat pengeboran berlangsung, lumpur yang akan digunakan menginvasi lapisan – lapisan yang permeable. Invasi ini terjadi setelah mudcake terbentuk pada lubang sumur. Invasi ini akan membentuk beberapa zona – zona <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV">a. Invaded zone atau Flushed Zone : adalah zona yang terkontaminasi dimana zonasi lumpur masuk kelapisan – lapisan permaeble formasi bahwa permukaan. Termasuk <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV">dalam hal ini Transition zone.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV">b. Uninvaded zone : merupakan zona yang tidak terkontaminasi dimana lumpur pengeboran tidak mencapai zona ini sehingga resistivitas yang terbentuk dizona ini adalah resistivitas hidrokarbon sebenarnya (Rt).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV">Perhitungan saturasi air (Sw) pada zona yang tak terkontaminasi (Univaded zone) dapat dilakukan jika faktor formasi (F), resistivas sebenarnya (Rt) dan resistivas air formasi (Rw) telah didapatkan. Berdasarkan Harsono, 1994 bahwa resistivas sebenarnya adalah resistivas batuan yang mengandung hidrokarbon dan air formasi didaerah yang tidak terkontaminasi (Univaded zone) merupakan resistivas oleh air Φyang berada dalam formasi. Foktor formasi adalah sebuah fungsi porositas(Φ), faktor sementasi /tortuosity (m) dan koofisien (a) yang tergantung pada litologi. Berdasarkan pengamatan laboratorium, hal ini telah menunjukan bahwa hubungan formasi pasir bersih, dan faktor formasi dapat dijelaskan deΦngan rumus : <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV"> F=a/Φm<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV">Untuk batupasir yang tidak terkonsolidasi, Humble equation digunakan oleh para log analisis untuk menghitung faktor formasi (Harsono, 1994). Dalam hal ini juga faktor formasi yang digunakan dalam menghitung Clean sand formation pada Gabus Atas adalah F= 0.81/Φ<sup>2</sup>. Untuk ShΦaly sand formation, dihitung F= 1.65/Φ<sup>1.33</sup> (Setelah Carothers, 1958 dalam Asquith dan Gibson, 1982).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV">Biasanya, nilai resistivitas air formasi disebabkan oleh perubahan temperature formasi kedalaman. Nilai tersebut akan meningkat dengan adanya peningkatan salinitas air permukaan atau temperature. Peningkatan temperatur pada lubang sumur ditentukan dari data kepala well log untuk menghitung peningkatanresistivas resistivas lumpur (Rm), resistivas mudcake (Rmc), dan resistivas filtrasi lumpur (Rmf). <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV">Setelah menentukan Rt, Rw, dan F, maka saturasi air (Sw) untuk Clean sand formation dapat dihitung dengan menggunakan rumusan perhitungan sebagai berikut :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="EN-US">Sw = (F x Rw/Rt)<sup>1/n</sup>............................(Rumusan Archie)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="EN-US">Rumusan yang digunakan dalam menghitung saturasi air pada zona yang terkontaminasi (Flushed zone) adalah </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="EN-US">Sxo = (Fx Rmf/Rxo)<sup>1/n</sup>………………..(Harsono, 1994)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="EN-US">WIRELINE LOGGING</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="EN-US">Log merupakan suatu grafik kedalaman (bias juga waktu), dari satu set data yang menunjukan parameter yang diukur secara berkesinambungan didalam sebuah sumur, sedangkan Wireline well logging merupakan pekerjaan merekaan/mencatat data keadaan didalam tanah untuk setiap kedalaman mulai dari permukaan tanah hingga kedalam sumur (Sumantri,1988). Wireline well logging secara umum dibagi menjadi dua macam yaitu ;</span></div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="FI">Perekaman data dilakukan pada waktu pemboran sumur.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="DA">Perekaman data dilakukan setelah penyelesaian sumur (didalam periode Produksi).<o:p></o:p></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 10pt;">Table 2 : perbedaan jenis perekaman data pada Open Hole Logging dan Cased Hole Logging (Sumantri, 1988).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: medium none;"><tbody>
<tr style="height: 23.8pt;"> <td colspan="3" style="border: 1pt solid windowtext; height: 23.8pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 411.25pt;" valign="top" width="548"><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="EN-US">WIRELINE WELL LOG </span></div></td> </tr>
<tr style="height: 24.45pt;"> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; height: 24.45pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 29.95pt;" valign="top" width="40"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 10pt;">NO<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 24.45pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 175.65pt;" valign="top" width="234"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 10pt;">SUMUR PEMBORAN (OPEN HOLE LOGGING)<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 24.45pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 205.65pt;" valign="top" width="274"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 10pt;">SUMUR PRODUKSI (CASED HOLE LOGGING)<o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="height: 23.8pt;"> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; height: 23.8pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 29.95pt;" valign="top" width="40"><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="EN-US">1</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 23.8pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 175.65pt;" valign="top" width="234"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Data serbuk bor dapat diketahui secara langsung</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 23.8pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 205.65pt;" valign="top" width="274"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Data serbuk bor selama produksi dapat dilaksanakan</span></div></td> </tr>
<tr style="height: 24.45pt;"> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; height: 24.45pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 29.95pt;" valign="top" width="40"><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="EN-US">2</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 24.45pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 175.65pt;" valign="top" width="234"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Dapat mengetahui indikasi hydrocarbon dalam lumpur<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 24.45pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 205.65pt;" valign="top" width="274"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Tidak dapat mengetahui indikasi hydrokarbon dalam lumpur<o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="height: 23.8pt;"> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; height: 23.8pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 29.95pt;" valign="top" width="40"><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV">3<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 23.8pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 175.65pt;" valign="top" width="234"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Dapat merekam data – data Penetration rate, WOB, RPM.</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 23.8pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 205.65pt;" valign="top" width="274"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Tidak dapat menentukan data –data Penetration rate, WOB, RPM.</span></div></td> </tr>
<tr style="height: 24.45pt;"> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; height: 24.45pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 29.95pt;" valign="top" width="40"><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="EN-US">4</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 24.45pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 175.65pt;" valign="top" width="234"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Dapat menentukan sifat formasi menggunakan alat pengukur (Sonde) yang diturunkan kedalam sumur menggunakan kabel. </span><span lang="EN-US" style="font-size: 10pt;"> </span><span lang="EN-US"> </span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 24.45pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 205.65pt;" valign="top" width="274"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Dapat merekam sifat formasi menggunakan alat pengukur (Sonde) yang diturunkan kedalam sumur menggunakan kabel.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><sup><span lang="EN-US"> <o:p></o:p></span></sup></div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="A"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="EN-US">Jenis-Jenis Wireline Log</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt;"><span lang="EN-US">A.1 Log Gamma Ray</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 18pt;"><span lang="EN-US">Gamma ray adalah prinsip dasar dari perekaman radioaktivitas atau tingkat radiasi alami dari suatu lapisn bumi. Radioaktivitas gamma ray berasal dari 3 unsur radioaktif yang ada dalam batuan yaitu: Uranium –U, Thorium –Th, dan Postasium –K yang secara kontinyu memancarkan GR dalam bentuk pulsa – pulsa energi radiasi tinggi. Harga defleksi log gamma-ray terekam dalam satuan API unit.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 18pt;"><span lang="EN-US">A.2 Log Neutron</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 18pt;"><span lang="EN-US"> Pada hakikatnya Log neutron digunakan untuk mengetahui banyaknya kandung atom hidrogen yang terdapat dalam batuan. Prinsip kerja alat ini adalah pada aktivitas nuklir, pada pemancaran partikel - partikel neutron secara cepat dari suatu sumber radioaktif yang akan menumbuk kandungan hidrogen dalam batuan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 18pt;"><span lang="EN-US">A.3 Log Densitas </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 18pt;"><span lang="EN-US"> Log densitas kurva yang menunjukan besarnya densitas dari batuan yang ditembus lubang bor. </span><span lang="SV">Dalam log densitas, kurva dinyatakan dalam gram/cc, yang merupakan besaran bulk density batuan. Porositas batuan dapat dihitung bila density matrik (pma) diketahui. Setiap jenis batuan mempunyai harga density matrik berbeda - beda, seperti; batupasir =2,56 gr/cc; batugamping =2,71 gr/cc; batugamping = 2.68 gr/cc; shale atau clay = 2,2 – 2,65 gr/cc. Harga bulk density akan kecil pada batuan yang mengandung gas, dan rendahnya harga densitas dari formasi akan menaikan harga porositas dari log densitas.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 18pt;"><span lang="SV">A.4 Log Resistivity<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 18pt;"><span lang="SV"> Prinsip kerja dari dari alat ini adalah mengukur kemampuan formasi untuk menghantarkan arus listrik, semakin besar arus listrik yang dapat dialirkan, resistivity batuan semakin kecil dan sebaliknya. Daya hantar listrik merupakan fungsi dari batuan dan jenis fluida yang mengisi ruang pori batuan, maka log resistivity sangat membantu dalam menentukan jenis fluida dalam batuan. Untuk lapisan yang mengandung minyak, gas atau air tawar akan mempunyai tahanan jenis lebih besar dibanding air asin.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 18pt;"><span lang="SV">A.5 Log Induksi (R-ILD)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 18pt;"><span lang="SV"> Prinsip kerja dari log adalah menggunakan sistem yang disebut induksi elektromagnetik. Bila arus yang keluar dari kumparan pemancar dibuat konstan, maka besarnya arus yang akan diterima oleh kumparan penerima berbanding langsung dengan konduktivitas batuan yang dilaluinya, sehingga data yang terukur adalah kemampuan batuan untuk menghantarkan arus listrik.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 18pt;"><span lang="SV">A.6 Log Akustik (Sonic Log)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV"> Sonic log merupakan log akustik dengan prinsip kerja mengukur waktu tempuh gelombang bunyi dapa suatu jarak tertentu di dalam lapisan batuan. Satuan dari sonic log adalah mikro second per food yang merupakan hasil dari kecepatan gelombang bunyi yang mencapai receiver di dalam formasi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">Tujuan dari penggunaan log sonic adalah untuk mengetahui kerapatan dan porositas batuan. Pada batuaan yang porous, kerapatanya lebih kecil sehingga kurva log sonic akan mempunyai harga yang besar seperti pada serpih organik atau lignit, dan sebaliknya. Log sonic juga berguna sebagai pengikat antara data seismik dengan data sumur. <o:p></o:p></span></div><ol start="2" style="margin-top: 0cm;" type="A"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">Interpretasi Log Rinci<o:p></o:p></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt;"><span lang="SV">B.1 Perhitungan Temperatur Formasi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">Dalam perhitungan temperatur formasi (Tf) adalah sangat penting dalam analisa log karena resistivitas pengeboran Lumpur (Rm), Filtrasi Lumpur (Rmf), dan resistivitas mudcake (Rmc) bergantung atas variasi temperatur. Temperatur formasi dapat ditentukan dengan mengetahui beberapa unsur antara lain.<o:p></o:p></span></div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">Kedalaman Formasi<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">Bottom Hole Temperature (BTH)<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">Total kedalaman sumur (TD) <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">Temperatur permukaan<o:p></o:p></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">Disamping menentukan temperatur formasi dengan metode perhitung ini,kenaikan temperatur atau gradient geothermal juga dapat ditentukan dengan menggunakan kurva linier temperatur formasi diagram koreksi temperatur Horner.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">B.2. Interpretasi Log Gamma Ray<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV"> Dalamtinjauan perhitungan Interpretasi log Gamma ray pada evaluasi formasi ini ditentukan dengan tiga parameter sebagai berikut :<o:p></o:p></span></div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">Interpretasi litologi.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">Koreksi Gamma ray unyuk Ukuran Lubang sumur dan berat Lumpur.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">Perhitungan Vshale.<o:p></o:p></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">B.2.1. Interpretasi Litologi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV"> Untuk mendapapkan hasil yang akurat, Log Gamma ray harus dikombinasikan dengan data lainnya seperti Log spontaneous dan Log resistivitas. Dalam perekaman data Gamma ray, lapisan batupasir akan ditunjukkan oleh relatif API rendah sedangkan lapisan Serpih akan ditunjukan dengan API tinggi. Oleh karena Gamma ray selalu lebih besar sengan penunjukan grafik ke kanan, maka grafik kurva yang menunjukan ke kanan ini mengartikan penyerpihan daripada kurva yang ke kiri.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">B.2.2 Koreksi Gamma ray untuk lubang bor dan berat lumpur.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV"> Untuk koreksi Gamma ray untuk lubang bor dan berat Lumpur dapat digunakan dengan melihat analisa awal kepala Log yang digunakan. Data ini kemudian diinterpretasi dengan menggunakan Grafik ’Schlumberger Log Interpretation ’(Sclhumberger, 1991) untuk koreksi Gamma ray terhadap lubang bor dam berat Lumpur.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">Faktor koreksi dapat dihitung dengan parameter penentuan t, g/cm<sup>2</sup>. Parameter ini bertujuan untuk mendapatkan harga faktor koreksi untuk Gamma ray. Perhitungan ini berdasarkan rumusan sebagai berikut :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span style="height: 2px; margin-left: 71px; margin-top: 33px; position: absolute; width: 38px; z-index: 1;"><img height="2" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif" v:shapes="_x0000_s1026" width="38" /></span><span lang="EN-US"> T =W<sub>mud</sub> </span><span lang="EN-US" style="font-size: 20pt; line-height: 200%;">(</span><span lang="EN-US" style="font-size: 11pt; line-height: 200%;">2.54(d <sub>hole</sub>) 2.54(d <sub>sonde</sub>)</span><span lang="EN-US" style="font-size: 20pt; line-height: 200%;">)</span><span lang="EN-US" style="font-size: 11pt; line-height: 200%;">……………..Sclhumberger, 1991<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="EN-US" style="font-size: 11pt; line-height: 200%;">Setelah itu perameter t, g/cm diplod pada Grafik sclhumberger, 1991 untuk mencari factor koreksi Gamma ray. Dari grafik ini kemudian dapat diketahui factor koreksi pada pembacaan Log Gamma ray. Untuk mendapatkan Gamma ray terkoreksi, dapat menghitung dengan mengalikan factor koreksi dengan Pembacaan Log Gamma ray. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="EN-US" style="font-size: 11pt; line-height: 200%;">B.2.3. Perhitungan Vshale<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV" style="font-size: 11pt; line-height: 200%;">Dalam hal perhitungan Vshale, jenis dan serpih kandungan radioaktifnya harus konstan dalam susunan stratigrafi. Sebelum perhitungan terlebih dahulu mesti dilakukan perhitungan Indeks Gamma ray sebagai berikut :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span style="height: 86px; margin-left: 119px; margin-top: 25px; position: absolute; width: 218px; z-index: -1;"><img height="86" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.gif" v:shapes="_x0000_s1028" width="218" /></span><span lang="SV" style="font-size: 11pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span style="height: 2px; margin-left: 191px; margin-top: 25px; position: absolute; width: 134px; z-index: 2;"><img height="2" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif" v:shapes="_x0000_s1027" width="134" /></span><span lang="EN-US" style="font-size: 11pt; line-height: 200%;"> </span><span lang="DA" style="font-size: 14pt; line-height: 200%;"> IGR = GRlog – GR min<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="DA" style="font-size: 14pt; line-height: 200%;"> GR<sub>Maks </sub>–GR<sub>Min</sub> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="DA" style="font-size: 20pt; line-height: 200%;"> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 18pt;"><span lang="EN-US">.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt;"><span lang="EN-US"> <sup><br clear="all" /> </sup></span></div><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> </span> <br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="EN-US"> </span></div>geology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-35522485906595004502010-05-13T00:47:00.003-07:002010-05-13T00:47:17.496-07:00Eksplorasi<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_editdata.mso" rel="Edit-Time-Data"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:Wingdings;
panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:444884024;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:2060068370 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1
{mso-list-id:568805493;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-2079427014 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l1:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l2
{mso-list-id:1682315326;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1674758324 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l2:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l3
{mso-list-id:1870408857;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:985687588 286804860 67698703 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;}
@list l3:level1
{mso-level-number-format:image;
list-style-image:url("file:///C:/Users/ONEALL~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif");
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Symbol;
color:windowtext;}
@list l3:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
color:windowtext;}
@list l4
{mso-list-id:1990011067;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1547811602 67698709 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l4:level1
{mso-level-number-format:alpha-upper;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"> Teori Ringkas</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="EN-US">Evaluasi Formasi adalah suatu proses evaluasi ciri – ciri batuan dibawah permukaan dengan menggunakan hasil pengukuran lubang sumur (Harsono, 1994). </span><span lang="SV">Pengukuran pada lubang sumur ini dapat digolongkan secara garis besar dalam 4 kategori yaitu :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV" style="font-family: Symbol;"><img alt="*" height="13" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" width="13" /><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="SV">Log Operasi pemboran : Terdiri dari berbagai log pengukuran pada operasi pemboran seperti Log Lumpur (Mud Log),MWD, LWD.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV" style="font-family: Symbol;"><img alt="*" height="13" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" width="13" /><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="SV">Analisa inti <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV" style="font-family: Symbol;"><img alt="*" height="13" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" width="13" /><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="SV">Log sumur dengan kabel, antara lain mencakup : Electrik, akustik, radioaktif, serta electromagnetik.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV" style="font-family: Symbol;"><img alt="*" height="13" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" width="13" /><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="SV">Uji Produksi Lapisan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV">Pada saat pengeboran berlangsung, lumpur yang akan digunakan menginvasi lapisan – lapisan yang permeable. Invasi ini terjadi setelah mudcake terbentuk pada lubang sumur. Invasi ini akan membentuk beberapa zona – zona <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV">a. Invaded zone atau Flushed Zone : adalah zona yang terkontaminasi dimana zonasi lumpur masuk kelapisan – lapisan permaeble formasi bahwa permukaan. Termasuk <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV">dalam hal ini Transition zone.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV">b. Uninvaded zone : merupakan zona yang tidak terkontaminasi dimana lumpur pengeboran tidak mencapai zona ini sehingga resistivitas yang terbentuk dizona ini adalah resistivitas hidrokarbon sebenarnya (Rt).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV">Perhitungan saturasi air (Sw) pada zona yang tak terkontaminasi (Univaded zone) dapat dilakukan jika faktor formasi (F), resistivas sebenarnya (Rt) dan resistivas air formasi (Rw) telah didapatkan. Berdasarkan Harsono, 1994 bahwa resistivas sebenarnya adalah resistivas batuan yang mengandung hidrokarbon dan air formasi didaerah yang tidak terkontaminasi (Univaded zone) merupakan resistivas oleh air Φyang berada dalam formasi. Foktor formasi adalah sebuah fungsi porositas(Φ), faktor sementasi /tortuosity (m) dan koofisien (a) yang tergantung pada litologi. Berdasarkan pengamatan laboratorium, hal ini telah menunjukan bahwa hubungan formasi pasir bersih, dan faktor formasi dapat dijelaskan deΦngan rumus : <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV"> F=a/Φm<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV">Untuk batupasir yang tidak terkonsolidasi, Humble equation digunakan oleh para log analisis untuk menghitung faktor formasi (Harsono, 1994). Dalam hal ini juga faktor formasi yang digunakan dalam menghitung Clean sand formation pada Gabus Atas adalah F= 0.81/Φ<sup>2</sup>. Untuk ShΦaly sand formation, dihitung F= 1.65/Φ<sup>1.33</sup> (Setelah Carothers, 1958 dalam Asquith dan Gibson, 1982).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV">Biasanya, nilai resistivitas air formasi disebabkan oleh perubahan temperature formasi kedalaman. Nilai tersebut akan meningkat dengan adanya peningkatan salinitas air permukaan atau temperature. Peningkatan temperatur pada lubang sumur ditentukan dari data kepala well log untuk menghitung peningkatanresistivas resistivas lumpur (Rm), resistivas mudcake (Rmc), dan resistivas filtrasi lumpur (Rmf). <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV">Setelah menentukan Rt, Rw, dan F, maka saturasi air (Sw) untuk Clean sand formation dapat dihitung dengan menggunakan rumusan perhitungan sebagai berikut :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="EN-US">Sw = (F x Rw/Rt)<sup>1/n</sup>............................(Rumusan Archie)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="EN-US">Rumusan yang digunakan dalam menghitung saturasi air pada zona yang terkontaminasi (Flushed zone) adalah </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="EN-US">Sxo = (Fx Rmf/Rxo)<sup>1/n</sup>………………..(Harsono, 1994)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="EN-US">WIRELINE LOGGING</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="EN-US">Log merupakan suatu grafik kedalaman (bias juga waktu), dari satu set data yang menunjukan parameter yang diukur secara berkesinambungan didalam sebuah sumur, sedangkan Wireline well logging merupakan pekerjaan merekaan/mencatat data keadaan didalam tanah untuk setiap kedalaman mulai dari permukaan tanah hingga kedalam sumur (Sumantri,1988). Wireline well logging secara umum dibagi menjadi dua macam yaitu ;</span></div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="FI">Perekaman data dilakukan pada waktu pemboran sumur.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="DA">Perekaman data dilakukan setelah penyelesaian sumur (didalam periode Produksi).<o:p></o:p></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 10pt;">Table 2 : perbedaan jenis perekaman data pada Open Hole Logging dan Cased Hole Logging (Sumantri, 1988).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: medium none;"><tbody>
<tr style="height: 23.8pt;"> <td colspan="3" style="border: 1pt solid windowtext; height: 23.8pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 411.25pt;" valign="top" width="548"><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="EN-US">WIRELINE WELL LOG </span></div></td> </tr>
<tr style="height: 24.45pt;"> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; height: 24.45pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 29.95pt;" valign="top" width="40"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 10pt;">NO<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 24.45pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 175.65pt;" valign="top" width="234"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 10pt;">SUMUR PEMBORAN (OPEN HOLE LOGGING)<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 24.45pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 205.65pt;" valign="top" width="274"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 10pt;">SUMUR PRODUKSI (CASED HOLE LOGGING)<o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="height: 23.8pt;"> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; height: 23.8pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 29.95pt;" valign="top" width="40"><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="EN-US">1</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 23.8pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 175.65pt;" valign="top" width="234"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Data serbuk bor dapat diketahui secara langsung</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 23.8pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 205.65pt;" valign="top" width="274"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Data serbuk bor selama produksi dapat dilaksanakan</span></div></td> </tr>
<tr style="height: 24.45pt;"> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; height: 24.45pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 29.95pt;" valign="top" width="40"><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="EN-US">2</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 24.45pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 175.65pt;" valign="top" width="234"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Dapat mengetahui indikasi hydrocarbon dalam lumpur<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 24.45pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 205.65pt;" valign="top" width="274"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Tidak dapat mengetahui indikasi hydrokarbon dalam lumpur<o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="height: 23.8pt;"> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; height: 23.8pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 29.95pt;" valign="top" width="40"><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV">3<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 23.8pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 175.65pt;" valign="top" width="234"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Dapat merekam data – data Penetration rate, WOB, RPM.</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 23.8pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 205.65pt;" valign="top" width="274"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Tidak dapat menentukan data –data Penetration rate, WOB, RPM.</span></div></td> </tr>
<tr style="height: 24.45pt;"> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; height: 24.45pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 29.95pt;" valign="top" width="40"><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="EN-US">4</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 24.45pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 175.65pt;" valign="top" width="234"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Dapat menentukan sifat formasi menggunakan alat pengukur (Sonde) yang diturunkan kedalam sumur menggunakan kabel. </span><span lang="EN-US" style="font-size: 10pt;"> </span><span lang="EN-US"> </span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 24.45pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 205.65pt;" valign="top" width="274"><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Dapat merekam sifat formasi menggunakan alat pengukur (Sonde) yang diturunkan kedalam sumur menggunakan kabel.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><sup><span lang="EN-US"> <o:p></o:p></span></sup></div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="A"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="EN-US">Jenis-Jenis Wireline Log</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt;"><span lang="EN-US">A.1 Log Gamma Ray</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 18pt;"><span lang="EN-US">Gamma ray adalah prinsip dasar dari perekaman radioaktivitas atau tingkat radiasi alami dari suatu lapisn bumi. Radioaktivitas gamma ray berasal dari 3 unsur radioaktif yang ada dalam batuan yaitu: Uranium –U, Thorium –Th, dan Postasium –K yang secara kontinyu memancarkan GR dalam bentuk pulsa – pulsa energi radiasi tinggi. Harga defleksi log gamma-ray terekam dalam satuan API unit.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 18pt;"><span lang="EN-US">A.2 Log Neutron</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 18pt;"><span lang="EN-US"> Pada hakikatnya Log neutron digunakan untuk mengetahui banyaknya kandung atom hidrogen yang terdapat dalam batuan. Prinsip kerja alat ini adalah pada aktivitas nuklir, pada pemancaran partikel - partikel neutron secara cepat dari suatu sumber radioaktif yang akan menumbuk kandungan hidrogen dalam batuan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 18pt;"><span lang="EN-US">A.3 Log Densitas </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 18pt;"><span lang="EN-US"> Log densitas kurva yang menunjukan besarnya densitas dari batuan yang ditembus lubang bor. </span><span lang="SV">Dalam log densitas, kurva dinyatakan dalam gram/cc, yang merupakan besaran bulk density batuan. Porositas batuan dapat dihitung bila density matrik (pma) diketahui. Setiap jenis batuan mempunyai harga density matrik berbeda - beda, seperti; batupasir =2,56 gr/cc; batugamping =2,71 gr/cc; batugamping = 2.68 gr/cc; shale atau clay = 2,2 – 2,65 gr/cc. Harga bulk density akan kecil pada batuan yang mengandung gas, dan rendahnya harga densitas dari formasi akan menaikan harga porositas dari log densitas.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 18pt;"><span lang="SV">A.4 Log Resistivity<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 18pt;"><span lang="SV"> Prinsip kerja dari dari alat ini adalah mengukur kemampuan formasi untuk menghantarkan arus listrik, semakin besar arus listrik yang dapat dialirkan, resistivity batuan semakin kecil dan sebaliknya. Daya hantar listrik merupakan fungsi dari batuan dan jenis fluida yang mengisi ruang pori batuan, maka log resistivity sangat membantu dalam menentukan jenis fluida dalam batuan. Untuk lapisan yang mengandung minyak, gas atau air tawar akan mempunyai tahanan jenis lebih besar dibanding air asin.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 18pt;"><span lang="SV">A.5 Log Induksi (R-ILD)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 18pt;"><span lang="SV"> Prinsip kerja dari log adalah menggunakan sistem yang disebut induksi elektromagnetik. Bila arus yang keluar dari kumparan pemancar dibuat konstan, maka besarnya arus yang akan diterima oleh kumparan penerima berbanding langsung dengan konduktivitas batuan yang dilaluinya, sehingga data yang terukur adalah kemampuan batuan untuk menghantarkan arus listrik.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 18pt;"><span lang="SV">A.6 Log Akustik (Sonic Log)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV"> Sonic log merupakan log akustik dengan prinsip kerja mengukur waktu tempuh gelombang bunyi dapa suatu jarak tertentu di dalam lapisan batuan. Satuan dari sonic log adalah mikro second per food yang merupakan hasil dari kecepatan gelombang bunyi yang mencapai receiver di dalam formasi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">Tujuan dari penggunaan log sonic adalah untuk mengetahui kerapatan dan porositas batuan. Pada batuaan yang porous, kerapatanya lebih kecil sehingga kurva log sonic akan mempunyai harga yang besar seperti pada serpih organik atau lignit, dan sebaliknya. Log sonic juga berguna sebagai pengikat antara data seismik dengan data sumur. <o:p></o:p></span></div><ol start="2" style="margin-top: 0cm;" type="A"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">Interpretasi Log Rinci<o:p></o:p></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt;"><span lang="SV">B.1 Perhitungan Temperatur Formasi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">Dalam perhitungan temperatur formasi (Tf) adalah sangat penting dalam analisa log karena resistivitas pengeboran Lumpur (Rm), Filtrasi Lumpur (Rmf), dan resistivitas mudcake (Rmc) bergantung atas variasi temperatur. Temperatur formasi dapat ditentukan dengan mengetahui beberapa unsur antara lain.<o:p></o:p></span></div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">Kedalaman Formasi<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">Bottom Hole Temperature (BTH)<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">Total kedalaman sumur (TD) <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">Temperatur permukaan<o:p></o:p></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">Disamping menentukan temperatur formasi dengan metode perhitung ini,kenaikan temperatur atau gradient geothermal juga dapat ditentukan dengan menggunakan kurva linier temperatur formasi diagram koreksi temperatur Horner.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">B.2. Interpretasi Log Gamma Ray<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV"> Dalamtinjauan perhitungan Interpretasi log Gamma ray pada evaluasi formasi ini ditentukan dengan tiga parameter sebagai berikut :<o:p></o:p></span></div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">Interpretasi litologi.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">Koreksi Gamma ray unyuk Ukuran Lubang sumur dan berat Lumpur.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">Perhitungan Vshale.<o:p></o:p></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">B.2.1. Interpretasi Litologi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV"> Untuk mendapapkan hasil yang akurat, Log Gamma ray harus dikombinasikan dengan data lainnya seperti Log spontaneous dan Log resistivitas. Dalam perekaman data Gamma ray, lapisan batupasir akan ditunjukkan oleh relatif API rendah sedangkan lapisan Serpih akan ditunjukan dengan API tinggi. Oleh karena Gamma ray selalu lebih besar sengan penunjukan grafik ke kanan, maka grafik kurva yang menunjukan ke kanan ini mengartikan penyerpihan daripada kurva yang ke kiri.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">B.2.2 Koreksi Gamma ray untuk lubang bor dan berat lumpur.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV"> Untuk koreksi Gamma ray untuk lubang bor dan berat Lumpur dapat digunakan dengan melihat analisa awal kepala Log yang digunakan. Data ini kemudian diinterpretasi dengan menggunakan Grafik ’Schlumberger Log Interpretation ’(Sclhumberger, 1991) untuk koreksi Gamma ray terhadap lubang bor dam berat Lumpur.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV">Faktor koreksi dapat dihitung dengan parameter penentuan t, g/cm<sup>2</sup>. Parameter ini bertujuan untuk mendapatkan harga faktor koreksi untuk Gamma ray. Perhitungan ini berdasarkan rumusan sebagai berikut :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span style="height: 2px; margin-left: 71px; margin-top: 33px; position: absolute; width: 38px; z-index: 1;"><img height="2" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif" v:shapes="_x0000_s1026" width="38" /></span><span lang="EN-US"> T =W<sub>mud</sub> </span><span lang="EN-US" style="font-size: 20pt; line-height: 200%;">(</span><span lang="EN-US" style="font-size: 11pt; line-height: 200%;">2.54(d <sub>hole</sub>) 2.54(d <sub>sonde</sub>)</span><span lang="EN-US" style="font-size: 20pt; line-height: 200%;">)</span><span lang="EN-US" style="font-size: 11pt; line-height: 200%;">……………..Sclhumberger, 1991<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="EN-US" style="font-size: 11pt; line-height: 200%;">Setelah itu perameter t, g/cm diplod pada Grafik sclhumberger, 1991 untuk mencari factor koreksi Gamma ray. Dari grafik ini kemudian dapat diketahui factor koreksi pada pembacaan Log Gamma ray. Untuk mendapatkan Gamma ray terkoreksi, dapat menghitung dengan mengalikan factor koreksi dengan Pembacaan Log Gamma ray. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="EN-US" style="font-size: 11pt; line-height: 200%;">B.2.3. Perhitungan Vshale<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="SV" style="font-size: 11pt; line-height: 200%;">Dalam hal perhitungan Vshale, jenis dan serpih kandungan radioaktifnya harus konstan dalam susunan stratigrafi. Sebelum perhitungan terlebih dahulu mesti dilakukan perhitungan Indeks Gamma ray sebagai berikut :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span style="height: 86px; margin-left: 119px; margin-top: 25px; position: absolute; width: 218px; z-index: -1;"><img height="86" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.gif" v:shapes="_x0000_s1028" width="218" /></span><span lang="SV" style="font-size: 11pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span style="height: 2px; margin-left: 191px; margin-top: 25px; position: absolute; width: 134px; z-index: 2;"><img height="2" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif" v:shapes="_x0000_s1027" width="134" /></span><span lang="EN-US" style="font-size: 11pt; line-height: 200%;"> </span><span lang="DA" style="font-size: 14pt; line-height: 200%;"> IGR = GRlog – GR min<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="DA" style="font-size: 14pt; line-height: 200%;"> GR<sub>Maks </sub>–GR<sub>Min</sub> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span lang="DA" style="font-size: 20pt; line-height: 200%;"> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 18pt;"><span lang="EN-US">.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt;"><span lang="EN-US"> <sup><br clear="all" /> </sup></span></div><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <br clear="all" style="page-break-before: always;" /> </span> <br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="EN-US"> </span></div>geology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-62426536361765893452010-05-12T22:19:00.001-07:002010-05-12T22:19:39.978-07:00Akumulasi minyak dan gas bumiTeori Akumulasi GUSSOW<br />
<br />
<br />
Dalam keadaan hidrostatik, akumulasi dapat diterangkan oleh teori Gussow <br />
( 1951 ).<br />
Gumpalan – gumpalan atau tetes – tetes miyak dan gas akan bergerak sepanjang bagian atas lapisan penyalur keatas, terutama disebabkan pelampungan. Begitu sampai diperangkap ( dalam hal ini perangkap struktur ), minyak dan gas bumi akan menambah kolom gas dan mendesak minyak kebawah dan juga bertambah tinggi kolomnya dan gilirannya mendesak air kebawah. Hal ini akan terus terjadi sampai batas minyak – air mencapai spill-point. Penambahan minyak dan gas terus menerus akan menyababkan pelimpahan ( spilling ) minyak keatas ke struktur selanjutnya ( Fasa 2 ) . pada fasa berikutnya berhubung dengan penambahan gas maka seluruh minyak didesak gas kebawah sehingga melimpah sampai habis, dan perangkap diisi sepenuhnya oleh gas.<br />
<br />
Teori akumulasi KING HUBBERT<br />
<br />
<br />
King hubbert ( 1953 ) meninjau prinsip akumulasi inyak bumi dari segi kedudukan energi potensial,erat hubungannya dengan perangkap hidrodinamik. Dalam hal ini Minyak bumi baik dalam bentuk tetes – tetes maupun dalam bentuk fsa yang menerus yang berbeda dalam lingkungan air, akan selalu mencari bagian reservoir yang terisolir dan secara lokal mempunyai potensial terendah.Medan potensial dalam suatu reservoir yang terisi air merupakan resultan dari dua gaya yaitu gaya pelampungn dan gaya yang disebabkan gradien hidrodinamik.<br />
Dalam pengertian ini minyak dan gas bumi akan berakumulasi jika bidang ekipotensial yang tegak lurus terhadap garis gay resultan kedua gaya tadi, menutup seluruhnya dari bawah daerah potensial rendah lokasi yang terisolir, misalnya suatu antiklin, suatu pelengkungan ataupun struktur lainya dimana lapisan reservoir dan lapisan penyekan diatasnya konkav kearah bawah.<br />
Dengan konsepsi diatas ini maka suatu akumulasi dapat terjadi serta hilang atau terusir, dengan terdapatnya suatu gradien hidrodinamik yang pada setiap saat geologi arah serta besarannya ( Vektor ) dapat berubah. Dalam keadaan itu maka paling tidak posisi batas air minyak atau air gas itu miring. Akumulasi minyak dan gasbumi merupakan suatu keseimbangan yang dinamis.geology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-49727037636529984722010-05-12T21:13:00.003-07:002010-05-12T21:13:59.490-07:00Analisa Log dan korelasi<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_editdata.mso" rel="Edit-Time-Data"></link><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:Wingdings;
panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:"MapInfo Cartographic";
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:161088563;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1269683034 -295819972 1646559868 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:49.65pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:49.65pt;
text-indent:-22.65pt;
font-family:Wingdings;}
@list l0:level2
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:*;
mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:216.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
color:windowtext;}
@list l1
{mso-list-id:452015787;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1596459888 67698713 1646559868 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l1:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:180.0pt;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1:level2
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:*;
mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:216.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
color:windowtext;}
@list l2
{mso-list-id:1178155135;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1959543180 -1865507314 1395850590 -533030546 354861236 -233386948 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l2:level1
{mso-level-tab-stop:45.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:45.0pt;
text-indent:-18.0pt;}
@list l2:level2
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:81.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:81.0pt;
text-indent:-18.0pt;}
@list l2:level3
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:126.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:126.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:"MapInfo Cartographic";
color:windowtext;}
@list l2:level4
{mso-level-start-at:7;
mso-level-number-format:roman-upper;
mso-level-tab-stop:171.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:171.0pt;
text-indent:-36.0pt;
mso-ansi-font-weight:bold;}
@list l2:level5
{mso-level-start-at:3;
mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:189.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:189.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Symbol;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
@list l3
{mso-list-id:1200627344;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1396236386 -295819972 1646559868 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l3:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:49.65pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:49.65pt;
text-indent:-22.65pt;
font-family:Wingdings;
color:windowtext;}
@list l3:level2
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:*;
mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:216.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
color:windowtext;}
@list l4
{mso-list-id:1395084920;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:969953884 -295819972 1646559868 620892634 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l4:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:49.65pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:49.65pt;
text-indent:-22.65pt;
font-family:Wingdings;
color:windowtext;}
@list l4:level2
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:*;
mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:216.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
color:windowtext;}
@list l4:level3
{mso-level-start-at:7;
mso-level-number-format:roman-upper;
mso-level-tab-stop:279.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:279.0pt;
text-indent:-36.0pt;}
@list l5
{mso-list-id:1467964080;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1229288190 -295819972 67698713 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;}
@list l5:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:49.65pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:49.65pt;
text-indent:-22.65pt;
font-family:Wingdings;
color:windowtext;}
@list l5:level2
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
color:windowtext;}
@list l6
{mso-list-id:1491216329;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:126522012 -295819972 1646559868 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;}
@list l6:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:34.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:34.0pt;
text-indent:-22.65pt;
font-family:Wingdings;
color:windowtext;}
@list l6:level2
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:*;
mso-level-tab-stop:81.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:81.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
color:windowtext;}
@list l7
{mso-list-id:1623732716;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-527391762 -295819972 67698713 -699228142 1646559868 866570678 1855474560 67698703 67698713 67698715;}
@list l7:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:34.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:34.0pt;
text-indent:-22.65pt;
font-family:Wingdings;
color:windowtext;}
@list l7:level2
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:108.0pt;
text-indent:-18.0pt;
color:windowtext;}
@list l7:level3
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:153.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:153.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Symbol;
color:windowtext;}
@list l7:level4
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:*;
mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:180.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
color:windowtext;}
@list l7:level5
{mso-level-start-at:2;
mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:-;
mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:216.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@list l7:level6
{mso-level-start-at:4;
mso-level-number-format:roman-upper;
mso-level-tab-stop:279.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:279.0pt;
text-indent:-36.0pt;
mso-ansi-font-weight:normal;}
@list l8
{mso-list-id:1666712602;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:804682528 179714566 -763985318 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l8:level1
{mso-level-tab-stop:81.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:81.0pt;
text-indent:-18.0pt;}
@list l8:level2
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:117.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:117.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l9
{mso-list-id:1697652304;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1513194784 67698713 67698713 -699228142 1646559868 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l9:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:81.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:81.0pt;
text-indent:-18.0pt;
color:windowtext;}
@list l9:level2
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:108.0pt;
text-indent:-18.0pt;
color:windowtext;}
@list l9:level3
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:153.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:153.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Symbol;
color:windowtext;}
@list l9:level4
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:*;
mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:180.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
color:windowtext;}
@list l10
{mso-list-id:1883399844;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1140788100 -295819972 67698713 -699228142 1646559868 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l10:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:34.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:34.0pt;
text-indent:-22.65pt;
font-family:Wingdings;
color:windowtext;}
@list l10:level2
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:108.0pt;
text-indent:-18.0pt;
color:windowtext;}
@list l10:level3
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:153.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:153.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Symbol;
color:windowtext;}
@list l10:level4
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:*;
mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:180.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
color:windowtext;}
@list l11
{mso-list-id:2033610678;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1268750810 -295819972 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;}
@list l11:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:34.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:34.0pt;
text-indent:-22.65pt;
font-family:Wingdings;}
@list l11:level2
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:o;
mso-level-tab-stop:77.85pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:77.85pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:"Courier New";}
@list l12
{mso-list-id:2077777239;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:669148060 1183324942 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l12:level1
{mso-level-start-at:4;
mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:180.0pt;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span lang="SV">TEORI RINGKAS<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV"> Log adalah suatu grafik kedalaman dari suatu set data yang menunjukkan paeameter yang diukur secara bekesinambungan di dalam sebuah sumur. Dalam analisa lioligi. Kurva log terdiri dari bebeapa jenis dimana masing-masing mempunyai paameter tediri beserta kegunaanya berupa .<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><i><span lang="ES">Adapun jenis log yang digunakan dalam analisa litologi yaitu :<o:p></o:p></span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 180pt; text-align: justify; text-indent: -180pt;"><span lang="EN-US">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Log SP ( Spontaneous potential )</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 11.4pt; text-align: justify; text-indent: 28.5pt;"><span lang="EN-US">Log sp adalah rekaman perbedaan potensial listrik antara elektroda dipermukaan yang tetap dengan elektroda yang terdapat dilubang bor yang bergerak naik turun. Skala SP adalah dalam millivolt. Dari kurva log SP ini dapat diinterpretasi jenis litologi atau suatu lapisan yang permeable dan serpih ( shale ) yang tak permeable. Litologi serpih ditunjukkan oleh kenampakan kurva yang terdefleksi ke kanan, sedangkan litologi permeable ( batupasir ) terdefleksi ke kiri. SP tidak membaca harga mutlak , tapi mencatat besarnya penyimpangan yang dihitung dari shale base line. SP diukur dalam Milli volt, SP refleksi dari porositas, ssp ( static SP ) adalah harga maksimum dari suatu SP. Bnetuk – bentuk kurva SP adalah sebagai berikut :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -22.65pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="position: relative; z-index: -7;"><span style="height: 854px; left: -1px; position: absolute; top: -173px; width: 530px;"><img height="854" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" v:shapes="_x0000_s1026" width="530" /></span></span><span lang="EN-US">Lapisan permeable mengandung air asin, kurva sp mengalami defleksi negative ( kearah kiri dari garis shale ).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -22.65pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Lapisan permeable mengandung hidrokarbon , terjadi defleksi negative </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -22.65pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Lapisan permeable mengandung hidrokarbon, terjadi defleksi positif</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -22.65pt;"><span lang="FI" style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="FI">Lapisan shale, kurva sp berbentuk garis lurus.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span lang="SV">Factor –faktor yang mempengaruhi kurva sp, sebagai berikut :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -22.65pt;"><span lang="SV" style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="SV">Litologi, terjadi kurva lurus pada shale / clay yang dikenal dengan istilah shale base line menurut tingkat kekompakan batuan dan defleksi dapat terjadi ( +) atau ( - ) pada lapisan permeable tergantung pada jemis kandungannya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -22.65pt;"><span lang="SV" style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="SV">Kandungan air asin dan hidrokarbon akan membentuk defleksi negative, air tawar akan terjadi defleksi positif, sedangkan air payau mendekati shale base line.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 180pt; text-align: justify; text-indent: -180pt;"><span lang="EN-US">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Log Gamma Ray ( GR )</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 11.4pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US">Prinsip log GR adalah suatu rekaman tingkat radioaktivitas alami yang terjadi karena 3 unsur : uranium ( U ) , Thorium ( Th ) dan Potassium ( K ) yang ada pada batuan . ketiga elemen tersebut umum dijumpai pada mineral – mineral lempung dan beberapa evaporit. </span><span lang="ES">Ada 3 hal utama yang dapat diinterpretasi dari log gamma ray, yaitu : <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -22.65pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="position: relative; z-index: -1;"><span style="height: 854px; left: -1px; position: absolute; top: -75px; width: 530px;"><img height="854" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif" v:shapes="_x0000_s1032" width="530" /></span></span><span lang="EN-US">Kenampakan kurva log yang diakibatkan oleh proses diagenetik </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -22.65pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Lempung – lempung radioaktif dalam <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">pori</st1:city></st1:place> batuan, serpih yang banyak mengandung illit ( unsure K tinggi ) lebih bersifat radioaktif daripada mengandung monmorillonit atau klorit</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -22.65pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Batupasir arkose ( K – feldsfar tinggi ) lebih radioaktif daripada yang tidak mengandung feldsfar.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 8.55pt;"><span lang="EN-US"> Dalam formasi batuan sediment , gamma ray log umumnya menggambarkan kandungan shale karena radioaktif cenderung terkumpul di clay / shale. Gamma ray dapat direkam di cased hole dan open hole dan direcord dalam API unit. Kegunaan gamma ray ( GR ) :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 49.65pt; text-indent: -22.65pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Untuk mendeteksi lapisan shale</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 49.65pt; text-indent: -22.65pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Korelasi ( cassed hole )</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 49.65pt; text-indent: -22.65pt;"><span lang="ES" style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="ES">Kombinasi dengan ccl untuk menentukan posisi perforasi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 49.65pt; text-indent: -22.65pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Mendeteksi mineral radioaktif yaitu coal</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54pt; text-indent: -54pt;"><span lang="EN-US">c. Log Caliper</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 11.4pt;"><span lang="SV"> log caliper adalah log yang menggambarkan kondisi ( diameter ) lubang bor. Pada lapisan permeable terbentuk mud cake sehingga pada loh caliper terlihat lubang bor lebih kecil daripada besar pahat bor , sedangkan pada lapisan shale atau clay yang sering terjadi keruntuhan akan terlihat diameter lubang bor lebih besar daripada ukuran pahat, dengan demikian log ini dapat berguna untuk mengetahui adanya lapisan permeable.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 34pt; text-indent: -22.65pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="position: relative; z-index: -6;"><span style="height: 854px; left: -1px; position: absolute; top: -1px; width: 530px;"><img height="854" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" v:shapes="_x0000_s1027" width="530" /></span></span><span lang="EN-US">Lapisan permeable </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 34.2pt; text-indent: 25.65pt;"><span lang="EN-US">Pada lapisan permeable clean harga Rt bisa tinggi dan rendah tergantung dari jenis kandungan ( minyak, air asin, atau air tawar ) sehingga harga sw lebih tinggi atau lebih rendah atau sama dengan harga Rtnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 34pt; text-indent: -22.65pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Lapisan shale</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 37.05pt; text-align: justify; text-indent: 22.8pt;"><span lang="SV">Kandungan shale yang ada dalam lapisan permeable menurunkan harga Rt dan Sn<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 34pt; text-align: justify; text-indent: -22.65pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Lapisan kompak </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 25.65pt; text-align: justify; text-indent: 34.2pt;"><span lang="ES">Pada kondisi ini harga sn dan rt sangat tergantung pada tingkat kekompakan batuan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 180pt; text-align: justify; text-indent: -180pt;"><span lang="EN-US">d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Log dipmeter</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 5.7pt; text-align: justify;"><span lang="SV"> Log diameter digunakan untuk mengukur kemiringan struktur dan dalam analisis stratirafi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><i><span lang="ES">Adapun jenis log yang digunakan dalam analisa porositas yaitu :<o:p></o:p></span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-US">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Log Porositas</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 5.7pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US"> Jenis log yang dapat mengidentifikasikan besarnya tingkat porositas batuan adalah log densitas dan log neutron. Log densitas digunakan untuk mengidentifikasi beberapa jenis litologi yang mengandung anhidrit, halit, dan batuan karbonat yang tidak porous, kurva yang menunjukkan besarnya densitas batuan yang akan ditembus lubang bor , yang dapat digunakan untuk menentukan besarnya porositas fungsi lainnya adalah mendeteksi adanya hidrokarbon dan air bersama-sama dengan log neutron. </span><span lang="SV">Sedangkan log neutron mengukur konsentrasi hydrogen ( pada air atau minyak ) dalam batuan. Porositas neutron diperhitungkan berdasarkan minyak atau air yang mengisi ruang pori batuan, udara, atau air terikat dalam mineral – mineral lempung, memberikan nilai anomaly yang rendah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="position: relative; z-index: -3;"><span style="height: 854px; left: -1px; position: absolute; top: -148px; width: 530px;"><img height="854" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" v:shapes="_x0000_s1030" width="530" /></span></span><b><span lang="ES">Adapun jenis log yang digunakan dalam analisa resistivitas yaitu :<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 34pt; text-align: justify; text-indent: -22.65pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Log Resistivitas </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 8.55pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US"> Resistivitas adalah mengukur kemampuan batuan untuk menghalangi aliran gelombang elektrik. Factor yang mempengaruhi resistivity adalah :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><b><span lang="EN-US">Litologi :<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 34pt; text-align: justify; text-indent: -22.65pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Shale mempunyai harga resistivity ( Rt dan SN ) antara 0,7 – 5 Ohm-m</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 34pt; text-align: justify; text-indent: -22.65pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Lapisan permeable, harga rt bisa tinggi atau rendah tergantung kandungan, sehingga Sn lebih kecil , lebih besar atau sama dengan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 8.55pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US"> </span><span lang="ES">Log ini juga digunakan untuk menginterpretasi larutan didalam suatu formasi. Juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya batubara ( tingkat resistensi tinggi ) dan bentonik ( tingkat resistensi rendah ) pada sumur – sumur tua dimana sedikit jenis log telah berjalan , log resistivitas dapat digunakan untuk menentukan bagian atas dan bawah suatu formasi , dan dalam korelasi antar beberapa sumur. Batuan – batuan porous jenuh memiliki tingkat resistivitas yang tinggi, sehingga log ini dapat digunakan dalam pemisahan serpih dari batupasir dan karbonat yang porous.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 34pt; text-align: justify; text-indent: -22.65pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Log Acustic / sonic</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 8.55pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US"> Berfungsi untuk menentukan porositas seperti halnya log density dan neutron. Log ini menggambarkan waktu kecepatan suara yang dikirimkan kedalam formasi terhadap pantulan suara yang diterima kembali ke receiver . waktu yang diperlukan gelombang suara untuk sampai ke receiver disebut interval transit time.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 8.55pt; text-align: justify;"><span style="position: relative; z-index: -5;"><span style="height: 854px; left: -1px; position: absolute; top: -111px; width: 530px;"><img height="854" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" v:shapes="_x0000_s1028" width="530" /></span></span>Untuk analisa suatu profil dapat digunakan kurva log, dimana terbagi atas 2, yaitu :<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Log untuk penentuan lingkungan pengedapan<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Log untuk menentukan litologi yang ada pada urutan batuan.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 27pt; text-align: justify;"> Log untuk penentuan lingkungan pengendapan terbagi atas lima bentuk, yaitu ;<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54.15pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">à<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span>Bentuk cylindrical yang dipakai untuk lingkungan eolian, gradded fluvial, carbonate shelf, reef, sub marine, canyon fill.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54.15pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">à<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span>Bentuk shapped yang digunakan untuk lingkungan fluvial, point bar, tidal point bar, deep sea channel, dan beberapa pada transgresi shelf sand.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54.15pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">à<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span>Bentuk funnle shapped digunakan untuk lingkungan distribusi mouth bar, klastik strand plain, barrier island, shallow marine sheet sandstone, carbonate shoalling upward sequence, submarine fun laobe.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54.15pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">à<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span>Bentuk symetrical yang digunakan untuk lingkungan sandy offshore bar, transgresive shelf sens, Cu dan Fu unit.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 54.15pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">à<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span>Bentuk ireguler yang digunakan untuk lingkungan pengendapan fluviatil floodpailn, carbonate slope/clastik slope, canyon fill.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="position: relative; z-index: -4;"><span style="height: 854px; left: -1px; position: absolute; top: -1px; width: 530px;"><img height="854" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" v:shapes="_x0000_s1029" width="530" /></span></span><b><i>KOLERASI</i></b><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><i> </i></b>Kolerasi stratigrafi merupakan suatu operasi dimana satu titik dalam suatu penampang stratigrafi disambungkan/dihubungkan dengan titik yang lain pada penampang-penampang stratigrafi lainnya dengan pengertian bahwa titik-titik tersebut terdapat dalam bidang perlapisan yang sama. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"> Dalam melakukan kolerasi perlu diperhatikan posisi stratigafi. Beberapa hubungan lateral lapisan dalam pengkolerasian penampang sbb:<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">* <b>Ketebalan<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 9pt;"> Suatu lapisan ata zona lapisan dibatasi oleh dua bidang pelapisan dapat memperlihatkan ketebalan yang berbeda-beda. Hal ini jelas disebabkan perbedaan kecepatan pengendapan dan penurunan dasar cekungan. <b><o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><b>* Pembajian lapisan/pinch-out, wadge-out<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;"> Pembajian biasanya berhubungan dengan suatu ketidakselarasan terutama dalam bentuk overlap-onlap.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 189pt; text-align: justify; text-indent: -189pt;"><span style="font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><b>Pengisian saluran atau channel fill<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;"> Dalam hal ini jelas bahwa sedimentasi terbatas pada suatu cekungan, jadi lapisan menipis dengan jelas secara cepat secara lateral.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b>* Truncation</b><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 9pt; text-align: justify;"> Dalam hal ini, lapisan di erosi dan menghilang , kemudian ditutupi oleh lapisan-lapisan baru, hal ini terjadi pada suatu ketidakselarasan .<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">* Perubahan fasies-penyerpihan<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 9pt; text-align: justify;"><span style="position: relative; z-index: -2;"><span style="height: 854px; left: -1px; position: absolute; top: -1px; width: 530px;"><img height="854" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" v:shapes="_x0000_s1031" width="530" /></span></span>Perubahan fasies disebakan oleh perbedaan karakteristik liologi dan fauna/fosil yang dimanifestasikan oleh endapan besamaam yang umum. <b> <o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 9pt; text-align: justify;"><br />
</div>geology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-60487507241803489092010-05-12T21:09:00.003-07:002010-05-12T21:09:08.486-07:00Tugas Kuliah<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_editdata.mso" rel="Edit-Time-Data"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Tahoma;
panose-1:2 11 6 4 3 5 4 4 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520081665 -1073717157 41 0 66047 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;}
@page Section1
{size:595.45pt 841.7pt;
margin:4.0cm 3.0cm 3.0cm 4.0cm;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif";">DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif";">UNIVERSITAS HASANUDDIN<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif";">FAKULTAS TEKNIK<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="height: 4px; left: 0px; margin-left: 94px; margin-top: 27px; position: absolute; width: 352px; z-index: 251657728;"><img height="4" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" v:shapes="_x0000_s1026" width="352" /></span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif";">JURUSAN TEKNIK GEOLOGI<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="SV" style="font-family: "Arial","sans-serif";">TUGAS II MINERAL OPTIK<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt;">MINERAL ISOTROP DAN ANISOTROP</span></b><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt;"><o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="EN-US" style="color: red; font-family: "Arial","sans-serif";"></span><span lang="SV" style="color: red; font-family: "Arial","sans-serif";"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif";">OLEH : <o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif";">RUMIATI D6 11 04 015<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif";">HENI D61104 025<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif";">ABDI HIDAYAT D61104 022<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif";">ABDUL MAHDI D61104 022<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif";">MAKASSAR <o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif";">2007<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="SV" style="font-family: "Arial","sans-serif";">MINERAL ISOTROP DAN ANISOTROP<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span lang="SV" style="font-family: "Arial","sans-serif";"> </span></b><span lang="SV" style="font-family: "Arial","sans-serif";"> Yang membedakan mineral isotrop dan anisotrop yaitu bagaimana sistem kristalnya, dimana mineral isotrop memiliki sistem kristal yang isometrik, dengan sifat tembus cahaya dan mineral anisotrop adalah mineral yang tidak tembus cahaya, yang memiliki sistem kristal semua diluar sistem kristal isometrik dengan sifat tidak tembus cahaya. <b><o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><img height="153" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif" v:shapes="_x0000_i1026" width="503" /></span><b><span lang="SV" style="font-family: "Arial","sans-serif";"><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><img height="182" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.jpg" v:shapes="_x0000_i1027" width="528" /></span><b><span lang="SV" style="font-family: "Arial","sans-serif";"><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><b><span lang="SV" style="font-family: "Arial","sans-serif";">Contoh mineral anisotrop yaitu kalsit<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><b><span lang="SV" style="font-family: "Arial","sans-serif";">Mineral </span></b><b><span lang="SV" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 14pt;">kalsit <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Arial","sans-serif";"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 8pt; line-height: 200%;"><img height="174" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.jpg" v:shapes="_x0000_i1028" width="359" /></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif";"> </span><span lang="SV" style="font-family: "Arial","sans-serif";"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Arial","sans-serif";">Kalsit merupakan mineral utama pembentuk batugamping, dengan unsur kimia pembentuknya terdiri dari kalsium (Ca) dan karbonat (CO3), mempunyai sistem kristal Heksagonal dan belahan rhombohedral, tidak berwarna dan transparan. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif";">Unsur kalsium dalam kalsit dapat tersubtitusi oleh unsur logam sebagai pengotor yang dalam prosentasi berat tertentu membentuk mineral lain. Dengan adanya substitusi ini ada perubahan dalam penulisan rumus kimia yaitu CaFe (CO3)2 dan MgCO3 (subtitusi Ca oleh Fe), CaMgCO3, Ca2MgFe (CO3)4 (subtitusi oleh Mg dan Fe) dan CaMnCO3 (substitusi oleh Mn). Sifat fisika dari kalsit adalah bobot isi 2,71; kekerasan 3 (skala Mohs); bentuk prismatik; tabular; pejal; berbutir halus sampai kasar; dapat terbentuk sebagai stalaktit, modul tubleros, koraloidal, oolitik atau pisolitik. Warna kalsit yang tidak murni adalah kuning, coklat, pink, biru, lavender, hijau pucat, abu-abu, dan hitam.<br />
Penggunaan kalsit saat ini telah mencakup berbagai sektor yang didasarkan pada sifat fisik dan kimianya. </span><span lang="FI" style="font-family: "Arial","sans-serif";">Penggunaan tersebut, meliputi sektor pertanian, industri kimia, makanan, logam dan lainnya.<br />
Dilihat dari kejadiannya, kalsit secara umum berkaitan erat dengan batu-gamping dan aktifitas magma, namun berdasarkan data hasil penelitian baru diketahui di sepanjang pantai barat Sumatera, Jawa bagian selatan dan utara (sebagian kecil). Bentuk endapan dapat datar, bukit atau berupa lensa. Cadangan yang diketahui merupakan klasifikasi cadangan tereka di daerah Indarung (10,1 juta ton), Sumatera Barat (10 juta ton) dan Begelan di Kabupaten Purwokerto (0,1 Juta ton).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="FI" style="font-family: "Arial","sans-serif";"> http://www.tekmira.esdm.go.id/<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US" style="font-size: 16pt;"> CALCITE</span><span lang="FI" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 16pt;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div align="center"><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="1" class="MsoNormalTable" style="border: 4.5pt outset; width: 90%;"><tbody>
<tr> <td style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: navy none repeat scroll 0% 0%; padding: 3.75pt;"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-US" style="color: yellow;">General Formula:<br />
CaCO</span></b><b><sub><span lang="EN-US" style="color: yellow; font-size: 10pt;">3</span></sub><span lang="EN-US" style="color: #ffff99;"><o:p></o:p></span></b></div></td> <td style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: navy none repeat scroll 0% 0%; padding: 3.75pt;"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-US" style="color: yellow;">Sample: M-24</span><span lang="EN-US" style="color: #ffff99;"><o:p></o:p></span></b></div></td> <td style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: navy none repeat scroll 0% 0%; padding: 3.75pt;"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-US" style="color: yellow;">System:<br />
Hexagonal (trigonal)</span><span lang="EN-US" style="color: #ffff99;"><o:p></o:p></span></b></div></td> </tr>
<tr> <td style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: navy none repeat scroll 0% 0%; padding: 3.75pt;"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US" style="color: #ffff99;"><img height="122" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image010.jpg" v:shapes="_x0000_i1029" width="159" /><o:p></o:p></span></div></td> <td style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: navy none repeat scroll 0% 0%; padding: 3.75pt;"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US" style="color: #ffff99;"><img height="128" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image012.jpg" v:shapes="_x0000_i1030" width="173" /><o:p></o:p></span></div></td> <td style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: navy none repeat scroll 0% 0%; padding: 3.75pt;"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US" style="color: #ffff99;"><img height="207" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image014.jpg" v:shapes="_x0000_i1031" width="123" /><o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr> <td style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: navy none repeat scroll 0% 0%; padding: 3.75pt;"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US" style="color: yellow;">Calcite<br />
Irregular calcite crystals within a marble. Note the rhombohedral cleavage displayed by the grain just left of center.<br />
Field of View = 2.7 mm, plane light</span><span lang="EN-US" style="color: #ffff99;"><o:p></o:p></span></div></td> <td style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: navy none repeat scroll 0% 0%; padding: 3.75pt;"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US" style="color: yellow;">Calcite<br />
Extreme inteference colours of calcite and the presence of twinning in the top right grain.<br />
Field of View = 2.7 mm, crossed polars<br />
</span><span lang="EN-US" style="color: #ffff99;"><o:p></o:p></span></div></td> <td style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: navy none repeat scroll 0% 0%; padding: 3.75pt;"><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span lang="EN-US" style="color: yellow;">Block diagram showing the relationship between the crystallographic axes and the indicatrix axes.</span><span lang="EN-US" style="color: #ffff99;"><o:p></o:p></span></div></td> </tr>
</tbody></table></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-US" style="color: red; font-size: 18pt;">Optical Properties<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center"><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="1" class="MsoNormalTable" style="border: 4.5pt outset; width: 67.58%;"><tbody>
<tr style="height: 10.5pt;"> <td style="height: 10.5pt; padding: 3.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">Colour<br />
Pleochroism</span></b></div></td> <td style="height: 10.5pt; padding: 3.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US">colourless<br />
non pelochroic</span></div></td> <td style="height: 10.5pt; padding: 3.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">Form</span></b></div></td> <td style="height: 10.5pt; padding: 3.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US">variety of habits, but usually coinsist of scalenohedron and rhombohedron combinations. In most rocks calcite forms anhedral grains or grain aggregates</span></div></td> </tr>
<tr style="height: 4.4pt;"> <td style="height: 4.4pt; padding: 3.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">Relief<br />
RI</span></b></div></td> <td style="height: 4.4pt; padding: 3.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US">moderate negative to high positive, marked change with stage rotation<br />
n</span><sub><span lang="EN-US" style="font-size: 10pt;">w</span></sub><span lang="EN-US"> = 1.658<br />
n</span><sub><span lang="EN-US" style="font-size: 10pt;">e</span></sub><span lang="EN-US"> = 1.486</span></div></td> <td style="height: 4.4pt; padding: 3.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">Cleavage</span></b></div></td> <td style="height: 4.4pt; padding: 3.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US">perfect rhombohedral cleavage, angle between cleavages 74°57'</span></div></td> </tr>
<tr style="height: 3.75pt;"> <td style="height: 3.75pt; padding: 3.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">Birefringence<br />
Interference Colours</span></b></div></td> <td style="height: 3.75pt; padding: 3.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US">0.172<br />
extreme, creamy high order colours</span></div></td> <td style="height: 3.75pt; padding: 3.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">Twinning</span></b></div></td> <td style="height: 3.75pt; padding: 3.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US">lamellar twins parallel to one edge of the cleavage rhomb or along the long diagonal of the rhomb</span></div></td> </tr>
<tr style="height: 0.5pt;"> <td style="height: 0.5pt; padding: 3.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">Interference Figure<br />
Optic Sign<br />
2V</span></b></div></td> <td style="height: 0.5pt; padding: 3.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US">uniaxial<br />
negative</span></div></td> <td style="height: 0.5pt; padding: 3.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">Optic Orientation</span></b></div></td> <td style="height: 0.5pt; padding: 3.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US">extinction is inclined or symmetrical to cleavage traces, the fast ray is parallel to the short diagonal of the rhombohedral faces</span></div></td> </tr>
<tr style="height: 3.75pt;"> <td style="height: 3.75pt; padding: 3.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">Composition</span></b></div></td> <td style="height: 3.75pt; padding: 3.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US">dominantly CaCO</span><sub><span lang="EN-US" style="font-size: 10pt;">3</span></sub><span lang="EN-US">, but substitution of Mg, Fe, Mn, or Zn and minor Sr and Ba</span></div></td> <td style="height: 3.75pt; padding: 3.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">Alteration</span></b></div></td> <td style="height: 3.75pt; padding: 3.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US">altered to dolomite during diagenesis, calcite is soluble in natural waters and may be removed by solution</span></div></td> </tr>
<tr style="height: 35.2pt;"> <td style="height: 35.2pt; padding: 3.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">Occurrence</span></b></div></td> <td style="height: 35.2pt; padding: 3.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US">common and widespread as a major mineral in limestones, and an accessory in igneous, metamorphic and sedimentary rocks</span></div></td> <td style="height: 35.2pt; padding: 3.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">Distinguishing Features</span></b></div></td> <td style="height: 35.2pt; padding: 3.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US">cleavage, variable relief, extreme interference colours</span></div></td> </tr>
</tbody></table></div><div class="MsoNormal"><br />
</div>geology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-61696292893902041742010-05-12T21:08:00.003-07:002010-05-12T21:08:51.000-07:00SeismikTeori Ringkas<br />
<br />
<br />
Pada dasarnya seismic adalah penafsiran stratigrafi dari data seismic ( Van dan Mitchum,1877 ). Karakter unik dan rekaman seismic refleksi memungkinkan dilakukannya penerapan langsung penerapan konsep geologi berdasarkan kenampakan fisik stratigrafi dari rekaman tersebut. Frekuensi primer gelombang seismic terjadi akibat perbedaan impendasi akustik <br />
( Kecepatan gelombang x densitas ) permukaan batuan yang umumnya berupa permukaan lapisan dan atau bidang ketidak selarasan. Oleh karenanya , pola rekaman seismic refleksi mencerminkan pola perlapisan batuan yang terletak diantara suatu perlapisan batuan yang terletak diatas suatu lapisan dan atau bidang ketidak selarasan. Oleh karenanya pola rekaman seismic refleksi mencermunkan pola perlapisan batuan yang terletak diatas suatu lapisan atau bidang ketidak selarasan berumur lebih muda daripada yang terletak dibawahnya. Maka penampang seismic refleksi merupakan krinostratigrafi ( time stratigrapic) dan pola struktur dan pengendapan, dan bukan merupakan rekaman litostratigrafi ( Rock stratiriphic).<br />
Hubungan antara bidang perlapisan dan batas sekuen. <br />
Hubungan konkordan dapat terlihat pada batas atas dan batas sekuen. Pada batas atas hubungan yang konkordan dapat dikenali dari kesejajaran lapisan dengan lapisan dibawahnya yang pada awalnaya horizontal. Miring, atau tidak teratur. Hubungan discordan merupakan criteria utama menentukan batas sekuen pembagian jenis diskordansi didasarkan pada bagaimana terminasi lapisan terhadap bagaimana sekuen. Lap out adalah terminasi lateral lapisan pada batuan pengendapam aslinya. Truncation adalah terminasi lateral suatu lapisan akibat terpoting dari batas pengendapan aslinya. Baselap adalah lap out pada batassekuen. Onlap adalah baselap dimana lapisan yang awalnya horizontal laps-out updip pada lapisan yang lebih miring. Down lap adalah baselap dimana lapisan yang awalnya miring terminates downdip pada bidang yang awalnya horizontal atau miring. Proaxial onlap yaitu onlap pada arah sumber sediment dan distal downlap yaitu downlap pada arah yang berlawanan dari arah sumber sediment. Umumnya merupakan indikasi permukaan dan akhir lateral dari pengendapan suatu lapisan. Onlap dan Downlap umumnya umumnya lebih mencerminkan non depotitional hiatus daripada erotional hiatus. <br />
Toplap adalah lapout pada batas atas sekuen pengendapan. Toplap mencerminkan non depotitional hiatus sedang erosional truncation mencerminkan bidang erosi.<br />
Perubahan muka air laut relative di definisikan sebagi kenaikan atau penurunan muka laut terhadap permukaan daratan, atau kombinasi keduannya dapat naik atau turun selama erubahan tersebut. Dapat terjadi dalam skala local ataupun regional dan global.<br />
Kenaikan muka air laut relative dapat didetakasi dari fenomena onlap endapan pantai. Kenaikan ini dapat disebabkan oleh <br />
1. Muka air laut naik, bidang dasar cukup supali sediment, maka endapan pantai akan secara progresif onlap pada bidang pengendapan. Kenaikan relative tersebut dapat diukur secara akurat pada lokasi dimana endapan litora ( Endapan yang terjadi selama interval pasang suru air laut onlap pada bidang pengendapan dibawahnya bila kenaikan muka air laut relative cepat dari pada kecepatan pengendapannya, maka dapat terbentuk onlap marin. Bukannya onlap pantai. Dan control paleobatimetri digunakan untuk menukur kenaikan muka air laut.<br />
Bentuk eksternal<br />
Pemahaman mengenai bentuk eksternal 3 dimensi dan asosiasi daerah dari fasies seismic adalah penting untuk analisa fasies seismic tersebut. Bentuk sheet, wedges, banks umumnya umumnya terbentuk pada fasies seismic paparan. Sheet drape mencerminkan pengendapan yang seragam, dan benergi rendah pada laut dalam. Bentuk lensa umumnya berasosiasi dengan deep sea fans. Lobes, slump masses, contourite,carbonate buldup,reefs,volcanic mound. <br />
Konfigurasi iternal<br />
Jenis dan notasi ABC untuk konfigurasi internal sekuen seismic adalah pararel ( P ), sub pararel ( Sp ), Divergen ( D ), Chaotic c,refleksion- free ( Rf), mounded (M), Sigmoid ( S ), Oblique ( Ob ), comples sigmoid Oblique ( SO ), shinglred ( Sh ), Hummocky clinoform ( HC ), even ( E ), Wavy ( W ), Regular<br />
( R ), Irregular ( IR ) Uniform ( U ), Variable ( V ), Draped ( Dr ), Lenticular <br />
( L ), Distrupted ( D ), Contorted ( Co ).<br />
Konfigurasi internal pararel dan sub pararel menujukan kecepatan pengendapan yang konstan pada suatu paparan secara seragam atau pada basin paling dstabil. Umumnya konfigurasi internal berasosiasi dengan bentuk eksternal sheet,sheetdrape. Fill.<br />
Konfigurasi divergen dicirikan oleh bentuk wedge dimana penebalan lateral lebih disebabkan oleh penebalan dari rtefleksi itu sendiribukan karena onlap,lapisan yang mengisi permukaan dibawahnya yang mempunyai relief negative dan berasosiasi dengan erosional shannels, Canyon tills,fans,slump, dll<br />
STACKING PATTERN<br />
<br />
Merupakan gambaran dimana parasekuen/ prasekuen set saling berlapis tediri atas 3 macam yaitu:<br />
Progadasi/foresteeping yaitu urutan lapisan sediment secara lateral, ini terjadi apabila parasekuen yang muda diendapkan jauh kedalam/arah basin. Terjadi apabila kecepatan akomodasi lebih kecil dari kecepatan pengendapan.<br />
Agradasi yaitu urutan lapisan secara vetikal dimana sedimen yang lebih muda diendapkan jauh kedaratan, mendangkal keatas, terjadi backsteeping apabila kecepatan akomodasi lebih besar dari kecepatan pengendapan.<br />
Retogadasi yaitu pengendapan kombinasi antara lateral dan vertical, dimana akibat adanya erosi.<br />
<br />
STACKING TRACT<br />
<br />
Sistem tract dari suatu sisem pengendapan akan terendapkan pada waktu yang sama dan bedekatan satu sama lainnya pada satu level tertentu. Sistem tract ini terdiri atas tiga yaitu LST, TST, HST dimana dari ketiga system tract ini tidak selalu harus hadir bersamaan dalam suatu sekuen.<br />
o Lowstand System Tract (LST), merupakan bagian paling awal dari system tract di dalam suatu sekuen dimana bagian bawahnya merupakan Batas Sekuen type-1. Bagian bawah dari Batas Sikuen type-2 menghasilkan SMS.<br />
o Transgressive System Tract (TST), marupakan tract yang terletak ditengah pada suatu sekuen, menutupi HST atau SMST dan ditutupi oleh HST. Bagian atas dari TST adalah downlap surface, mfs yang merupakan bagian dari downlap dari HST.<br />
o HIghstand System Tract (HST), merupakan bagian atas dari suatu system tract pada suatu sekuen, dicirikan oleh agradasi yang diikuti oleh progradasigeology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-80571098018285543522010-05-12T20:15:00.001-07:002010-05-12T20:15:57.973-07:00STRATIGRAFI INDONESIA BAGIAN BARATPembentukan stratigrafi sangat erat kaitannya dengan pembentukan batuan alas. Pembentukan batuan alas tersebut sangat panjang untuk diceritakan dan kedudukannya merupakan sesuatu yang kompleks dalam proses kristalisasi batuan metamorf yang mana mendasari suatu cekungan sedimen. Pada zaman tersier awal batuan sedimen menempati posisi yang baik yang terjadi dilingkungan kontinental.<br />
Munculnya plat tektonik serta kemajuan teknologi dan proses pembelajaran dari proses batuan metamorf pada suatu kawasan secara berangsur-angsur menghapus kekeliruan penafsiran yang selama ini terjadi.<br />
Kepulauan Indonesia yang luas dibentuk oleh dua buah kontinental yang saling bertemu dimana plat euroasia menunju kearah barat dan plat australia menuju kearah timur sehingga terjadi zona benturan pada pertengahan tersier. Perubahan yang secara cepat pada zaman tersier itu merupakan suatu kajian yang cukup alot dalam dua decade terakhir ini. Sedangkan penelitian lain pada bagian-bagian dari masa kontinental kebanyakan dihalangi oleh proses sedimentasi dan proses vulkanik dan permasalahan lain yakni permasalahan logistik.<br />
Tiga jenis orogenesa yang utama dikenal di Indonesia adalah:<br />
1. Tipe sunda<br />
Mewakili type mesozoik yang sambung menyambung dari bagian tenggara kawasan sunda dan pada zaman neogen keseberang Sumatra, jawa, dan nusa tenggara. Benturan continent yang kecil dicurigai terjadi pada meratus karang sambung.<br />
2. Tipe makassar <br />
Pergeseran pada meratus karang sambung , mendasari terjadinya proses subdaksi obduksi yang terjadi pada kala oligosen dan miosen terdiri atas lengan timur sulawesi yang mana berasal dari sedikit kontinen Australia yang bergabung kesulawesi.<br />
3. Tipe banda, merupakan kerakteristik dari awal tubrukan yang dilanjutkan dengan obduksi yang sangat cepat ditepi laut Australia yang pasif yang terjadi pada kala oligosen dan miosen yang berturut-turut.<br />
Pemahaman Indonesia dari presfektif geologi dalam menyikapi landasan pembentukan kerak di Indonesia belum selesai, walaupun kontribusi penting telah didokumentasikan. Mengenai proses terjadinya tektonik perlu study lebih lanjut terutama masalah ophiolit dan relasi proses methamorfisma .<br />
<br />
A. Paleozoik<br />
Bagian dari asia tenggara menunjukan tanda-tanda kerak benua yang tertua pada masa paleozoik. Hal ini mencakup bagian yang kecil dari philipina, Indonesia, guinea baru, dan bagian yang utama terdiri dari hampir semua daratan bagian asia kebanyakan dari Sumatra. Borneo bagian barat daya dan barat laut yang saling menindih. Sabuk ofiolite saling berkaitan dan keseimbangan proses geologi menunjukan bahwa bagian yang utama ini adalah suatu mozaik dari suatu fragmen yang berbeda. (staufer 1983)<br />
Barisan pegunungan dipulau Sumatra terdapat pada jajaran pulau dibagian barat Sumatra yang terdiri dari sebagian besar karbonatan untuk batuan mesozoik. Dimana telah mengalami proses perubahan yang sidikit- demi sedikit dan sebagian besar mafik keintermedit vulkanic, vulkanik klastik, sate, phyllites, wackes, dan batu gamping. (halaman dan muda , 1981)<br />
Fosil yang paling tua ditemukan di daerah barat laut pulau kalimantan. Dimana pada batu gamping karbonat dan batu pualam yang terdapat fosil fusulinides. Sebagian muncul dalam kawasan yang kecil pada kalimantan barat (emchoven, 1939) dan serawak (sanderson, 1966). Batu gamping devon ditemukan oleh vitamp pada tahun 1925 yang berasumsi bahwa batuan tersebut sama dengan batuan pada zaman Permian (sugiaman & andria, 1999). Di kalimantan batugamping dan pualam tersisipkan schist, phylite dan kwarsit dengan dengan garnet yang utama menyusun batuan kumpulan facies greenschit. Di kalimantan batugamping yang termetamorfosa dipengaruhi oleh granit biotit yang menghasilkan K-Ar yang menunjukan zaman premian keakhir trias.<br />
<br />
B. Mesozoik<br />
Pada Indonesia bagian barat, batuan mesozoik biasa terdapat pada pulau Sumatra. Pulau jawa dan kalimantan. Batugamping trias ditemukan disumatra barat diatas batu gamping premian.Batuan granit banyak terdapat di kalimantan barat dimana terdapat zona hancuran yang kuat.Keterdapatan biotit dari peninggalan trias pada batuan yang terubah tersebut. Fosil pada masa jura telah diketemukan pada beberapa tempat didaerah tersebut. Interval jura - trias dapat membentuk suatu tingkat strata. Di daerah barat sangat berbeda yang nampak pada bagian akhir trias sampai awal jura dalam hitungan sequen sedimentary yang mana hanya terjadi sedikit deformasi akhir jura terjadi suatu peristiwa yang mengakibatkan laut mengalami penurunan dan terangkat batu gamping membentuk facies margin pada suatu bagian utara yang kelihatan berisi dominan creataceous berpasir turbidites dan batu gamping lumpuran mengandung zat kapur (Williams et al. 1989).<br />
<br />
C. Kenozoik<br />
Kenozoik atau tingkatan sedimen tersier di Indoneesia sebagian besar berada pada ketidakmungkinan sebeulm terjadinya landasan dari kristalisasi pada tersier.Sedimen pada zaman tersier mengalami perulangan ketebalan tidak hanya antar tempat – tempat pengendapan tetapi ada yang terjadi pada suatu tempat pengendapan itu sendiri. Akumulasi maksimum 6000 meter ditemukan disumatra utara sedangkan Sumatra selatan berisi 3500-4000 meter. Didaerah sunda ketebalan maksimum 3400 meter.Di kalimantan timur samapai 3500 meter yang dalam masih pada zaman Miocene Pulau jawa secara umum dibawah 2500 meter, karenanya pre- tersier batuan alas belum terjadi secara normal.geology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-10150760972157830332010-05-12T20:09:00.003-07:002010-05-12T20:09:04.689-07:00ANALISA SISMIC<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
h1
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-link:"Heading 1 Char";
mso-style-next:Normal;
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
text-align:justify;
mso-pagination:widow-orphan;
page-break-after:avoid;
mso-outline-level:1;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-font-kerning:0pt;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
h2
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-link:"Heading 2 Char";
mso-style-next:Normal;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:0cm;
margin-left:28.05pt;
margin-bottom:.0001pt;
text-align:justify;
text-indent:-18.7pt;
line-height:150%;
mso-pagination:widow-orphan;
page-break-after:avoid;
mso-outline-level:2;
mso-list:l0 level1 lfo1;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
h3
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-link:"Heading 3 Char";
mso-style-next:Normal;
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
line-height:150%;
mso-pagination:widow-orphan;
page-break-after:avoid;
mso-outline-level:3;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoBodyText, li.MsoBodyText, div.MsoBodyText
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-unhide:no;
mso-style-link:"Body Text Char";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
text-align:justify;
line-height:200%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
span.Heading1Char
{mso-style-name:"Heading 1 Char";
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Heading 1";
mso-ansi-font-size:12.0pt;
mso-bidi-font-size:12.0pt;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;
font-weight:bold;}
span.Heading2Char
{mso-style-name:"Heading 2 Char";
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Heading 2";
mso-ansi-font-size:12.0pt;
mso-bidi-font-size:12.0pt;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;
font-weight:bold;}
span.Heading3Char
{mso-style-name:"Heading 3 Char";
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Heading 3";
mso-ansi-font-size:12.0pt;
mso-bidi-font-size:12.0pt;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;
font-weight:bold;}
span.BodyTextChar
{mso-style-name:"Body Text Char";
mso-style-noshow:yes;
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Body Text";
mso-ansi-font-size:12.0pt;
mso-bidi-font-size:12.0pt;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:146754305;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1446995988 -673700496 -872126886 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-number-format:roman-upper;
mso-level-style-link:"Heading 2";
mso-level-tab-stop:54.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:54.0pt;
text-indent:-36.0pt;}
@list l0:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1
{mso-list-id:2038313387;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1959924460 797188852 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l1:level1
{mso-level-tab-stop:18.7pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:18.7pt;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<h3><span lang="EN-US">III Teori Ringkas</span></h3><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="EN-US"> Penggunaan teknik-teknik interpretasi seismic stratigrafi pada analisa cekungan sedimentasi sekarang ini sudah dikemas dengan cara baru yaitu dengan menguraikan batuan sedimen, mengkorelasikan dan memetakannya. Teknik ini dinamakan <i>sekuen stratigrafi.</i>. Cara yang dilakuakn adalah dengan memilah-milah refleksi-refleksi sismic dari suatu kelompokdata seismic kedalam bentuk paket-paket yang secara chronostratigrafi berhubungan keinterval pengendapan lainnya.Interval-interval in dusebut sebagai <i>Depositional sequence </i>dan <i>System track.</i>Interval-interval tersebut dapat diprediksi pola lapisan dan fasiec batuannya. Oleh karenanyainterval-interval tersebut memberikan gambaran tentang siatu kerangka korelasi choronostratigraphy yang berdasarkan cirri-ciri fisiknya.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><h1 style="line-height: 200%;"><span lang="EN-US">Amalisa Sikuen Siesmik</span></h1><div class="MsoBodyText"><span lang="EN-US"> Sikuen sismik adalah sikuen pengendapan yang diidentifikasikan dari penampang sismik (Mitchum dkk, 1977). Analisa sikuen sismik adalah untuk mendefenisikan paket-paket tentang asal usul refleksi seismic yang berhubungan dengan sikuen-sikuen seismic dan system tract. Caranya yaitu dengan melakukan indentifikasi terhadap permukaan-permukaan diskontiunity dengan mangamati pola-pola terminasi dari refleksi-refleksi tersebut.</span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><b><span lang="EN-US">Analisa sekuan pada data sumur<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoBodyText"><span lang="EN-US"> Pada tahap ini, estimasi-estimas awal tentang sikuen-sikuen dan sytam tract dibuat dengan menginterpretasikan tentang awal pengendapan fasies batuan dari data sumur malalui inter[retasi dengan menggunakan data dari cores dan suttings, hal ini perlu untuk mengkalibrasikannya dengan log response. </span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoBodyText"><b><span lang="EN-US">Menganalisa Data Synthetic Seismik Sumur Dengan Penampang sismik.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoBodyText"><b><span lang="EN-US"> </span></b><span lang="EN-US">Aksud dari menghubungkan data ini adalah mendempetkan/ mencocokan (tie) setelity mungkin informasi-informasi dari well-log keatas penampang sismic. Ada dua objek uatama yaitu:</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18.7pt; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-US">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Menghubungkan informasi kedalam wwell log s kepenampang sismik.</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 18.7pt; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-US">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Mengetahui apa-apa penyebab dari refleksi seismic dengan mendalami pola-pola gangguan (interference) yang membentuk dan membuyarkan setiap gelombang sismic yang disebabkan oleh kontras impedance dari lapisan yang berbeda. </span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 0.7pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.7pt;"><b><span lang="EN-US">Analisa Fasies Seismik<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.7pt;"><b><span lang="EN-US"> </span></b><span lang="EN-US">Maksud dari analisa ini adalah untuk menguraikan soebjektif mungkin semua fariasi-fariasi dari parameter-parameter seismic didalam setiap sekuen-sekuen seismic dan systen tracts dalam menentukan fasies sismic ini adalah untuk menguraikan menginterpretasikan bentuk geologi suatu lingkungan pengendapan dari penampang sismik. Parameterparameteu sismik utama yang digunakan dalam analisa fasies seismic ini adalah: geometri, dari reflector-reflektor didalam sekuen-sekuen dan system track, amplitudo, frekuence, kontinuitas, dan <i>interval velocity.</i>Penampang-penampanmg instantenous celocity yang diproses dari data sumur adalah yag paling ideal digunakan untuk analisa fasies seismic. </span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 0.7pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.7pt;"><b><span lang="EN-US">Interpretasi lingkungan pengendapan dan Fasies Batuan<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.7pt;"><span lang="EN-US"> Melakukan interpretasi lingkungan pengendapan dari fasies batuan dari parameter-parameter yang diuraikan pada analisa fasies- fasis seismic yang dihubungkan dengan pengetahun kita tentang geologi regional didaerah tersebut.</span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 0.7pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 0.7pt;"><b><span lang="EN-US">Melakukan Pemodelan Seismik Lanjut<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 0.7pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.7pt;"><span lang="EN-US"> Seacar umum ada tiga sebab, mengapa perlu adanya pemodelan sismik lanjut.</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.7pt;"><span lang="EN-US">Pertama adalah untuk menginterpretasi statigrafi dan komposisi fluida pada atau didekat batas resolusi seismic dengan cara menganalisa bentuk gelombang (wave.</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.7pt;"><span lang="EN-US">Kedua adalah simulasi sismic dari suatu penampang geologi yang memperlihatkan permukaan-permukaan lapisan-lapisan dan kontak-kontark indepedence.</span></div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.7pt;"><span lang="EN-US">Ketiga adalah simulasi dari pola-pola refleksi yang tampak pada penmapang sismik, yaitu dengan cara menghitung pole-pola lapisan dari kecepetan pengendapan sustacy dan suplai sedimen.</span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 0.7pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.7pt;"><b><span lang="EN-US">Interpretasi Akhir yang Terintegrasi<o:p></o:p></span></b></div><div align="left" class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.7pt; text-align: left;"><b><span lang="EN-US"> </span></b><span lang="EN-US">Angkah teakhir dari prosedur interpertasi sekuan adalah interpretasi akhir yang merupkan penggabungan dari data-data sumur, sismik, singkapan-singkapan yang didasarkan pada objektifitas-objeltifitas interpretasi ketersediaan data.</span></div><div align="left" class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 0.7pt; text-align: left;"><br />
</div><div align="left" class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.7pt; text-align: left;"><b><span lang="EN-US">Refleksi Siesmik dan Garis Waktu Geologi<o:p></o:p></span></b></div><div align="left" class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.7pt; text-align: left;"><span lang="EN-US"> Ada tiga tipe hubungan antara refleksi-refleksi seismic dengan garis-garis waktu geologi yang diidentifikasikan pada suatu penampang seismic, yaitu:</span></div><div align="left" class="MsoBodyText" style="margin-left: 18.7pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-US">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Refleksi-refleksi seismic yang mengikuti garis-garis waktu geologi yang selaras dan dapat menjadi plus atau minus dari setengah panajng gelombang</span></div><div align="left" class="MsoBodyText" style="margin-left: 18.7pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-US">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Diskontinuity-diskontinuity dari refleksi seismic, seperti ketidakselarasan dan permukaan downlap yang umumbnya mengikuti batas-batas waktu geologi.</span></div><div align="left" class="MsoBodyText" style="margin-left: 18.7pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-US">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Refleksi-refleksi seismic yang kurang baik kenampakannya yang disebabkan oleh fluid interfaces dan adanya pergantian-pergantian diagenesa tertentu yang juga menguikuti yang juga mengikuti diachronous terhadap garis waktu geologi.</span></div><div align="left" class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.7pt; text-align: left;"><br />
</div><div align="left" class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.7pt; text-align: left;"><br />
</div>geology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-872949682361141292010-05-12T20:00:00.001-07:002010-05-12T20:00:49.223-07:00Eruption of vulcano<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_editdata.mso" rel="Edit-Time-Data"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 415 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:595.3pt 841.9pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:18942697;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1645486756 1260025030 1742765784 -1611260118 44724122 -957472718 1909733838 481446866 1323629384 -1052058950;}
@list l0:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:-;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal"><img alt="Picture3" height="201" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.jpg" v:shapes="Picture_x0020_1" width="497" /></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">The word volcano is derived from the name of the ancient Roman island of Vulcano which lies off the southwest coast of Italy. The Romans believed that Vulcan, the god of fire and the maker of weapons, used the volcano on that island to forge his weapons. </span></b></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">Volcanoes are not alive but scientists use human terms to talk about volcanoes, such as active, alive, dormant, resting, sleeping, extinct, dead, lifetime, and restless. </span></b></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">The island in the middle of the picture is Vulcano. The island was formed by Vulcanian eruptions, which are eruptions of hot gas and steam followed by ejections of thick and pasty lava. </span></b></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">The term <i>Volcano</i> has two definitions; </span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><b><span lang="EN-US"> An opening in the crust of the Earth in which molten rock called magma and gases can escape to the surface. </span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><b><span lang="EN-US"> The mountain that is formed from volcanic eruptions.<br />
<br />
This is a photo of the volcano Paricutin (Pear-A-Koo-Teen). Paricutin's cone formed from nine years of almost constant eruptions. Red hot cinders exploded from the main vent and landed near it building the cone higher and higher. This type of cone is called a cinder cone. You will learn more about the types of volcanic cones in the eighth lesson, "Volcanic Cones and Eruptions". </span></b></div><div class="MsoNormal"><img align="left" alt="Picture5" height="343" hspace="12" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg" v:shapes="Picture_x0020_2" width="300" /><b><span lang="EN-US">Volcanoes actually build themselves into a mountain with repeated eruptions. In 1943 a farmer in Mexico noticed that some cracks (fissures) in his corn field were growing wider and wider. The next day his field was engulfed by a growing volcanic cone (Light Green). During the week the cone grew 500 feet taller (Dark Green). Within a year (Dark Gray) Paricutin was over 1200 feet higher than the surrounding landscape. During the next eight years the volcano did not grow much taller but the cone's base grew wider and wider (Light gray). Paricutin stopped erupting in 1952 almost as fast as it started. The mountain has been silent since. </span></b></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">Volcanoes can build themselves into high mountains one day and in the case of Mt. St. Helens erupt violently blowing their top off the next day. Mt. St. Helens lost over 1300 feet of its summit during the eruption and simultaneous landslide of 1980. </span></b></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">Volcanoes are classified as active, dormant, and extinct. <i>Active</i> volcanoes are either currently erupting or have erupted in recorded history. There are over 500 volcanoes on Earth that fit this category today. <i>Dormant</i> or resting volcanoes are not currently erupting but are considered likely to do so. Mt. St. Helens had been dormant for one hundred twenty-three years before it erupted in 1980. <i>Extinct</i> or dead volcanoes have not erupted in recorded history and are not expected to erupt again. </span></b></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">The photo above is of beautiful Mt. St. Helens before it erupted on May 18, 1980. Mt. St. Helens was one of the most beautifully symetrical stratovolcanoes in the world. It was called "the Fuji of the west". Mount Fuji, in Japan, is the most photographed mountain in the world. The next card will show you what this mountain looked like shortly after the eruption. The lake in the foreground changed. The lake's level is now 150 feet higher because the landslide and eruption filled the bottom of the lake with rock, soil, and pyroclasts </span></b></div><div class="MsoNormal"><img alt="Picture7" height="223" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.jpg" v:shapes="Picture_x0020_3" width="503" /><br />
<b><span lang="EN-US">This is Mt. St. Helens four months after the eruption. Notice the loss of over 1300 feet of the summit. Also notice the total devastation of the beautiful forests and how Spirit Lake rose. Spirit Lake's surface was completely filled with trees that were blasted into the lake by the force of the eruption. The lake is now much more shallow, wider, and longer than before the eruption. Huge trees still float across the lake today. </span></b></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">The eruption left a crater over a mile wide and over 2000 feet deep. The mountain is still active today spewing small whisps of steam. A lava dome is growing in the bottom of the huge crater. </span></b></div><div class="MsoNormal"><b><i><span lang="EN-US">lava dome</span></i></b><b><span lang="EN-US"> is a steep mass of very thick and pasty lava that is pushed up from the main vent. The lava is so viscous (thick and pasty) that it does not flow but slowly rises higher with each movement of magma in the conduit. Think of toothpaste that is slowly squeezed and then stopped and then squeezed again from the tube. This is how the lava dome in Mt. St. Helen's was formed. </span></b></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">The dome's exterior surface is very rough with chunks of lava that were formed from small eruptions that broke the cooled and hardened surface into blocks. </span></b></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">The dome slowly "grew" larger and larger over a seven year period. An earlier dome started to form one month after the famous eruption when very thick lava (dacitic lava) rose into the crater from the magma chamber below. This dome was destroyed by an explosive eruption just a month later. </span></b></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">The large dome that is very visible today is over 900 feet tall (taller than an 80 story building) and over 3000 feet wide (10 football fields). As large as the lava dome is, it is still dwarfed by the huge crater that was the result of the 1980 eruption. Steamy whisps of steam are still visible from the dome telling us that the volcano's magma is filling the conduit, making the volcano still active today. </span></b></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">You are looking at the inside of a volcanic crater. The steep walls were produced be many eruptions ejecting very liquid lava. This lava then lands on the crater walls building them higher and higher. The lava in the main vent is extremely hot (probalbly about 1800 degrees F.) The lava on top cools and hardens because the air that it is in contact with is so much cooler than the lava. This hardened lava will then be dragged back down under the surface and remelted. You probably noticed the same process if you have ever heated soup on the stove. If you did not keep stirring the soup it formed a "scum" on top. </span></b></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">Predicting exactly when a volcano will erupt is next to impossible. Today geologists are becoming much more accurate in making the public aware that a volcano is showing signs that it may erupt in the near future. </span></b></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">In the months before Mt. St. Helens erupted geologists knew the mountain was getting restless. A magnitude 4.1 earthquake was recorded on March 20 (about 2 months before the large eruption). Many shallow earthquakes were recorded over the next seven weeks. Magma moving higher and higher inside the mountain was causing these earthquakes. As the magma rose it formed a large bulge on the north flank. This bulge was growing daily and the geologists knew that an eruption was soon to be. </span></b></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">What the authorities did was evacutate most of the people in and near the mountain. Some decided to stay. Almost everyone that was near the eruption was instantly killed. In all, 57 people died. Without the evacuation perhaps as many as 30,000 deaths would have been attributed to Mt. St. Helens fury. </span></b></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">The geologists in the photo are measuring a growing fissure near the lava dome in Mt. St. Helens crater. As magma rises the fissure will grow wider telling the geologists that the magma is rising again. </span></b></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">Scientists can not stop a volcano from erupting but with constant monitoring they can warn and evacuate people and save lives.</span><o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">Many volcanoes erupt in very consistant patterns, while other volcanoes have no eruption pattern at all. This makes forecasting eruptions difficult. </span></b></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">What makes predicting eruptions even more difficult is the fact that many volcanoes start with one type of eruption pattern and then change eruption patterns as they grow older. </span></b></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">Some of the most powerful eruptions in recorded time have come from volcanoes that have been dormant for hundreds and even thousands of years. </span></b></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="EN-US">Here we have geologists studying a tilt meter. A tilt meter is used to measure the growth of the lavadome in the foreground. The tiltmeter will show a different angle as the dome grows. With careful study the geologists can tell if magma is on the rise and that an eruption may occur in the near future. </span></b></div><div class="MsoNormal"><img align="left" alt="Picture3" height="352" hspace="12" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.jpg" v:shapes="Picture_x0020_7" width="318" /><b><span lang="EN-US">The letter A represents a <i>magma chamber. Magma is molten rock that is located under the surface of the Earth. A magma chamber is usually located far beneath the surface of the Earth where an oceanic plate is driven down into the mantle by a continental plate. The oceanic plate melts as it desends into the upper layer of the mantle. Some ocean water gets trapped with the oceanic plate and is turned into steam by the intense heat. <br />
The magma is less dense and under extreme pressures that force it up toward the surface. This molten rock and gas collects in a magma chamber until it can escape to the surface. </i></span></b></div><div class="MsoNormal"><br />
</div>geology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-24010624112476563072010-05-12T19:36:00.000-07:002010-05-12T19:36:01.160-07:00Igneous Rock110<br />
Geomorphology of Igneous Terrains<br />
I. REVIEW OF IGNEOUS PROCESSES<br />
A. Basic Terminology<br />
1. Igneous Rocks- a rock (or agglomeration of one or more minerals) that results from<br />
the cooling of magma, or molten rock. As the magma cools, minerals crystallize<br />
from the molten rock.<br />
2. Magma - molten or hot liquid rock, originates beneath the earth's surface (up to<br />
120 miles beneath), composed of elements found in silicate minerals, water vapor,<br />
and gases.<br />
3. Lava - magma that is extruded onto the earth's surface via volcanic eruptions (hot<br />
magma is confined at depth beneath surface, relatively lighter than confining rock,<br />
rises upward, may eventually erupt onto earth surface).<br />
4. Extrusive Igneous Rocks or Volcanic Ig. Rocks - rocks which solidify from lava (or<br />
were extruded onto earth's surface)<br />
5. Intrusive Igneous Rocks or Plutonic Ig. Rocks - rocks which solidify from magma<br />
beneath the earth's surface.<br />
B. Magma Crystallization Process<br />
1. Hot, molten magma: ions of elements are moving freely in a fluid, unordered state,<br />
as magma cools, the ions slow and begin to form atomic bonds, arranging<br />
themselves in orderly patterns --- known as process of crystallization.<br />
2. Rates of cooling strongly influence size of mineral crystals that develop from<br />
magma/lava.<br />
a. Slow Cooling - few centers of crystal growth develop, ions allowed to<br />
migrate over larger distances - results in rather large mineral crystals .<br />
b. Fast Cooling - many centers of crystal growth, ions readily bond together,<br />
results in smaller mineral crystals.<br />
c. Very rapid cooling - if magma is quenched instantly, not sufficient time for<br />
ions to bond, results in randomly distributed ions frozen - referred to as glass<br />
similar to manmade glass.<br />
C. Naming Igneous Rocks - Based on composition and texture of igneous rock.<br />
1. Mafic Rocks (from Mag and Fe) - generally darker colored rocks relatively high in<br />
iron, magnesium, calcium and low in silicon. Associated with high temp. end of<br />
Bowen's Reaction Series.<br />
111<br />
E.g. Gabbro = plutonic = phaneritic = mafic composition<br />
Basalt = volcanic = aphanitic = mafic composition (Ca-rich plag., and Pyroxene).<br />
2. Felsic (from feldspar and silica) Rocks - generally lighter in color, high in silica, Na,<br />
Potassium - consist mainly of quartz, K-feldspar, and Plagioclase<br />
e.g. Granite = plutonic = phaneritic = felsic composition<br />
Rhyolite = volcanic = aphanitic = felsic composition<br />
3. Intermediate - admixtures of both felsic and mafic, dominated by amphibole,<br />
intermediate plagioclase feldspar, biotite.<br />
e.g Diorite = plutonic = phaneritic = intermediate composition<br />
Rhyolite = volcanic = aphanitic = intermediated comp.<br />
4. Ultramafic = very rich in iron and mag., olivine and pyroxene, Ca-rich plagioclase<br />
e.g. intrusive variety only = Peridotite - common in upper mantle<br />
D. Volcanism<br />
1. Volcanism- process by which magma, gas, and water are released from the<br />
interior of the earth. Volcanic processes and eruptions often result in the spewing<br />
and build up of volcanic material about a volcanic center, constructing a volcanic<br />
edifice commonly referred to as a volcano.<br />
a. Status of Volcanic History<br />
(1) Active: volcano observed in eruption during historic time<br />
(2) Dormant: volcano with no historic record however show evidence<br />
of geologically recent activity<br />
(a) volcanic deposits<br />
(b) hydrothermal activity<br />
(3) Extinct: no historic record and no evidence of geologically recent<br />
activity<br />
2. Nature of Volcanic Activity<br />
a. Style of volcanism; i.e. Explosive vs. Quiescent is determined by the<br />
composition of the magma, its temperature, and amount of dissolved gases<br />
contained within. All of which influence the magmas viscosity, or resistance<br />
to flow.<br />
(1) > viscosity, > violent nature of the eruption<br />
(2) < viscosity, < explosive nature of the eruption 112 b. Factors affecting viscosity (1) temperature: the higher the temperature the lower the viscosity, i.e. the more kinetically active the magma is at atomic level, the less resistance to flow it possesses. (a) Temp range of lavas: 1000-2700 F (540-1480 C) i) Basaltic Lavas: 2000 F melting pt. a) quiescent eruptions ii) Rhyolitic Lavas: 1200 F melting pt. a) explosive eruptions (2) chemical composition: the SiO or silica content of the magma also 2 influences the viscosity. (a) Rhyolitic/Granitic magma = 70% silica i) Very "sticky" explosive eruptions (b) Andesitic/intermediate magma = 60% silica, (c) basaltic magma = 50% silica. i) In general > silica content, > viscosity of magma,<br />
believed to result from tendency of complex silica<br />
anions to form long chains of molecules before<br />
crystallization begins. Thus granitic magmas are more<br />
viscous than basaltic magmas.<br />
(3) Gas content:<br />
(a) dissolved gasses tend to < viscosity of magma, (b) gasses also exert pressure on magma resulting in explosive eruption of magma from vent i) "Degassing" as magma rises towards surface, confining pressure decreases, and temperature slightly decrease resulting in expansion of gasses and POW! a) Product: frothy gaseous lava b) pumice and glass shards ii) Fluid basaltic lavas easily allow gases to escape, often resulting in lava fountains such as in Hawaii, generally quiescent eruptions 113 (4) Phreatic State: (a) external occurrences of groundwater, surface water, snow and ice i) can create large steam explosions and increase explosivity of eruption 3. Products of Volcanic Eruptions a. Lava Flows- lava may be produced from any composition magma, but in general flowing or molten lava is commonly associated with low silica, basaltic composition magmas (e.g. Hawaii) (1) Hawaiian-type lavas- basaltic composition (60% silica), slowly flow down slopes, cooling to form basalt. (a) Pahoehoe flows-lava flows with a smooth congealed skin, a whipped or ropy appearance. (b) aa flows- more blocky in appearance, flows are rough jagged blocks with angular edges. i) These are generally lower temperature lavas than Pahoehoe flows, thus tend to be cool, blocky, and thick. b. Escaping Gases from Lava- (1) Magmas hold dissolved gases within them, as these magmas are extruded as lava, gases begin to escape. (a) Gases estimated to compose 1-5% of total wt. of lava, i) most of which is water vapor (70%), ii) Lesser amounts of carbon dioxide (15%), iii) Sulfur oxide and nitrogen oxides (<5%), also hydrogen, chlorine, and argon. c. Pyroclastic Materials - fragments of pulverized rock and lava ejected from a volcano. These ejecta range in size from very fine dust or ash to sand sized volcanic ash, to house-sized volcanic bombs and blocks. (a) Pyroclastic eruptions are commonly associated with highly viscous rhyolitic-magmas with high-pressure buildup of gases (b) May also be associated with basaltic magmas (c) Tephra- airborne volcanic material of any size (1) fine ash- result of gas-filled frothy magma, gases expand and blast semi-cohesive lava into tiny pieces to form ash. (a) Tuff- deposits of ash 114 i) welded tuffs- glass shards in ash heat-fuse after deposition. (2) Pumice- sand to gravel sized fragments of cooled lava with many air voids. (3) Lapilli- walnut sized pyroclastic ejecta. (4) Cinders- pea-sized basaltic particles (5) Blocks and bombs- pyroclastic fragments larger than lapilli, blocks = comprised of ejected hardened lava, bombs=ejected as molten lava. Bombs are semi-molten when ejected and attain a stream line shape as result of aerial shear forces exerted on it as follows its trajectory through the atmosphere. (6) Composition of Pyroclastic Material (a) Crystals- single mineral crystals of varying size (b) Lithic Fragments: volcanic rock fragments (c) Vitric Fragments: glassy shards from rapid cooling of magma I. TYPES OF VOLCANIC ERUPTIONS A. Hawaiian Type 1. Type Area: Hawaiian Islands 2. Eruptive Style: a. low-viscosity, fluid lava eruptions (1) basaltic composition (a) 2000 F temp. b. Quiescent eruptions c. elongate fissure vents to domal volcanic centers d. large volume lava eruptions (1) lava curtains (2) lava fountains (3) lava rivers e. lava-dominant, low amounts of pyroclastics/tephra B. Icelandic Type: Fissure Eruptions 1. Type Area: Iceland, Mid-Atlantic Ridge 2. Eruptive Style: a. Elongate, laterally extensive fissure eruptions (1) lack of central vent/volcanic cone 115 b. hot, fluid basaltic lavas c. large volume eruptions (1) fluid lava: flows laterally extending 100's of miles (2) sheet geometry to lava flows (3) Lava fountains/lava curtains 3. Other Localities a. Columbia Plateau of Oregon/Washington/Idaho (1) Columbia River Basalts (a) >500,000 sq. km area<br />
(b) Fissure eruptions with vents in NE Oregon<br />
(c) cumulative thickness of >14,000 Ft<br />
b. Snake River Plain of Idaho<br />
c. Deccan Plateau of India<br />
d. Parana Region of South America<br />
C. Strombolian Type<br />
1. Type Area: Volcano Stromboli, Sicily<br />
2. Eruptive Style:<br />
a. Basaltic Magmas<br />
(1) Cooler and more viscous than Hawaiian<br />
(2) Modest to high explosivity<br />
(3) Pyroclastic Fragments common<br />
(a) blocks, bombs, breadcrust<br />
D. Vulcanian Type<br />
1. Type Area: Vulcano- volcanic island off coast of Sicily<br />
2. Eruptive Style<br />
a. Basaltic to Andesitic Magmas<br />
(1) Of higher silica content compared to Strombolian<br />
(a) > viscosity<br />
(b) > explosivity<br />
b. Tendency toward to congealed vent plugs/crusts<br />
(1) Explosive plug blow-out<br />
c. Pyroclastic Eruptions common<br />
(1) blocks, bombs, ash, scoria, pumice<br />
E. Plinian Type<br />
1. Type Area: Mt. Vesuvius, mainland Italy<br />
a. Major eruption, 79 A.D.<br />
b. Destruction of Pompeii and Herculaneum<br />
116<br />
c. First hand account by Pliny the Elder and Pliny the Younger<br />
2. Eruptive Style<br />
a. Andesitic magmas of increased silica content<br />
b. Very violent/explosive eruptions<br />
(1) Gas and tephra<br />
(a) Pumice and ash eruptions<br />
(2) Huge tephra clouds to altitudes of 200,000 Ft<br />
c. Post-eruption lahars and/or mudflows common<br />
F. Pelean Type<br />
1. Type Area: Mt. Pelee, Martinique, West Indies (Carribbean Plate)<br />
2. Eruptive Style<br />
a. Explosive Eruptions<br />
(1) high viscosity magma<br />
(2) vent plugging followed by gas-charged eruption<br />
b. Mixtures of lava, gas and hot pyroclastic material<br />
(1) Nuees Ardentes: "fire clouds"<br />
(a) Process: hot, glowing ash clouds<br />
i) searing ash and gas mixtures<br />
ii) density clouds with D>Air, rolling mixture laterally down<br />
volcanic slopes<br />
iii) Gas thrust upward into eruptive column<br />
iv) Base Surge: Lateral blast of ash cloud<br />
(b) Ignimbrites: welded nuee ardent deposits<br />
i) glowing ash flow sheet<br />
ii) welded tuffs<br />
c. Plinian: high-cloud eruptions associated with deep gas build-up<br />
d. Peleean: low-cloud Nuee Ardents associated with shallow gas build-up<br />
G. Krakatoan Type<br />
1. Type Area: Krakatoa a volcanic island between Java and Sumatra in southeast<br />
Asia<br />
a. Most violent eruption in recorded history<br />
b. Ramifications felt world-wide in 1883 eruption<br />
2. Eruptive Style:<br />
a. Caldera Collapse<br />
(1) Calderas- blowing apart of volcanic cone or collapse of volcanic<br />
cone into central vent<br />
b. Highly explosive eruption<br />
(1) abundance of pyroclastic material/ash<br />
(2) ash encircled the earth<br />
117<br />
(a) "nuclear winter" phenomena for 3 years<br />
i) blockage of solar radiation<br />
ii) below normal temperatures<br />
H. Mt. St. Helens<br />
1. Type Area: Mt. St. Helens, Washington Cascades<br />
2. Eruptive Style:<br />
a. Andesitic magma<br />
(1) High viscosity, explosive eruptions<br />
b. Magmatically induced seismic activity<br />
c. seismically induced landslide<br />
(1) reduction of lithostatic pressure<br />
d. violent pyroclastic eruption<br />
I. Solfataric Eruptions<br />
1. gas emission only from volcanic center<br />
2. Fumaroles: submarine gas vents<br />
J. General Relations<br />
1. With increasing explosivity; increasing height of eruptive column<br />
a. Hawaiian Column Height: 2 km<br />
b. Strombolian: 10 km<br />
c. Subplinean: <30 km d. Ultraplinean: < 55 km II. VOLCANOGENIC LANDFORMS A. Volcanic Edifices 1. Volcanoes-mountainous accumulations of volcanic material 2. Anatomy of Volcano a. Crater- steep-walled depression at summit of volcano, < 1 km in diameter b. Calderas - large craters > 1 km.<br />
c. Magma Chamber - magma center located beneath volcano, source of<br />
magma/lava.<br />
d. Central vent or pipe- conduit leading from magma chamber to crater or<br />
opening of volcano<br />
e. Flank Eruption- eruption of volcanic materials from side of volcano, not<br />
through central vent.<br />
f. parasitic cone- smaller secondary volcanic buildup on side of volcano, via<br />
flank eruptions<br />
118<br />
B. Volcano Morphology<br />
1. Shield Volcanoes<br />
a. broad, shield shape, gentle slopes, low profile<br />
b. associated with basaltic lavas (low viscosity lavas).<br />
c. Hawaiian-type volcanoes<br />
(1) Fissure eruptions from volcanic edifice<br />
(2) layered basalt lava flows<br />
(3) little pyroclastic debris<br />
(4) Upwards of 30,000 Ft vertical relief from ocean floor<br />
2. Composite Cones<br />
a. Composite cones or Strato Volcano- volcanoes comprised of a mixture or<br />
alternating layers of lava and pyroclastic material,<br />
b. Generally form large volcanoes, often associated with violent eruptions<br />
(e.g. Mt. St. Helens) and andesitic magmas (sl. more siliceous than basalt).<br />
(1) Composite cones produce:<br />
(a) nuee ardents - glowing clouds of hot volcanic ash.<br />
i) hot ash flows<br />
ii) gas-driven<br />
(b) lahars - debris flows formed of water saturated volcanic<br />
debris.<br />
i) cold-state debris flows<br />
3. Plug Domes<br />
a. Steep-faced dome composed of obsidian and pumice<br />
b. very viscous magma, extremely plastic and sticky<br />
(1) rhyolitic-dacitic compositions<br />
4. Cinder Cones<br />
a. Cinder cones- composed of ejected lava fragments or pyroclastic material<br />
(1) Avg. diameter: < 1.5 km (2) Volume: 104-107 cu. m. b. Steeper sides to volcano than shield type (1) Accumulated pyroclastic debris at angle of repose (30-35 degrees) c. Cones occur singly or in clusters (1) Cone fields 119 5. Spatter Cones a. Parasitic cones and vent eruptions b. Ejected lava (1) bombs and spatter 6. Table Mountains a. Flat-topped volcanic cones with steep sides b. Sub-glacial volcanism/melt-water quenching (1) pillow-lavas (2) glassy accumulations 7. Calderas a. Extremely large craters > several km in diameter<br />
(1) e.g. Crater Lake in Oregon<br />
(a) Remanent caldera of Mt. Mazama<br />
i) Explosion dated at 6000-7000 yrs ago<br />
ii) "Mazama Ash" deposit throughout western interior<br />
b. Causes<br />
(1) Explosion of summit area<br />
(2) volcanic collapse<br />
(a) stoping of magma chamber<br />
(b) collapse under weight of overburden<br />
8. Maar- Phreatomagmatic crater with steep to vertical inner slopes surrounded by<br />
tuff ring<br />
a. explosive craters formed by interaction of magma and water saturated<br />
depression (sub-aqueous lake eruptions)<br />
(1) characterized by volcanic breccia in central vent with collapsed<br />
margins<br />
9. Landform Evolution of Volcanoes<br />
a. < in relief of constructional landform b. > drainage density<br />
c. > soil development on slopes<br />
d. > weathered sediment apron surrounding core<br />
III. LAVA FLOW MORPHOLOGY<br />
A. Hawaiian Types- low-viscosity basaltic lava flows<br />
1. Aa- blocky, rough lava flows<br />
a. higher viscosity than Pahoehoe<br />
b. crumbly flow advance, crusting process<br />
2. Pahoehoe- ropy, smooth lava flows<br />
a. lower viscosity than Aa<br />
b. fluid lava flows<br />
120<br />
B. Pressure Ridges- crenulated flow lines on lava flow, perpendicular to direction of flow<br />
C. Lava Tubes- solidified exterior/crust forming<br />
1. continued molten flow through tube<br />
D. Flow Processes<br />
1. Lobate flow form<br />
2. lava streams<br />
3. levees<br />
4. Water Cooled lava<br />
a. Chilled glassy rinds<br />
b. Pillow lavas<br />
E. Differential Erosion and Lava Flows<br />
1. With erosion process over time<br />
a. Lava flows commonly form resistant cap rocks and serve as ridge formers<br />
IV. INTRUSIVE IGNEOUS LANDFORMS<br />
A. Intrusive Activity and Phenomenon (Plutons: Cooled from below)<br />
1. Intrusive- refers to injection and cooling of magma beneath the earth's surface<br />
a. Dikes - planar bodies of igneous intrusive rock that resulted from the<br />
injection of magma across strata or layers of rock, i.e. discordant sheet-like<br />
intrusive bodies.<br />
(1) Feeder Dikes: dikes may represent feeder fissures supplying<br />
magma to form surface volcanic lava flows<br />
(2) Radial Dike Swarms: series of dikes radiating outward from volcanic<br />
center<br />
(3) Ring Dikes: concentric sets of ring-shaped dikes<br />
(a) Dikes may dip inward toward central feeder point<br />
(4) Differential Erosion: dikes commonly form resistant, tabular bodies<br />
that stand high in relief on landscape<br />
b. Volcanic Necks - column-shaped landforms comprised of congealed<br />
magma<br />
(1) solidified plumbing conduit of volcanic center<br />
(a) differential erosion leaves neck standing high in relief<br />
i) e.g. Shiprock New Mexico, volcanic neck with ring dike<br />
complex<br />
121<br />
c. Sills - planar bodies of igneous intrusive rock that resulted from the injection<br />
of magma parallel to strata or layers of rock, i.e. concordant sheet-like<br />
intrusive bodies.<br />
(1) May stand high in relief; resistant to erosion<br />
(a) Mesas- flat-topped mountains<br />
(b) Cuestas<br />
(c) Hogbacks<br />
d. Laccoliths - inverted lense-shaped igneous intrusive bodies (convex side<br />
up), analogous to a sill, but much larger and result in upwarping pre-existing<br />
strata or rock layers (e.g. Black Hills of South Dakota).<br />
(1) Intrusive process results in doming of surrounding rock strata<br />
(a) Cuesta-hogback relations surrounding central laccolithic<br />
intrusion<br />
e. Batholiths- large intrusive bodies of igneous rock that are > 100 sq. km. in<br />
diameter, in reality magma chambers that have cooled and solidified<br />
beneath the earth's surface (e.g. Sierra Nevada Mountains of California,<br />
Idaho Batholith)<br />
(1) Commonly form granitic cores of mountain ranges<br />
(a) stand high in relief<br />
(b) commonly form exfoliation domes<br />
f. Stocks- massive igneous rock intrusions < 100 sq. km. in diametergeology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-44768888202541811502010-05-12T19:34:00.000-07:002010-05-12T19:34:00.442-07:00Contoh Laporan<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_editdata.mso" rel="Edit-Time-Data"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_oledata.mso" rel="OLE-Object-Data"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:Wingdings;
panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:"Arial Unicode MS";
panose-1:2 11 6 4 2 2 2 2 2 4;
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-134238209 -371195905 63 0 4129279 0;}
@font-face
{font-family:"\@Arial Unicode MS";
panose-1:2 11 6 4 2 2 2 2 2 4;
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-134238209 -371195905 63 0 4129279 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoHeader, li.MsoHeader, div.MsoHeader
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-unhide:no;
mso-style-link:"Header Char";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
tab-stops:center 216.0pt right 432.0pt;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoFooter, li.MsoFooter, div.MsoFooter
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-unhide:no;
mso-style-link:"Footer Char";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
tab-stops:center 216.0pt right 432.0pt;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoTitle, li.MsoTitle, div.MsoTitle
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-link:"Title Char";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:6.0pt;
margin-left:0cm;
text-align:center;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:13.0pt;
mso-bidi-font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
color:black;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;
font-weight:bold;
mso-bidi-font-weight:normal;}
p.MsoBodyText, li.MsoBodyText, div.MsoBodyText
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-unhide:no;
mso-style-link:"Body Text Char";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:6.0pt;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:IN;
mso-fareast-language:IN;
mso-no-proof:yes;}
p
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-unhide:no;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Arial Unicode MS","sans-serif";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
span.BodyTextChar
{mso-style-name:"Body Text Char";
mso-style-noshow:yes;
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Body Text";
mso-ansi-font-size:12.0pt;
mso-bidi-font-size:12.0pt;
mso-no-proof:yes;}
span.TitleChar
{mso-style-name:"Title Char";
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:Title;
mso-ansi-font-size:13.0pt;
mso-bidi-font-size:12.0pt;
color:black;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;
font-weight:bold;
mso-bidi-font-weight:normal;}
span.HeaderChar
{mso-style-name:"Header Char";
mso-style-noshow:yes;
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:Header;
mso-ansi-font-size:12.0pt;
mso-bidi-font-size:12.0pt;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
span.FooterChar
{mso-style-name:"Footer Char";
mso-style-noshow:yes;
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:Footer;
mso-ansi-font-size:12.0pt;
mso-bidi-font-size:12.0pt;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:4.0cm 3.0cm 3.0cm 4.0cm;
mso-header-margin:2.0cm;
mso-footer-margin:2.0cm;
mso-page-numbers:7;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:875046006;
mso-list-template-ids:67698721;}
@list l0:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:18.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:18.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Wingdings;}
@list l0:level2
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:36.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Wingdings;}
@list l0:level3
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:54.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:54.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Wingdings;}
@list l0:level4
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:72.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l0:level5
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:90.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:90.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l0:level6
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:108.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Wingdings;}
@list l0:level7
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:126.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:126.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Wingdings;}
@list l0:level8
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:144.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l0:level9
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:162.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:162.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Symbol;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoTitle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt;"><span lang="EN-US">BAB III</span></div><div class="MsoTitle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoTitle" style="line-height: 200%;"><span lang="EN-US">EVOLUSI TEKTONIK DAERAH PENELITIAN</span></div><div class="MsoTitle" style="line-height: 200%;"><br />
</div><div class="MsoTitle" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="EN-US">III.1 Tatanan Evolusi Tektonik Indonesia</span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 200%;">Pada 50 juta tahun yang lalu (Awal Eosen), setelah benua kecil India bertubrukan dengan Himalaya, ujung tenggara benua Eurasia tersesarkan lebih jauh ke arah tenggara dan membentuk kawasan Indonesia bagian barat. Saat itu kawasan Indonesia bagian timur masih berupa laut (laut Filipina dan Samudra Pasifik). Lajur penunjaman yang bergiat sejak akhir Mesozoikum di sebelah barat Sumatera, menyambung ke selatan Jawa dan melingkar ke tenggara - timur Kalimantan - Sulawesi Barat, mulai melemah pada Paleosen dan berhenti pada kala Eosen.</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 200%;">Pada 45 juta tahun lalu. Lengan Utara Sulawesi terbentuk bersamaan dengan jalur Ofiolit Jamboles. Sedangkan jalur Ofiolit Sulawesi Timur masih berada di belahan selatan bumi.</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;"><span lang="EN-US" style="line-height: 200%;">Pada 20 juta tahun lalu benua-benua mikro bertubrukan dengan jalur Ofiloit Sulawesi Timur, dan Laut Maluku terbentuk sebagai bagian dari Lut pilipina. Laut Cina Selatan mulai membuka dan jalur tunjaman di utara Serawak - Sabah mulai aktif.</span><span lang="EN-US"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;"><span style="height: 642px; left: 0px; margin-left: 34px; margin-top: 21px; position: absolute; width: 493px; z-index: -3;"><img height="642" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" v:shapes="_x0000_s1026" width="493" /></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;"><span lang="EN-US"><img height="610" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.jpg" v:shapes="_x0000_i1025" width="463" /></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 30.2pt 0.0001pt 76.5pt; text-align: justify; text-indent: -48.45pt;"><span lang="EN-US">Gambar 3. Tatanan Tektonik Indonesia</span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 200%;">Pada 10 juta tahun lalu, benua mikro Tukang Besi - Buton bertubrukan dengan jalur Ofiolit di Sulawesi Tenggara, tunjaman ganda terjadi di kawasan Laut Maluku, dan Laut Serawak terbentuk di Utara Kalimantan</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 200%;">Pada 5 juta tahun lalu, benua mikro Banggai-Sula bertubrukan dengan jalur ofiolit Sulawesi Timur, dan mulai aktif tunjangan miring di utara Irian Jaya-Papua Nugini.<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 200%;">III.2 Evolusi Tektonik Sulawesi<o:p></o:p></span></b></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 200%;">Rekonstruksi paleogeografik daerah sulawesi dan sekitarnya dicoba dengan mengacu pada model Hall, 1996 disertai openambahan data dan modifikasi baik sumber yang baik terbit maupun yang tidak terbit.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif";">Pulau Sulawesi terbentuk akibat berbagai aktivitas tektonik konvergen dan longsoran lempeng India-Australia, Pasifik barat dan keraton Asia yang secara tektonostratigrafi mempunyai fenomena geologi yang kompleks dan rumit,di bangun oleh empat litologi yang berbeda satu sama lain.yakni:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;">v<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span>Mikrokontinen Banggai- Sula – Buton yang tersusun oleh; </div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span>Batuan tua berumur Trias Jura dari batuan metamorf dan aloton granit.</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span>Metasedimen dan offiolitm flishch (Buton area)</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;">v<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span>Unit Sulawesi Timur yang meliputi;</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span>Batuan kompleks metamorf dan nappe opiolit-melange.</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span>Sedimen laut dalam (Limestone dan red Clystone)</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span>Komplex deformasi/ lipatan Paleogen.</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;">v<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span>Unit Sulawesi Tengah (Zona median tektonik) yang terdiri atas batuan sekis dan metasedimen Kapur</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;">v<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span>Unit Sulawesi Barat yang merupakan;</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span>Busur vulkanik </div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span>Sekis, ofiolitjh (komplex bantimala), Melange Bantimala</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span>Flish & Chart</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span>Sandstone (Paleosen), Limestone (Eosen), Vulkanik (Miosen). </div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif";"> Evolusi tektonik pulau Sulawesi berawal dari pembentukan proto kontinen Sulawesi Barat di zaman Trias didaerah tepian kontinen Kalimantan Timur yang menyusul gerak blok lain sebagai alloton hanyutan fragmen dari tepian kontinen Australia dan lempeng Pasifik Barat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;">Tektonisme Mesozoikum dimulai pada zaman Trias Bawah dimana akibat desakan lempeng Pasifik Barat ke tepian Asia menyebabkan subduksi didaerah tepian kontinen Kalimantan Timur. Peristiwa ini disertai dengan deformasi batuan ,kenaikan tekanan-tekanan dan temperatur membentuk kompleks akresi. </div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;">Pada zaman trias atas terjadi metamorfisme pada kelompok akresi. Tekanan dan temperatur yang bekerja cukup tinggi sehingga menyebabkan adanya pembentukan lipatan serta terbentuknya sekis biru-sekis hijau.</div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> <br />
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="24" width="38"></td> </tr>
<tr> <td></td> <td><img height="598" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.jpg" v:shapes="_x0000_s1028" width="486" /></td> </tr>
</tbody></table><span style="height: 628px; left: 0px; margin-left: 9px; margin-top: 9px; position: absolute; width: 543px; z-index: -2;"><img height="628" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.gif" v:shapes="_x0000_s1027" width="543" /></span><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></b></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;"><br />
</div><br />
<div class="MsoBodyText" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;"><span style="color: black;">Gambar : Evolusi tektonik pulau Sulawesi sejak trias sampai jura<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;"><span lang="EN-US">Kemudian pada zaman Jura juga terjadi perkembangan tektonik subduksi ditepian Kalimantan Timur menyebabkan sebagian batuan metamorfik Trias hancur tercampur adukkan (remetamorfisme) dengan sedimen tepian dari lelehan lava basal diatas zona Benioff membentuk batuan campur aduk tekanan tinggi yang disebut mélange.</span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;">Selanjutnya pada zaman Kapur kompleks akresi berubah menjadi lingkungan laut transgressi yang berkembang hingga daerah trench yang terisi oleh sedimen tepian tipe flysch dan sedimen pelagik chert kearah laut dalam. Disisi Tepian Kontinen terjadi peleburan lempeng dan pencampuran magma membentuk busur magmatisme Kapur yang menghasilkan batuan penyusun formasi Alino dan Manunggal yang di sertai dengan pembentukan akresi dalam kondisi laut regresi.</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;">Tektonisme masa Paleosen dimana kelanjutan dari aktivitas tektonisme pada Kala Paleosen ini menyebabkan kompleks akresi Kapur mengalami subsidensi dalam bentuk pull apart yang disertai dengan pembentukan sedimen deltaik,batupasir Mallawa dan Toraja berselingan dengan vulkanik bawah laut (volcanic Paleosen). </div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;">Kemudian dilanjutkan pada Kala Eosen – Oligosen dimana subsidensi tepian kontinen Kalimantan Timur masih berlanjut hingga lingkungan deltaik berubah menjadi laut dangkal dimana terbentuknya sedimen karbonat Tonasa dan sebagian oleh sedimen klastik membentuk Batugamping Tonasa dan Toraja serta batuan sedimen Salokalupang dan lava dari gunung api dasar laut.</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;">Pada Oligosen awal kegiatan gununga api di sulawesi menerus diikuti oelh subdaksi ofiolit tersier terhadap batuan dasar mesozoik dibagian tengah sulawesi pada akhir oligosen awal (Parkinson, 1998). Kemudian pada akhir oligosen (29-23 jtl) ditandai dengan kegiatan geologi berupa obduksi ofiolit dan pemalihan dikawasan timur Sulawesi (Parkinson, 1998)</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;">Peristiwa tektonisme pada Kala Miosen dimana terjadi peristiwa retak tarik di daerah tepian kontinen oleh aktivitas subduksi dan injeksi astenosfer di bawah lempeng kontinen menyebabkan terjadinya busur dan cekungan back arc (Selat Makassar) yang berlangsung sejak Miosen Awal – Tengah. Menjelang Miosen Tengah hingga Miosen Atas terjadi magmatisme di daerah busur Sulawesi Barat menghasilkan intrusi dan vulkanik asam - basa membentuk batuan vulkanik Soppeng dan Camba dan di akhiri dengan perkembangannya cekungan Walanae yang terisi sedimen klastik dan vulkanik membentuk formasi Walanae dan beberapa klastika terbentuk dibagian tengah Sulawesi Barat. </div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;">Pada Miosen awal tengah atau 22-13 Ma kegiatan gunung api sulawesi dicirikan oleh magmatisme berisifat normal kalk alkali (Priadi, 1993; Perello at all.,1994) akibat penunjaman ke selatan dari sulawesi sea plate (seoria atmadja et. All., 1999). Surmont at all., 1994 berpendapat kala neohen merupakan awal dari penunjaman kearah barat, dimana aktifitas dari magmatik diikuti oleh rotasi lengan utara, back are thrusting dan berhentinya penunjaman dari utara, akibat tumbukan dan mikrokontinen Banggai - Sula.</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;">Selanjutnya pada Kala Pliosen hingga Plistosen terbentuk adanya suatu pembalikan busur dan subdaksi bimodel, benturan maupun subduksi yang disertai dengan magmatisme secara lokal yang menghasilkan adanya penempatan ophiolite re-thrusting ofiolite, melange dan olitostrom. Kegiatan magmatisme lebih bersifat rendah K (Theoleitik) sampai normal k alk alkali (Soeria Atmadja et al.,1999) sebagai akibat subdaksi dari maluku sea palte.</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 37.4pt;"><br />
</div>geology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-58735448936852652882010-05-12T19:24:00.003-07:002010-05-12T19:24:28.800-07:00KALKAREOUS OOZE<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
h1
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-link:"Heading 1 Char";
mso-style-next:Normal;
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
text-align:justify;
mso-pagination:widow-orphan;
page-break-after:avoid;
mso-outline-level:1;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-font-kerning:0pt;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
h2
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-link:"Heading 2 Char";
mso-style-next:Normal;
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
text-align:center;
mso-pagination:widow-orphan;
page-break-after:avoid;
mso-outline-level:2;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoTitle, li.MsoTitle, div.MsoTitle
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-link:"Title Char";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
text-align:center;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;
font-weight:bold;}
span.Heading1Char
{mso-style-name:"Heading 1 Char";
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Heading 1";
mso-ansi-font-size:12.0pt;
mso-bidi-font-size:12.0pt;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;
font-weight:bold;}
span.Heading2Char
{mso-style-name:"Heading 2 Char";
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Heading 2";
mso-ansi-font-size:12.0pt;
mso-bidi-font-size:12.0pt;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;
font-weight:bold;}
span.TitleChar
{mso-style-name:"Title Char";
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:Title;
mso-ansi-font-size:12.0pt;
mso-bidi-font-size:12.0pt;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;
font-weight:bold;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoTitle"><span lang="EN-US">KALKAREOUS OOZE</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><h1><span lang="EN-US">Samudra Atlantik </span></h1><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US">Kedalamannya lebih dari 2-3 dari kedalaman landasan samudra atlantik dilapisi oleh kalkareus oozes. Kalkareous oozes yang paling luas penyebarannya berkomposisi foraminifera sebagian diantaranya adalah plantonik dan lebih dari 10 % karbonat dibeberapa atlantik oozes disusun oleh benthonik yang terbentuk dari fomaninifera. Cangkang aragonik dari pteropod juga ditemukan dilapisan ini. Aragonit tidak mudah rusak dari pada kalsit yang terbentuk dari kalsium karbonat maka pteropod ditemukan hanya di daerah air panas dimana air tersebut pada dasarnya bereaksi dengan kalsium karbonat.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><h1><span lang="EN-US">Samudra Fasifik </span></h1><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US">Dari lantai samudra fasifik bagian utara terdapat beberapa pada kedalaman dibawah 4000 m. Sedikit keberadaan produktifitasnya terdapat pada daerah yang jauh dari daratan, dan sangat sedikit karbonat yang ditemukan pada batuan sedimennya. Karbonat Oozes terakumulasi pada daerah selatan pada daerah pematang difasifik utara. Karbonat Oozes didaerah akuator timur mengadung lebih dari 75 kalsim larbonat walau porsetase yang lebih tinggi bisa mencapai 90% dapat ditemukan pada daerah pematang fasifik selaan yang kenyataannya kurang produktifitasnya dari zona ekuator. Pada fasifik selatan konsentrasi yang tinggi dapat ditentukan melalui pencahayaan yang rendah.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><h1><span lang="EN-US">Samudra India</span></h1><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US">Kalkareous oozes merupakan penyusun yang dominan pada Samudra India yang merupakan pertengahan dari kedalaman antara samudra atlantik dan samudra fasifik sekitar 54 % total area permukaan dari samudra India dilapisi oleh kalkareus oozes, selain lapisan lempung sekitar 25% dan lapisan silica oozes sekitar 20 % dari total area dari sedimen samudra. Foraminifera oozes merupakan lapisan sedien yang dominan pada daerah dasar dimana kedalamannya kurang dari 5000 meter. Area ini termasuk bagian dari samudra India barat ysang kontur kedalamannya lebih dari 5000 meter diatas pematang samudra.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><h2><span lang="EN-US">LEMPUNG ABISAL</span></h2><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><h1><span lang="EN-US">Samudra Atlantik </span></h1><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US">Bagian yang paling besar yang melapisi dasar samudra oleh lempung abisal pada bagian barat dari pematang tengah atlantik membagi dua dasar samudra. Pola distribusi dihasilkan dari perbedaan kedalaman konpensasi kalsium karbonat pada sisi pematang. Kalsium karbonat ditemukan pada sediman dengan kedalaman sekiatar 6000 m pada sisi timur dari pematang. Sedangkan pembentukannya kembali dibawah kedalaman 5000ms angat jarang pada dasar sebelah barat. Perebedaan hasil dari kenyataan pada dasar laut antartik bermula pada laut weder keselatan dan dasar laut utara atlantik berasal dari grinland dengan temperatur air yang rendah dan karbon diopsid yang tinggi pada kedalaman landasan pada sisi barat pamatang.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><h1><span lang="EN-US">Samudra Fasifik </span></h1><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US">Dominan disusun oleh lempung abisal pada ultra fasifik dimana mantelnya sekitar 80 % dari kedalaan landasan samudra. Lapisan kalkareuus oozes dan silica oozes sekitar 15% dari landasan samuda fasifik sebagai dasar lantai samudra fasifik dilapisi lebih oleh lempung yang banyak dari pada samudra lainnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Umumnya kalsium karbonat terlarut pada kedalaman 4500 meter yang tertinggal hanya konsentrasi minor dari biologi .</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><h1><span lang="EN-US">Samudra India</span></h1><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"> Bagian timur dari pematang samudra pada kedalaman dibawah 4500m pada beberapa kasus kalkareous pada dari sedimen terbentuk kembali dan merupakan tipe dominan pada lempung abisal.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div>geology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-71528919577589302342010-05-12T18:16:00.005-07:002010-05-12T18:16:20.290-07:00Tugas Kuliah<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_editdata.mso" rel="Edit-Time-Data"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:Wingdings;
panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 415 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-language:EN-US;}
p
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:36.0pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:0cm;
margin-left:36.0pt;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:0cm;
margin-left:36.0pt;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-language:EN-US;}
p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:36.0pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-language:EN-US;}
p.Style22, li.Style22, div.Style22
{mso-style-name:"Style 22";
mso-style-unhide:no;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:0cm;
margin-left:3.6pt;
margin-bottom:.0001pt;
line-height:23.4pt;
mso-pagination:none;
text-autospace:none;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-hansi-font-family:Calibri;}
@page Section1
{size:595.3pt 841.9pt;
margin:4.0cm 3.0cm 3.0cm 4.0cm;
mso-header-margin:35.45pt;
mso-footer-margin:35.45pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:70851909;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:681326980 1896102752 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;}
@list l0:level1
{mso-level-start-at:2;
mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:-;
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:57.3pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;}
@list l1
{mso-list-id:146439969;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-360274008 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;}
@list l1:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l2
{mso-list-id:597766381;
mso-list-type:simple;
mso-list-template-ids:2140684658;}
@list l2:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:43.2pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:18.0pt;
text-indent:0cm;
color:black;}
@list l3
{mso-list-id:810245105;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1999778910 67698689 1004319318 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;}
@list l3:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:54.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:54.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Symbol;
color:black;}
@list l3:level2
{mso-level-tab-stop:90.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:90.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
color:black;}
@list l4
{mso-list-id:815223855;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-673789758 69271567 69271577 69271579 69271567 69271577 69271579 69271567 69271577 69271579;}
@list l4:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l4:level2
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l5
{mso-list-id:1114250330;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1603394286 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;}
@list l5:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l6
{mso-list-id:1152674516;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:30172278 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;}
@list l6:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l7
{mso-list-id:1192066022;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1265284652 67698689 1004319318 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;}
@list l7:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:54.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:54.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Symbol;
color:black;}
@list l7:level2
{mso-level-tab-stop:90.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:90.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
color:black;}
@list l8
{mso-list-id:1410930906;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:931706358 67698709 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l8:level1
{mso-level-number-format:alpha-upper;
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l9
{mso-list-id:1483304720;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1655037448 69271567 69271577 69271579 69271567 69271577 69271579 69271567 69271577 69271579;}
@list l9:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l10
{mso-list-id:1513689015;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:839681532 69271553 231216684 -166548406 1026690584 295742116 -293588716 429404872 -1520822478 1039713158;}
@list l10:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Symbol;
color:black;}
@list l10:level2
{mso-level-start-at:0;
mso-level-number-format:none;
mso-level-text:"";
mso-level-tab-stop:18.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:0cm;
text-indent:0cm;}
@list l10:level3
{mso-level-start-at:0;
mso-level-number-format:none;
mso-level-text:"";
mso-level-tab-stop:18.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:0cm;
text-indent:0cm;}
@list l10:level4
{mso-level-start-at:0;
mso-level-number-format:none;
mso-level-text:"";
mso-level-tab-stop:18.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:0cm;
text-indent:0cm;}
@list l10:level5
{mso-level-start-at:0;
mso-level-number-format:none;
mso-level-text:"";
mso-level-tab-stop:18.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:0cm;
text-indent:0cm;}
@list l10:level6
{mso-level-start-at:0;
mso-level-number-format:none;
mso-level-text:"";
mso-level-tab-stop:18.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:0cm;
text-indent:0cm;}
@list l10:level7
{mso-level-start-at:0;
mso-level-number-format:none;
mso-level-text:"";
mso-level-tab-stop:18.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:0cm;
text-indent:0cm;}
@list l10:level8
{mso-level-start-at:0;
mso-level-number-format:none;
mso-level-text:"";
mso-level-tab-stop:18.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:0cm;
text-indent:0cm;}
@list l10:level9
{mso-level-start-at:0;
mso-level-number-format:none;
mso-level-text:"";
mso-level-tab-stop:18.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:0cm;
text-indent:0cm;}
@list l11
{mso-list-id:1541165340;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1380545046 69271553 69271555 69271557 69271553 69271555 69271557 69271553 69271555 69271557;}
@list l11:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l12
{mso-list-id:1801847403;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:3957664 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l12:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:50.4pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:50.4pt;
text-indent:-18.0pt;}
@list l13
{mso-list-id:1821533981;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:846074184 1004319318 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l13:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
color:black;}
@list l14
{mso-list-id:1893610903;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1088520888 -31404868 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l14:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">SOAL<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tuliskan tujuan mempelajari Mineral Optik dan hubungannya dengan mata kuliah lainya?<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mengapa dalam menganalisis sifat optik menggunakan mikroskop khusus yaitu mikroskop Polarisasi?<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jelaskan hubungan bagian-bagian mikroskop dengan sifat optis yang dtimbulkan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jelaskan cara penentuan batuan dan mineral yang akan dianalisis sifat optiknya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jelaskan sifat cahaya jika mengenai medium kristalin lengkapi dengan gambar<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">6.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jelaskan proses terjadinya addisi dan substraksi cahaya pada stadium kristalin<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">7.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jelaskan perbedaan medium isotrop dan anisotrop disertai dengan contoh mineral<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">8.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Gambar dan jelaskan pembiasan cahaya jika melewati medium isotrop dan anisotrop<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">9.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jelaskan perbedaan sumbu-sumbu optik pada mineral uniaxial dan biaxial<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jawaban :<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mineral optik merupakan mata kuliah yang mempelajari tentang sifat-sifat optik mineral sehingga jika memperdalam ilmu mineral optik kita dapat menghubungkan sifat optis mineral dengan proses pembetukannya atau genesa daria mineral itu sendiri yang berhubungan dengan ilmu petrologi dan volkanologi. Selain itu juga dalam mempelajari mineral optik dapat menuangkan bukti pergerakan tektonik atau dalam hal ini kondisi pecahan dari mineral yang diamati dan termasuk bukti fosil yang merupakan jejak-jejak sejarah geologi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mikroskop Optik ini disebut juga mikroskop polarisasi karena kelebihannya yang bisa menjadi polarimeter. Perbesaran untuk lensa objektif mulai dari 4x, 10x, 20x, 40x, sampai 100x. Sedangkan perbesaran untuk lensa okuler adalah 10x. Mikroskop ini bisa menggunakan film biasa maupun film polaroid. Sampel yang difoto bisa berupa cairan atau padatan. Untuk padatan yang transparan, maksimum ketebalan adalah 20 mikrometer. Selain itu, Polarisator Merupakan suatu bagian yang terdiri dari suatu lembaran Polaroid, Berfungsi untuk menyerap cahaya secara terpilih (selective absorbtion), sehingga hanya cahaya yang bergetar pada satu arah bidang getar saja yang bisa diteruskan. Dalam mikroskop lembaran ini diletakkan sedemikian hingga arah getaran sinarnya sejajar dengan salah satu benang silang pada arah N-S atau E-W. kompesator berupa baji kuarsa atau gips yang menipis ke arah depan, sehingga pada saat dimasukkan lubang akan menghasilkan perubahan warna interferensi pada mineral, kompesator merupakan lubang pipih pada tubus sebagai tempat memasukkan kompensator, suatu bagian yang digunakan untuk menentukan warna interferensi. lensa amici bertdran lensa ini difungsikan dalam pengamatan konoskopik saja, untuk memperbesar gambar interferensi yang terbentuk pada bidang fokus balik (back focal plane) pada lensa objektif, dan memfokuskan pada lensa okuler. <o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Bagian-bagian mikroskop polarisasi dan fungsinya<br />
a. Kaki Mikroskop<br />
</span><span style="font-family: Symbol;">à</span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> Merupakan tempat tumpuan dari seluruh bagian mikroskop, bentuknya ada yang bulat dan ada yang seperti tapal kuda (U). Pada mikroskop tipe Bausch & Lomb, kaki mikroskop juga digunakan untuk menempatkan cermin.<br />
Pada tipe olympus yang akan kita gunakan, kaki mikroskop sebagai tempat lampu halogen sebagai sumber cahaya pengganti cermin.</span><span style="font-family: Symbol;">à</span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />
b. Substage Unit<br />
Polarisator atau ” lower nicol ”</span><span style="font-family: Symbol;">Ø</span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />
Merupakan suatu bagian yang terdiri dari suatu lembaran polaroid.</span><span style="font-family: Symbol;">à</span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />
</span><span style="font-family: Symbol;">à</span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> Berfungsi untuk menyerap cahaya secara terpilih (selective absorbtion), sehingga hanya cahaya yang bergetar pada satu arah bidang getar saja yang bisa diteruskan. Dalam mikroskop lembaran ini diletakkan sedemikian hingga arah getaran sinarnya sejajar dengan salah satu benang silang pada arah N-S atau E-W.<br />
Diafragma Iris</span><span style="font-family: Symbol;">Ø</span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />
Terdapat</span><span style="font-family: Symbol;">à</span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> di atas polarisator, alat ini berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang diteruskan dengan cara mengurangi atau menambah besarnya apertur/bukaan diafragma. Hal ini merupakan faktor penting dalam menentukan intensitas cahaya yang diterima oleh mata pengamat, karena kemampuan akomodasi mata tiap-tiap orang relatif berbeda.<br />
Fungsi</span><span style="font-family: Symbol;">à</span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> penting lainnya adalah untuk menetapkan besarnya daerah pada peraga yang ingin diterangi, juga dalam penentuan relief, di mana cahaya harus dikurangi sekecil mungkin untuk pengamatan “garis becke”.<br />
Kondensor</span><span style="font-family: Symbol;">Ø</span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />
</span><span style="font-family: Symbol;">à</span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> Terletak pada bagian paling atas dari “substage unit”. Kondensor berupa lensa cembung yang berfungsi untuk memberikan cahaya memusat yang datang dari cermin di bawahnya. Lensa kondensor dapat diputar/diayun keluar dari jalan cahaya apabila tidak digunakan/difungsikan. Fungsi kondensor lebih lanjut akan dibahas pada bab konoskop.<br />
Meja Objek</span><span style="font-family: Symbol;">Ø</span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />
</span><span style="font-family: Symbol;">à</span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> Bentuknya berupa piringan yang berlubang di bagian tengahnya sebagai jalan masuknya cahaya. Meja objek ini berfungsi sebagai tempat menjepit preparat/peraga. Meja objek ini dapat berputar pada sumbunya yang vertikal, dan dilengkapi dengan skala sudut dalam derajat dari 0 sampai 360o<br />
Pada bagian tepi meja terdapat tiga buah sekerup pemusat untuk memusatkan perputaran meja pada sumbunya (centering).</span><span style="font-family: Symbol;">à</span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />
<br />
Tubus Mikroskop</span><span style="font-family: Symbol;">Ø</span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />
Bagian ini terletak di atas meja objek dan berfungsi sebagai unit teropong.</span><span style="font-family: Symbol;">à</span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />
Terdiri atas beberapa bagian antara lain :</span><span style="font-family: Symbol;">à</span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />
Lensa Objektif</span><span style="font-family: Symbol;"></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />
• Merupakan bagian paling bawah dari tubus mikroskop, berfungsi untuk menangkap dan memperbesar bayangan sayatan mineral dari meja objek. <br />
• Biasanya pada mikroskop polarisasi terdapat tiga buah lensa objektif dengan perbesaran yang berbeda, tergantung keinginan pengamat, dan biasanya perbesaran yang digunakan adalah 4x, 10x dan 40x, kadang ada yang 100x.<br />
Lubang Kompensator</span><span style="font-family: Symbol;"></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />
• Adalah suatu lubang pipih pada tubus sebagai tempat memasukkan kompensator, suatu bagian yang digunakan untuk menentukan warna interferensi <br />
• Kompensator berupa baji kuarsa atau gips yang menipis ke arah depan, sehingga pada saat dimasukkan lubang akan menghasilkan perubahan warna interferensi pada mineral<br />
Analisator</span><span style="font-family: Symbol;"></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />
• Adalah bagian dari mikroskop yang fungsinya hampir sama dengan polarisator, dan terbuat dari bahan yang sama juga, hanya saja arah getarannya bisa dibuat searah getaran polarisator (nikol sejajar) dan tegak lurus arah getaran polarisator (nikol bersilang)<br />
<br />
Lensa Amici Bertrand</span><span style="font-family: Symbol;"></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />
• lensa ini difungsikan dalam pengamatan konoskopik saja, untuk memperbesar gambar interferensi yang terbentuk pada bidang fokus balik (back focal plane) pada lensa objektif, dan memfokuskan pada lensa okuler.<br />
Lensa Okuler</span><span style="font-family: Symbol;"></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />
• Terdapat pada bagian paling atas dari tubus mikroskop, berfungsi untuk memperbesar bayangan objek dan sebagai tempat kita mengamati medan pandang. Pada lensa ini biasanya terdapat benang silang, sebagai pemandu dalam pengamatan dan pemusatan objek pengamatan.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sebelum mineral siap untuk dianalisis secara optik, dibutuhkan beberapa langkah yang harus ditempuh sebagai berikut :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="color: black; font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pengambilan contoh mineral atau batuan dari lapangan (<i>Sampling</i>).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Contoh batuan atau mineral yang akan dipreparasi sayatan tipis, harus ditentukan titik lokasi pengambilan contoh batuan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="color: black; font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pemilihan contoh mineral atau batuan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan batuan yang akan dipreparasi : <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 7.2pt 0.0001pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="color: black; font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Contoh mineral atau batuan harus dalam keadaan segar (<i>fresh</i>), atau tingkat pelapukannya < 2%.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 7.2pt 0.0001pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="color: black; font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Butiran atau mineral yang disayat adalah yang berukuran halus atau terdapat struktur mikro yang tidak dapat diidentifikasi dengan mata atau loupe.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="color: black; font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Contoh mineral atau batuan yang disayat, harus mempunyai cadangan sehingga jika terjadi kesalahan dalam preparasi dapat dipreparasi kembali.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Melakukan preparasi sayatan tipis.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 5.4pt 0cm 10pt 2cm; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dalam melakukan pemotongan mineral atau batuan harus ditentukan arah sayatan yang diperlukan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 5.4pt 0cm 10pt 2cm; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dalam pengamatan sifat optik mineral, batuan atau tanah, dapat dibuat 2 (dua) jenis preparat, yaitu :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 5.4pt 0cm 0.0001pt 2cm; text-indent: -21.25pt;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">preparat sayatan tipis mineral atau batuan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 5.4pt 0cm 0.0001pt 2cm; text-indent: -21.25pt;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">preparat butiran mineral dalam tanah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 5.4pt 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sayatan tipis digunakan sebagai obyek pengamatan sifat optik mineral atau batuan dengan bantuan mikroskop polarisasi. Prosedur pembuatannya, adalah sebagai berikut :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="color: black; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pemotongan contoh mineral atau batuan setebal ± 0,3 cm dan luas ± 2,5 cm<sup>2</sup>, dengan menggunakan gergaji batuan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="color: black; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Salah satu permukaan keping digosok atau diasah pada mesin pengasah yang telah diberi bahan penggosok. Untuk material yang lunak dapat menggunakan karborundum 600, sedangkan yang masiv dapat dengan karborundum 100 atau FFF .<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 3.6pt 0.0001pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="color: black; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Permukaan yang telah diasah, lalu di tempelkan pada gelas preparat dengan balsam Canada yang telah dikeringkan, sebagai bahan perekat. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 3.6pt 10pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"> <br />
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="14" width="82"></td> </tr>
<tr> <td></td> <td><img height="140" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg" v:shapes="Picture_x0020_1" width="413" /></td> </tr>
</tbody></table></div><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 3.6pt 10pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 3.6pt 10pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 3.6pt 10pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 3.6pt 10pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Gambar (a) Contoh batuan yang dipotong dengan gergaji batuan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 3.6pt 10pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> (b) Salah satu permukaannya dihaluskan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 3.6pt 10pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> (c) Tempelkan pada gelas preparat dengan balsam Canada<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="color: black; font-size: 12pt; line-height: 150%;">d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bagian yang belum diasah, dihaluskan dengan mesin penghalus yang telah diberi bahan penggosok karborundum yang berukuran sedang.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="color: black; font-size: 12pt; line-height: 150%;">e.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jika keping tersebut mencapai ketebalan 0,1 mm, kemudian haluskan dengan alundum halus.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="color: black; font-size: 12pt; line-height: 150%;">f.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Penipisan dilanjutkan di atas gelas, dengan bahan penggosok alundum halus atau lempung dengan ukuran tertentu,sehingga sayatan mineral mencapai ketebalan sekitar 0,03 mm.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"> <br />
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="12" width="142"></td> </tr>
<tr> <td></td> <td><img height="160" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.jpg" v:shapes="Picture_x0020_2" width="281" /></td> </tr>
</tbody></table></div><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> <o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 2cm; text-align: center; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Gambar 1.2 Penampang Vertikal Sayatan<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 2cm; text-align: center; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Tipis pada preparat<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="color: black; font-size: 12pt; line-height: 150%;">g.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bersihkan keping dengan air dari bahan penggosok lalu keringkan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="color: black; font-size: 12pt; line-height: 150%;">h.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kemudian contoh mineral yang sudah tipis benar ditutup kembali dengan gelas preparat menggunakan perekat balsam Canada.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 32.4pt 0.0001pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="color: black; font-size: 12pt; line-height: 150%;">i.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Panaskan di dalam oven yang berisi glycerin atau parafin cair. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 1.45pt 0.0001pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="color: black; font-size: 12pt; line-height: 150%;">j.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pemanasan pertama selama 1 menit dengan temperature 160ºC, kemudian turunkan hingga 120ºC dan turunkan lagi hingga 100ºC sampai balsam Canada kering. Perhatikan, jangan sampai terlalu panas yang dapat menyebabkan balsam Canada berwarna coklat tua.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 1.45pt 0.0001pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="color: black; font-size: 12pt; line-height: 150%;">k.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jika terdapat kelebihan balsam Canada yang keluar dari gelas penutup, bersihkan dengan xylol lalu kerosene.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 1.45pt 0.0001pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="color: black; font-size: 12pt; line-height: 150%;">l.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sayatan mineral atau batuan siap untuk diamati secara mikroskopis.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 1.45pt 0.0001pt 2cm; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">. POLARISASI KARENA PEMANTULAN</span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> </span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><img align="left" height="189" hspace="21" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.gif" style="margin: 10px 5px 11px -5px;" v:shapes="Object_x0020_1" width="259" /><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> Cara sederhana untuk medapatkan cahaya yang terpolarisasi adalah . </span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> dengan pamntulan cahaya sebagai berikut .</span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> Sinar A dipantulkan oleh cermin P1 dan sinar yang terpantul dipantulkan lagi . oleh cermin P2 . Ternyata apabila cer- . min P2 diputar terhadap poros cermin . P1 dan P2 kelipatan 90<sup>0 </sup> ternyata caha . –ya terpantul B berintensitas nol .</span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> </span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> Sudut pantul ini disebut <b><i>sudut polarisasi</i></b> - <b>Hukum Brewster </b></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> </span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Menurut hukum Snellius </span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> n<sub>1</sub> sin </span><span lang="EL" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Φ</span><sub><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">1</span></sub><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> = n<sub>2</sub> sin </span><span lang="EL" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Φ</span><sub><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">2</span></sub><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> . Kalau n<sub>1</sub> = 1 (untuk udara) , </span><span lang="EL" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Φ</span><sub><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">1</span></sub><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> = </span><span lang="EL" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Φ</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> dan n<sub>2</sub> = n , </span><span lang="EL" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Φ</span><sub><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">2</span></sub><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> = </span><span lang="EL" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Φ</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">* dimana . </span><span lang="EL" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Φ</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">* = 90<sup>0</sup> maka hubungan antara sudut polarisasi </span><span lang="EL" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Φ</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> dan sudut bias . </span><span lang="EL" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Φ</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">* menjadi </span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> <b>sin </b></span><b><span lang="EL" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Φ</span></b><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> = n sin </span></b><b><span lang="EL" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Φ</span></b><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">* </span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">atau </span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> <b>n = sin </b></span><b><span lang="EL" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Φ</span></b><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> / sin </span></b><b><span lang="EL" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Φ</span></b><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">* = tg </span></b><b><span lang="EL" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Φ</span></b><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> </span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> ………………………(01) . <b>( Hukum Brewster) </b></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><img align="left" height="191" hspace="58" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.gif" style="margin: 19px -32px 57px 32px;" v:shapes="Object_x0020_2" width="360" /><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> </span></b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> - </span></b><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hukum Malus </span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bahan yang dapat mempolarisari cahaya biasa menjadi terpolarisasi . disebut<b><i> polarisator</i> </b>sedangkan bahan yang dipergunakan untuk . mencek terpolarisasinya suatu cahaya disebut <b><i>analisator . . </i></b>Menurut Malus , intensitas cahaya yang ditransmisikan oleh analisa- . tor tergantung pada sudut antara bidang polarisator dan bidang ana- . lisator sebagaimana tergambar .</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><img align="left" height="209" hspace="26" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image010.gif" style="margin: 1px 1px 6px -1px;" v:shapes="Object_x0020_3" width="416" /><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> A = amplitudo cahaya terpolarisasi </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><img height="290" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image012.gif" v:shapes="Object_x0020_4" width="399" /></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Hukum Malus : </span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> …………………(02)<b> </b></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Prosentase polarisasi </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> <span lang="EN-US"> …………………(03)</span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. Polarisasi karena penyerapan (Dikroisma)</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sifat kristal pembias kembar ,dimana salah satu komponen terpolarisasi . diserap lebih kuat dari pada komponen yang lainnya . Contoh : kristal . . turmalin. Gambar C </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Sinar biasa terdiri atas komponen tegak lurus bidang gambar (warna . merah) dan komponen sejajar bidang gambar Amplitudo komponen . sejajar setelah masuk bahan tourmalin menjadi makin kecil (diserap) . sedang komponen sejajar tetap besarnya .<b> </b></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><img height="121" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image014.gif" v:shapes="Object_x0020_5" width="602" /></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. Polarisasi karena pembiasan ganda (Bias kembar)</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></b><span lang="DA" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sebagian kristal non kubik ( misal: kuarsa , turmalin , kalsit) bersifat . <b>non – isotrop </b>artinya : kecepatan cahaya tidak sama ke semua arah . , . Dalam bahan yang demikian laju cahaya tergantung pada arah ramba- . tan .Cahaya yang masuk dalam bahan tersebut terbagi menjadi dua . berkas ; yaitu berkas cahaya biasa (ordiner) dan berkas cahaya luar . biasa (extra ordiner) .</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> • <b>Sinar Biasa ( sinar ordiner )</b> </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Sinar yang kecepatan rambatnya pada suatu medium sama ke semua . arah .</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> • Sinar Luar Biasa</span></b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Sinar yang kecepatan rambatnya pada suatu medium tidak sama ke semua arah .</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> • Sumbu Optik </span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><span lang="DA" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Suatu arah pada kristal, dimana sinar biasa dan sinar luar biasa merambat dengan </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> k</span><span lang="DA" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">ecepatan yang sama </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><img height="183" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image016.gif" v:shapes="Object_x0020_6" width="461" /></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> 5. POLARISASI LINGKARAN DAN ELIPS</span></b><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></b><b><span lang="DA" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada kondisi kristal tertentu , sinar biasa dan sinar luar biasa melalui jalan yang sama, tapi dengan kecepatan yang berbeda.Setelah keluar dari kristal , kedua sinar akan berselisih fase , yang akan menghasil - kan sinar terpolarisasi , yang bentuknya tergantung dari beda fase. Untuk beda fasenya : </span></b><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">π</span></b><b><span lang="DA" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">/2 , 3</span></b><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">π</span></b><b><span lang="DA" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">/2 , atau kelipatan ganjil dari </span></b><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">π</span></b><b><span lang="DA" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">/2 , geta- ran yang dihasilkan akan berupa lingkaran. Untuk selisih fasenya : 0 , </span></b><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">π</span></b><b><span lang="DA" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> , 2</span></b><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">π</span></b><b><span lang="DA" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">, 3</span></b><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">π</span></b><b><span lang="DA" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> , atau setiap kelipatan bulat dari </span></b><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">π</span></b><b><span lang="DA" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> , getaran yang dihasilkan akan linier .</span></b><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></b><b><span lang="DA" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Untuk semua selisih fasa lainnya, getaran yang dihasilkan akan berupa ellips. </span></b><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><b><span lang="DA" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> 6. POLARISASI KARENA HAMBURAN CAHAYA</span></b><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><b><span lang="DA" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></b><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hamburan cahaya: fenomena penyerapan cahaya dan pemancaran- nya kembali oleh suatu medium/ benda. Cahaya datang pada medium penghambur ( cahaya datang tak terpolarisasi ) dalam arah sumbu Z : cahaya yang dihamburkan pada arah sumbu X . dipolarisasi pada arah sumbu Y , sedangkan cahaya yang dihamburkan pada arah sumbu Y dipolarisasi pada arah X . Gambar D</span></b><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></b><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></b><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">6.</span></b><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><img height="243" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image018.gif" v:shapes="Object_x0020_7" width="387" /></span></b><b><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">6.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Proses terjadinya Subtraksi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 5.4pt 0cm 10pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: 35.4pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Terjadinya proses substraksi adalah efek dari hasil dua gelombang cahaya yang berinterferensi saling melemahkan satu sama lain, atau diakibatkan oleh adanya medium yang dilalui oleh suatu gelombang cahaya tertentu yang kemudian arah getarnya diubah lagi oleh medium kedua yang dilewatinya.Suatu sinar atau cahaya yang dalam perjalananya menyentuh suatu medium tertentu, sebagian akan mengalami pemantulan dan sebagian lagi akan diserap serta mengalami penerusan dan pembiasan. Warna suatu obyek yang transparan adalah warna cahaya yang telah mengalami transmisi dari medium yang dilaluinya. Beberapa catatan yang perlu menjadi perhatian:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 5.4pt 0cm 0.0001pt 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="DE" style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="DE" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Suatu objek yang berwarna hitam akan menyerap semua sinar yang mengenainya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 5.4pt 0cm 0.0001pt 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="DE" style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="DE" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Semua objek yang berwarna putih akan memantulan seluruh warna yang datang dan hanya sebagian kecil yang terpantulkan, sehingga tampak memperlihatkan warna kelabu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 5.4pt 0cm 0.0001pt 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="DE" style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="DE" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Objek putih yang terkena oleh suatu sinar merah, warnanya akan menjadi merah pula.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 5.4pt 0cm 0.0001pt 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dengan demikian terbukti bahwa warna adalah merupakan fungsi panjang gelombang dari suatu sinar atau cahaya dan juga tergantung atas media yang dilewatinya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 5.4pt 0cm 0.0001pt 54pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin: 5.4pt 0cm 0.0001pt 36pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Proses terjadinya Addisi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 5.4pt 0cm 0.0001pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: 35.4pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Proses adisi yaitu dimana suatu sinar atau cahaya yang dalam perjalannyamenyentuh suatu medium tertentu akan menghasilkan jenis warna yang simultan dan menghasilkan kombinasi dua atau tiga warna seperti :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 5.4pt 0cm 10pt 57.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kombinasi warna merah dan biru - hijau <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 5.4pt 0cm 10pt 57.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kombinasi warna kuning dengan biru - ungu <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin: 5.4pt 0cm 10pt 57.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kombinasi warna hijau dengan ungu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-top: 5.4pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">7.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Isotrop</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> berasal dari Bahasa Latin yaitu Iso yang berarti sama dan Tropik berarti berputar atau berotasi. Jadi suatu mineral atau medium yang isotropik adalah adanya kesamaan dan keseragaman sifat fisik pada semua<i> </i>arah yang<b> </b>dimilikinya. Dengan demikian jika mengalami penyinaran maka akan dapat meneruskan cahaya kesegala arah dengan panjang gelombang yang sama.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify;"> <br />
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="2" width="42"></td> </tr>
<tr> <td></td> <td><img height="224" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image020.jpg" v:shapes="_x0000_s1031" width="383" /></td> </tr>
</tbody></table></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 21.3pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 21.3pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 21.3pt; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: center;"><br />
</div><br />
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: center;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Gambar. Pembiasan cahaya jika melalui media isotrop<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: center;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> (Stoiber & Morse, 1972)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt;"><span lang="DE" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Beberapa ciri khas mineral-mineral yang isotropik :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span lang="DE" style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="DE" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sistem kristalnya adalah isometrik yang terbagi dalam kelas kubik, trapezohedral, oktahedral dan dodekahedral.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: -0.1pt; line-height: 150%;">Sedangkan pada gelas</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> <span style="letter-spacing: 0.3pt;">yang<i> </i></span><span style="letter-spacing: 0.3pt;">amorf atau nonkristallin </span>pada umumnya berstruktur serabut, asikular, <span style="letter-spacing: -0.15pt;">retikuler</span> <span style="letter-spacing: -0.15pt;">radier yang<b> </b></span><span style="letter-spacing: -0.15pt;">merupakan hasil pembekuan</span> magma yang sangat cepat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 1.8pt 0cm 10pt 54pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: -0.1pt; line-height: 150%;">Sistem kristal isometric ini dicirikan oleh : </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 7.2pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Panjang sumbu-sumbu kristalnya <span style="letter-spacing: 0.4pt;">sama, </span>dimana sumbu a = b = c.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 9pt 14.4pt 10pt 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">b. Kedudukan sumbu-sumbu kristalnya berada saling tegak lurus satu terhadap yang lainnya, <span style="letter-spacing: 0.9pt;">sumbu a ^ b ^ c = 90<sup>0<o:p></o:p></sup></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 9pt 14.4pt 10pt 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 9pt 14.4pt 10pt 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 9pt 14.4pt 10pt 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> <br />
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="3" width="78"></td> </tr>
<tr> <td></td> <td><img height="126" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image022.jpg" v:shapes="Picture_x0020_5" width="450" /></td> </tr>
</tbody></table></div><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 37.45pt 10pt 162pt; text-align: justify; text-indent: -63pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 37.45pt 10pt 162pt; text-align: justify; text-indent: -63pt;"><span lang="DE" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Gambar. Kedudukan sumbu-sumbu kristal sistemisometrik untuk medium mineral yang isotropik.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 1.8pt 0cm 0.0001pt 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.7pt; line-height: 150%;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: 0.7pt; line-height: 150%;">Mempunyai indeks bias tunggal<b>.<o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 21.6pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Belahan (cleavage) akan mengikuti bentuk kristalnva sendiri.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 14.4pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.7pt; line-height: 150%;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada posisi <span style="letter-spacing: 0.7pt;">ortoskop nikol </span><span style="letter-spacing: 1.55pt;">sejajar</span><span style="letter-spacing: 0.7pt;"> akan tampak </span>tidak <span style="letter-spacing: 0.7pt;">berwarna sampai keruh.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 14.4pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; letter-spacing: 0.7pt; line-height: 150%;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sedangkan <span style="letter-spacing: 0.7pt;">pada </span><span style="letter-spacing: 1.35pt;">posisi</span><span style="letter-spacing: 0.7pt;"> ortoskop nikol silang </span><span style="letter-spacing: 0.3pt;">akan tampak gelap atau padam, dan pada</span> <span style="letter-spacing: 0.7pt;">saat dimasukan komparator akan tampak kemerahan.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 20.7pt;"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: -0.2pt; line-height: 150%;">Beberapa contoh mineral yang mempunyai system kristal isometric antara lain, leusit, analcim,</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> garnet, halit, silvit, dan lain-lain.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Anisotrop</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> adalah adanya ketidaksamaan atau ketidakseragaman sifat <span style="letter-spacing: -0.1pt;">fisik pada semua arah yang dimilikinya. Jika mengalami</span> p<span style="letter-spacing: -0.1pt;">enyinaran maka cahaya akan diteruskan ke segala arah dengan</span> kecepatan dan panjang gelombang yang berbeda. <span style="letter-spacing: -0.2pt;">Media getarnya akan berbentuk ellipsoid, sehingga pada</span> <span style="letter-spacing: -0.1pt;">posisi tertentu terhadap polarisator dan analisator</span> <span style="letter-spacing: -0.2pt;">akan dijumpai warna interferensi yang sangat maksimum,</span> <span style="letter-spacing: -0.1pt;">dan dapat juga dijumpai pemadaman maksimum pada</span> or<span style="letter-spacing: -0.1pt;">toskop </span>nikol silang.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><img height="315" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image024.jpg" v:shapes="Picture_x0020_2" width="471" /></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: center;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Gambar. Pembiasan cahaya medium anisotrop<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: center;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">(Stoiber & Morse, 1972)<o:p></o:p></span></div><div class="Style22" style="line-height: 150%; margin: 10.8pt 3.6pt 0.0001pt 36pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif"; letter-spacing: -0.3pt;">Beberapa sifat-sifat khas yang dimiliki kelompok mineral</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> transparan anisotropic ini sebagai berikut :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sistem kristal<b><o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 43.2pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: -0.5pt; line-height: 150%;">Tetragonal, contoh mineralnya adalah zirkon.</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 43.2pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Heksagonal/Trigonal, Contoh mineral kuarsa, turmalin, apatit, beryl dan nefe1in.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 50.4pt; text-indent: -14.95pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Triklinik </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">, contoh : kelompok plagioklas, mikroklin, kyanit.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 50.4pt; text-indent: -14.95pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Monoklinik, contoh : piroksen, amfibol, feldspar, mikroklin sfen, mika, epidot <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt;"><span style="height: 176px; left: 0px; margin-left: 125px; margin-top: 6px; position: absolute; width: 219px; z-index: 8;"><img height="176" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image026.jpg" v:shapes="Picture_x0020_7" width="219" /></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 14.4pt;"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: 0.7pt; line-height: 150%;"> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 14.4pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 14.4pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 14.4pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 125.45pt; text-indent: -90pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Gambar. Sumbu-sumbu krisatal untuk sistem tetragonal yang dicirikan oleh 3 (tiga) buah sumbu kristal.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 125.45pt; text-indent: -90pt;"><span style="font-size: 12pt; letter-spacing: 0.7pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">8.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pengertian Isotrop</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> berasal dari Bahasa Latin yaitu Iso yang berarti sama dan Tropik berarti berputar atau berotasi. Jadi suatu mineral atau medium yang isotropik adalah adanya kesamaan dan keseragaman sifat fisik pada semua<i> </i>arah yang<b> </b>dimilikinya. Dengan demikian jika mengalami penyinaran maka akan dapat meneruskan cahaya kesegala arah dengan panjang gelombang yang sama.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify;"> <br />
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="13" width="93"></td> </tr>
<tr> <td></td> <td><img height="175" src="file:///C:/Users/ONEALL%7E1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image027.jpg" v:shapes="_x0000_s1034" width="414" /></td> </tr>
</tbody></table></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 21.3pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 21.3pt; text-align: justify;"><br />
</div><br />
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: center;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Gambar. Pembiasan cahaya jika melalui media isotrop<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: center;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> (Stoiber & Morse, 1972)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Media getarnya akan berbentuk lingkaran, interferensi gelombang cahaya akan saling melemahkan, sehingga secara mikroskopik akan tampak gelap atau padam pada saat dilakukan ortoskopik nikol bersilang.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 21.3pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">9.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perbedaan sumbu-sumbu pada mineral uniaxial dan biaxial?<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 21.3pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jawab : <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Uniaxial, bersumbu optik satu, dimana sumbu optik tersebut pada umumnya berimpit dengan sumbu terpanjang kristal atau sumbu –c. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mineral-mineral uniaxial mempunyai sistem kristal:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> -. Tetragonal, <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> -. Heksagonal,dan . <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> -. Trigonal.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mineral Biaxial atau mineral yang bersumbu optik dua,dimana kedua sumbu optik tersebut membentuk sudut terhadap semua sumbu kristalnya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mineral-mineral biaxial mempunyai sistem kristal : <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> -. Orthorombik <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> -. Monoklinik,dan <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> -. Triklinik <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt;"><br />
</div>geology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-46488014754845754592010-05-12T18:16:00.003-07:002010-05-12T18:16:04.722-07:00Uniaxial dan biaxial<div style="text-align: justify;"><meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_editdata.mso" rel="Edit-Time-Data"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:Wingdings;
panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:Wingdings;
panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
h1
{mso-style-priority:9;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-link:"Heading 1 Char";
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
mso-outline-level:1;
font-size:24.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;
font-weight:bold;}
p.MsoHeader, li.MsoHeader, div.MsoHeader
{mso-style-priority:99;
mso-style-link:"Header Char";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
tab-stops:center 234.0pt right 468.0pt;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
a:link, span.MsoHyperlink
{mso-style-priority:99;
color:blue;
mso-themecolor:hyperlink;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
color:purple;
mso-themecolor:followedhyperlink;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
p
{mso-style-priority:99;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
span.Heading1Char
{mso-style-name:"Heading 1 Char";
mso-style-priority:9;
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Heading 1";
mso-ansi-font-size:24.0pt;
mso-bidi-font-size:24.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-ascii-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-font-kerning:18.0pt;
font-weight:bold;}
span.google-src-text1
{mso-style-name:google-src-text1;
mso-style-unhide:no;
display:none;
mso-hide:all;}
span.HeaderChar
{mso-style-name:"Header Char";
mso-style-priority:99;
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:Header;
mso-ansi-font-size:12.0pt;
mso-bidi-font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-ascii-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:21.0cm 842.0pt;
margin:4.0cm 3.0cm 3.0cm 4.0cm;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:82344548;
mso-list-template-ids:-789655386;}
@list l0:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l1
{mso-list-id:102923518;
mso-list-template-ids:-475599032;}
@list l1:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l2
{mso-list-id:117384874;
mso-list-template-ids:645181276;}
@list l2:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l3
{mso-list-id:296111945;
mso-list-template-ids:-1128374806;}
@list l3:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l4
{mso-list-id:497231512;
mso-list-template-ids:-1672548564;}
@list l4:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Wingdings;}
@list l5
{mso-list-id:545261321;
mso-list-template-ids:680320504;}
@list l5:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l5:level2
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l6
{mso-list-id:572856865;
mso-list-template-ids:1508809806;}
@list l6:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:53.5pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:53.5pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l7
{mso-list-id:675155393;
mso-list-template-ids:-933490568;}
@list l7:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l7:level2
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l8
{mso-list-id:916404871;
mso-list-template-ids:227816096;}
@list l8:level1
{mso-level-start-at:2;
mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l8:level2
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l9
{mso-list-id:1189836987;
mso-list-template-ids:-175331000;}
@list l9:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l10
{mso-list-id:1238787467;
mso-list-template-ids:-1222586150;}
@list l10:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l11
{mso-list-id:1240873114;
mso-list-template-ids:1167521260;}
@list l11:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l12
{mso-list-id:1292714119;
mso-list-template-ids:1947505968;}
@list l12:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l13
{mso-list-id:1470904514;
mso-list-template-ids:880151804;}
@list l13:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l14
{mso-list-id:1807316538;
mso-list-template-ids:-618751600;}
@list l14:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l15
{mso-list-id:1865048997;
mso-list-template-ids:-296200826;}
@list l15:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l16
{mso-list-id:2051568902;
mso-list-template-ids:1354635028;}
@list l16:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l17
{mso-list-id:2117796086;
mso-list-template-ids:685944382;}
@list l17:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l15:level1 lfo16
{mso-level-start-at:0;}
@list l15:level2 lfo16
{mso-level-start-at:2;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 10pt; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US">BAB I<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 10pt; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 10pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 10pt; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US">I.1 Latar Belakang<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 10pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US"> </span></b><span lang="EN-US">Mineral berdasarkan sifat pleokroiknya dibagi menjadi dua jenis yaitu mineral biaksial dan mineral uniaxial. Mineral biaxial (trichroic) tiga perubahan warnayang berhubungan dengan tiga sumbu utama (a, b, c) sedangkan mineral uniaxal (dichroic) adalah dua warna yang berbeda akibat vibrasisinar parallel sumbu vertical (c) dan sumbu dasar (b). selain itu Uniaksial mineral adalah kelas anisotropic mineral yang meliputi semua mineral yang mengkristal dalam tetragonal dan sistem kristal heksagonal. Mereka disebut uniaksial karena mereka mempunyai sumbu optik tunggal. Cahaya bepergian sepanjang arah sumbu optik tunggal ini pameran properti yang sama seperti isotropik bahan dalam arti bahwa arah polarisasi cahaya tidak berubah oleh perjalanan melalui kristal. Untuk lebih jelasnya mengenai kedua jenis mineral ini yaitu mineral biaxial dan mineral uniaxial berikutnya akan dibahas lebih lanjut lagi pada bab pembahasan makalah ini. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 10pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 16pt; line-height: 115%;"> </span><b><span lang="EN-US">I.2 Maksud dan Tujuan <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 10pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US"> </span></b><span lang="EN-US">Adapun maksud dari pembuatan makalah ini yaaitu untuk diajukan sebagai tugas pada salah satu mata kuliah di jurusna Teknik Geologi Unhas yaitu Mineral Optik. Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar menambah wawasan kita di mengenai mineral optik khususya pada mineral biaxial dan mineral uniaxial. <b><br clear="all" style="page-break-before: always;" /> <o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 10pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><b><span lang="EN-US">BAB II<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 10pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><b><span lang="EN-US">PEMBAHASAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US">II.1 Mineral Biaxial<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US">Semua mineral yang mengkristal dalam ortorombik, monoclinic, atau sistem kristal triclinic Biaxial. Biaxial kristal memiliki 2 optik kapak, dan ini membedakan uniaksial Biaxial kristal dari kristal. Seperti uniaksial kristal, kristal Biaxial memiliki indeks bias yang bervariasi antara dua ekstrim, tetapi juga menengah memiliki indeks bias yang unik. Biaxial bias indeks adalah sebagai berikut: <o:p></o:p></span></div><ul style="text-align: justify;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt;"><span lang="EN-US" style="display: none;">The smallest refractive index is given the symbol a (or X).</span><span lang="EN-US"> Indeks bias terkecil diberi simbol sebuah (atau X). <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt;"><span lang="EN-US" style="display: none;">The intermediate refractive index is given the symbol b (or Y).</span><span lang="EN-US"> Intermediate indeks bias diberi simbol b (atau Y). <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-US" style="display: none;">The largest refractive index is given the symbol g (or Z)</span><span lang="EN-US"> Indeks bias terbesar diberi simbol g (atau Z) <o:p></o:p></span></li>
</ul><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="display: none;">All biaxial minerals have optical symmetry equivalent to 2/m2/m2/m. But, in each of the crystal systems, the optical directions have different correspondence to the crystallographic directions.</span><span lang="EN-US">Semua Biaxial mineral memiliki simetri optik setara dengan 2/m2/m2/m. Tapi, di masing-masing sistem kristal, optik korespondensi arah yang berbeda ke arah kristalografi. <o:p></o:p></span></div><ul style="text-align: justify;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt;"><span lang="EN-US" style="display: none;">In orthorhombic crystals the optical directions correspond to the crystallographic axes, ie the X direction and its corresponding refractive index, a can be either the a, b, or c crystallographic axes, the Y direction and b can be parallel to either a, b, or c, and the Z direction or g , can be parallel to either a, b, or c.</span><span lang="EN-US"> Dalam kristal ortorombik optik sesuai dengan arah sumbu kristalografi, yaitu arah X dan indeks bias yang terkait, yang dapat menjadi baik a, b, atau c sumbu kristalografi, Y arah dan b dapat sejajar dengan baik a, b, atau c, dan arah Z atau g, dapat sejajar dengan baik a, b, atau c. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt;"><span lang="EN-US" style="display: none;">In monoclinic crystals, one of the X ( a ), Y ( b ), or Z ( g ) directions or indices is parallel to the b crystallographic axis, and the other two do not coincide with crystallographic directions.</span><span lang="EN-US"> Dalam monoclinic kristal, salah satu X (a), Y (b), atau Z (g) atau indeks arah sejajar dengan sumbu kristalografi b, dan dua lainnya tidak sesuai dengan arah kristalografi. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-US" style="display: none;">In triclinic crystals none of the optical directions or indices coincide with crystallographic directions, although in some rare case one of the indices might coincide with one of the crystallographic directions.</span><span lang="EN-US"> Dalam kristal triclinic optik tidak satu pun dari arah atau indeks bertepatan dengan kristalografi arah, meskipun dalam beberapa kasus yang jarang terjadi salah satu dari indeks mungkin bertepatan dengan salah satu arah kristalografi.<o:p></o:p></span></li>
</ul><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US"> <span style="display: none;">The Biaxial Indicatrix</span> <o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">I.1.1 Optic Sign of Biaxial MineralsThe optic sign of biaxial minerals depends on whether the b refractive index is closer to that of a or to g . There are several ways that this can be stated, so we will look at all of them.</span></span><b><span lang="EN-US">Biaxial Positif</span></b><span lang="EN-US"> <o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><br />
</div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><v:shapetype coordsize="21600,21600" filled="f" id="_x0000_t75" o:preferrelative="t" o:spt="75" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" stroked="f"> <v:stroke joinstyle="miter"> <v:formulas> <v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"> <v:f eqn="sum @0 1 0"> <v:f eqn="sum 0 0 @1"> <v:f eqn="prod @2 1 2"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @0 0 1"> <v:f eqn="prod @6 1 2"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="sum @8 21600 0"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @10 21600 0"> </v:f> <v:path gradientshapeok="t" o:connecttype="rect" o:extrusionok="f"> <o:lock aspectratio="t" v:ext="edit"> </o:lock><v:shape id="Picture_x0020_7" o:spid="_x0000_i1026" style="height: 295.5pt; visibility: visible; width: 392.25pt;" type="#_x0000_t75"> <v:imagedata o:title="" src="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image001.png"> </v:imagedata></v:shape></v:path></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:formulas></v:stroke></v:shapetype><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div><ul style="text-align: justify;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12pt;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">A mineral is biaxial positive if b is closer to a than to g .</span></span><span lang="EN-US"> A mineral is Biaxial positif jika b lebih dekat kepada seorang daripada g. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12pt;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">In this case the acute angle, 2V, between the optic axes is bisected by the g refractive index direction. Thus we say that g is the acute bisectrix (BX <sub>A</sub> ) , because it bisects this angle.</span></span><span lang="EN-US"> Dalam hal ini sudut lancip, 2V, antara sumbu optik adalah membagi oleh g indeks bias arah. Dengan demikian kita mengatakan bahwa g adalah <b>bisektris akut (BX <sub>A),</sub></b> karena membagi-dua sudut ini. <o:p></o:p></span></li>
</ul><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US"> Biaxial Negative</span></span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><b><span lang="EN-US">I.1.2 Biaxial Negatif</span></b><span lang="EN-US"> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><v:shape id="Picture_x0020_10" o:spid="_x0000_i1025" style="height: 294pt; visibility: visible; width: 396.75pt;" type="#_x0000_t75"> <v:imagedata o:title="bxsign2" src="file:///C:%5CUsers%5CONEALL%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image002.gif"> </v:imagedata></v:shape><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div><ul style="text-align: justify;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12pt;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">A mineral is biaxial negative if b is closer to g than to a .</span></span><span lang="EN-US"> A mineral is Biaxial negatif jika b lebih dekat dengan g daripada ke file. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12pt;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">In this case the acute angle, 2V, between the optic axes is bisected by the a refractive index direction. Thus we say that a is the acute bisectrix.</span></span><span lang="EN-US"> Dalam hal ini sudut lancip, 2V, antara sumbu optik adalah membagi oleh indeks bias arah. Dengan demikian kita katakan bahwa a adalah bisektris akut. <o:p></o:p></span></li>
</ul><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">In the case of a biaxial negative mineral, 2V <sub>a</sub> is the acute bisectrix, while 2V <sub>g</sub> is the obtuse bisectrix.</span></span><span lang="EN-US"> Dalam kasus Biaxial mineral negatif, 2V <sub>a</sub> adalah bisektris akut, sementara 2V <sub>g</sub> adalah bisektris tumpul.<o:p></o:p></span></div><ul style="text-align: justify;" type="square"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12pt;"><span lang="EN-US">Perhatikan bahwa 2V <sub>a</sub> + 2V <sub>g</sub> = 180 <sup>o.</sup> <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12pt;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">If 2V = 90 <sup>o</sup> the mineral has no optic sign.</span></span><span lang="EN-US"> Jika 2V = 90 <sup>o</sup> mineral tidak memiliki tanda optik. <o:p></o:p></span></li>
</ul><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">If 2V = 0 <sup>o</sup> the mineral is uniaxial.</span></span><span lang="EN-US"> Jika 2V = 0 <sup>o</sup> adalah uniaksial mineral.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US">untuk mengidentifikasi Biaxial mineral dapat diperoleh dari angka gangguan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><b><span lang="EN-US">II.1.3 Cara Mencari Berbagai jenis Interferens Biaxial Figures</span></b><span lang="EN-US"> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">The best indicator of the type of interference figure a given grain will produce is the level of interference colors exhibited by the grain in orthoscope mode. Note that the ON figure will occur on grains that show the maximum interference colors. Such a grain will give the best indicator of the absolute birefringence of the mineral. OA.</span></span><span lang="EN-US"> Indikator terbaik jenis gangguan sosok tertentu akan menghasilkan biji-bijian adalah tingkat warna campur tangan dipamerkan oleh butir dalam modus orthoscope. Perhatikan bahwa angka ON akan terjadi pada gandum yang menunjukkan gangguan maksimum warna. Seperti biji-bijian akan memberikan indikator terbaik birefringence mutlak dari mineral. OA. <span class="google-src-text1">figures and Off-centered OA figures will be easiest to locate because the grain will either be completely extinct on a 360 <sup>o</sup> rotation (OA figure) or will show very low birefringence (off-centered OA).</span> Off-angka dan angka-angka yang berpusat OA akan mudah untuk menemukan karena gandum akan baik sepenuhnya punah di 360 <sup>o</sup> rotasi (OA gambar) atau akan menunjukkan birefringence sangat rendah (off-berpusat OA).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><table border="1" cellpadding="0" class="MsoNormalTable" style="margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left; width: 433px;"><tbody>
<tr> <td style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: silver none repeat scroll 0% 0%; padding: 0.75pt; width: 154.5pt;" width="206"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Type of Interference Figure</span></span><span lang="EN-US"> Jenis Gangguan Gambar <o:p></o:p></span></div></td> <td style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: silver none repeat scroll 0% 0%; padding: 0.75pt; width: 158.25pt;" width="211"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Level of Interference Colors</span></span><span lang="EN-US"> Tingkat Gangguan Warna <o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0.75pt; width: 154.5pt;" width="206"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">ON</span></span><span lang="EN-US"> ON <o:p></o:p></span></div></td> <td style="padding: 0.75pt; width: 158.25pt;" width="211"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Maximum</span></span><span lang="EN-US"> Maksimum <o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0.75pt; width: 154.5pt;" width="206"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">B <sub>XO</sub></span></span><span lang="EN-US"> B <sub>XO</sub> <o:p></o:p></span></div></td> <td style="padding: 0.75pt; width: 158.25pt;" width="211"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Relatively High</span></span><span lang="EN-US"> Relatif Tinggi <o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0.75pt; width: 154.5pt;" width="206"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">B <sub>XA</sub></span></span><span lang="EN-US"> B <sub>XA</sub> <o:p></o:p></span></div></td> <td style="padding: 0.75pt; width: 158.25pt;" width="211"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Relatively Low</span></span><span lang="EN-US"> Relatif rendah <o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0.75pt; width: 154.5pt;" width="206"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">OA</span></span><span lang="EN-US"> OA <o:p></o:p></span></div></td> <td style="padding: 0.75pt; width: 158.25pt;" width="211"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">None</span></span><span lang="EN-US"> Tak satupun <o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0.75pt; width: 154.5pt;" width="206"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Off-centered OA</span></span><span lang="EN-US"> Off-berpusat OA <o:p></o:p></span></div></td> <td style="padding: 0.75pt; width: 158.25pt;" width="211"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Very Low</span></span><span lang="EN-US"> Sangat Rendah <o:p></o:p></span></div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US">II.2 Mineral Uniaxial<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US">Uniaksial mineral adalah kelas anisotropic mineral yang meliputi semua mineral yang mengkristal dalam tetragonal dan sistem kristal heksagonal. Mereka disebut uniaksial karena mereka mempunyai sumbu optik tunggal. Cahaya bepergian sepanjang arah sumbu optik tunggal ini pameran properti yang sama seperti isotropik bahan dalam arti bahwa arah polarisasi cahaya tidak berubah oleh perjalanan melalui kristal. Demikian pula, jika sumbu optik berorientasi tegak lurus pada tahap mikroskop dengan analyzer dimasukkan, biji-bijian akan tetap punah sepanjang 360 <sup>o</sup> rotasi tahap. optik tunggal bertepatan dengan sumbu-c sumbu kristalografi heksagonal tetragonal dan mineral. Dengan demikian, perjalanan cahaya sejajar dengan sumbu z akan bersikap seolah-olah itu bepergian dalam suatu zat isotropik karena, melihat ke c-sumbu tetragonal atau heksagonal mineral satu hanya melihat sama panjang a-sumbu, seperti di isometrik mineral. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US">. Semua anisotropic mineral menunjukkan fenomena pembiasan ganda. Hanya ketika birefringence sangat tinggi Namun, hal itu jelas bagi mata manusia. Kasus semacam itu ada untuk heksagonal (dan karenanya uniaksial) mineral kalsit. Kalsit telah rhombohedral pembelahan yang berarti menerobos masuk ke dalam blok dengan genjang - berbentuk wajah. Jika berbentuk belah ketupat yang jelas perpecahan blok ditempatkan di atas sebuah titik dan mengamati dari atas, dua gambar dari titik tersebut terlihat melalui kristal kalsit. Hal ini disebut sebagai pembiasan ganda.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US">Uniaksial mineral didefinisikan sebagai mineral yang memiliki satu dan hanya satu arah melewati sepanjang yang ringan dengan getaran (ingat, getaran selalu tegak lurus terhadap arah propagasi) bergerak pada kecepatan sama (dan karenanya dengan resistansi yang unik atau indeks bias). Yang unik di sepanjang arah yang menyebarkan sinar dikenal sebaga<b>i sumbu optik</b> kristal, dan bertepatan dengan sumbu c-mineral. Uniaksial mineral yang yang mengkristal dalam tetragonal, heksagonal dan trigonal sistem. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Introduction</span></span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: 7.1pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol; font-size: 10pt; line-height: 150%;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Uniaxial minerals are defined as minerals that have one and only one direction along which light passes with the vibrations (remember, vibrations are always perpendicular to the direction of propagation) moving at equal speed (and hence with a unique resistance or refractive index).That unique direction along which the ray propagates is known as the optic axis of the crystal, and coincides with the c-axis of the mineral.Uniaxial minerals are ones that crystallize in the tetragonal, hexagonal and trigonal systems.Interaction witII.2.1 </span></span><b><span lang="EN-US">Interaksi dengan cahaya<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 21.3pt; text-align: justify;"><br />
</div><ul style="text-align: justify;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Light passing through a uniaxial crystal at an orientation other than the optic axis will therefore break into 2 rays: an ordinary ray “o”, and an extraordinary ray “e” (Fig. 1).</span></span><span lang="EN-US"> Sinar yang melewati sebuah uniaksial kristal di orientasi selain sumbu optik karena itu akan pecah menjadi 2 rays: <b>sinar biasa</b> "o", dan <b>sinar</b> luar <b>biasa</b> "e" (Gambar 1). <span class="google-src-text1">The ordinary ray always vibrates in that plane perpendicular to the optic axis, and hence has a fixed velocity inversely proportional to the refractive index in that direction designated by “ </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">v</span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US"> ” (or in some texts “n </span></span><span class="google-src-text1"><sub><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">v</span></sub></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US"> ”).</span></span><span lang="EN-US"> Sinar biasa selalu bergetar dalam pesawat yang tegak lurus terhadap sumbu optik, dan karenanya memiliki kecepatan yang tetap berbanding terbalik dengan indeks bias ke arah itu ditunjuk oleh </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">"v"</span><span lang="EN-US"> (atau dalam beberapa teks-teks "n </span><sub><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">v").</span></sub><span lang="EN-US"> <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">The planes of vibration of the extraordinary ray will vary with the orientation of the crystal relative to the direction of incident light, and their vibration velocity will therefore vary with this variation in orientation.</span></span><span lang="EN-US"> Pesawat dari getaran sinar yang luar biasa akan bervariasi dengan orientasi kristal relatif terhadap insiden arah cahaya, dan kecepatan getaran mereka akan berbeda-beda karena itu dengan variasi dalam orientasi ini. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">The maximum or minimum value for this velocity will be constrained by the maximum or minimum value of the refractive index of this crystal ( </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e</span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US"> ), depending on whether the crystal is positive or negative.</span></span><span lang="EN-US"> Maksimum atau nilai minimum untuk kecepatan ini akan dibatasi oleh maksimum atau nilai minimum indeks bias kristal ini </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">(e),</span><span lang="EN-US"> tergantung pada apakah kristal adalah positif atau negatif. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">A mineral in which the extraordinary ray is slower than that of the ordinary one (ie </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e</span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US"> > </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">v</span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US"> ) is considered to be optically positive, and vice versa.</span></span><span lang="EN-US"> Sebuah mineral di mana sinar yang luar biasa lebih lambat daripada yang biasa satu (yaitu </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e></span><span lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">v)</span><span lang="EN-US"> adalah dianggap optik positif, dan sebaliknya. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Remember though, that in uniaxial minerals, </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e</span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US"> always coincides with the c axis , regardless of whether the mineral is positive or negative.</span></span><span lang="EN-US"> Ingat meskipun, bahwa dalam uniaksial mineral, </span><b><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e</span></b><span lang="EN-US"> <b>selalu bertepatan dengan sumbu c,</b> terlepas dari apakah mineral positif atau negatif. <o:p></o:p></span></li>
</ul><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">The Uniaxial Indicatrix:</span></span><b><span lang="EN-US">II.2.2 The Uniaxial Indicatrix<o:p></o:p></span></b></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><br />
</div><ul style="text-align: justify;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">The principal section and the circular section</span></span><span lang="EN-US"> Bagian utama dan bagian lingkaran <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">The indicatrix is a “biaxial ellipsoid”.</span></span><span lang="EN-US"> The indicatrix adalah "Biaxial ellipsoid". <span class="google-src-text1">Therefore the “XZ” & “YZ” planes are identical.</span> Oleh karena itu, "XZ" & "YZ" pesawat terbang adalah identik. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Prolate or oblate ellipsoid depending on whether mineral is positive or negative (Fig. 3).</span></span><span lang="EN-US"> Yg tersebar luas atau oblate ellipsoid mineral tergantung pada apakah positif atau negatif (Gambar 3). <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Three scenarios: (Fig. 4)</span></span><span lang="EN-US"> Tiga skenario, yaitu: (Gambar 4) <o:p></o:p></span></li>
</ul><ol start="1" style="text-align: justify;" type="a"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">light incident along the optic axis: only one refractive index; </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">v</span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US"> .</span></span><span lang="EN-US"> insiden cahaya sepanjang sumbu optik: hanya satu indeks bias; </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">v.</span><span lang="EN-US"> <o:p></o:p></span></li>
</ol><ol start="2" style="text-align: justify;" type="a"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">light incident perpendicular to the optic axis; two indeces; </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">v</span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US"> and </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e</span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US"> .</span></span><span lang="EN-US"> insiden cahaya tegak lurus terhadap sumbu optik; dua indeces; </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">v</span><span lang="EN-US"> dan </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e.</span><span lang="EN-US"> <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">incident light is inclined; two indeces; one </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">v</span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US"> and the other </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e</span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US"> ', where . </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e</span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US"> ' has a value between </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">v</span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US"> and </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e</span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US"> (Figs. 4 & 5).</span></span><span lang="EN-US"> cahaya insiden cenderung; dua indeces; satu </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">v</span><span lang="EN-US"> dan yang lain </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e</span><span lang="EN-US"> ', di mana. </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e'</span><span lang="EN-US"> memiliki nilai antara </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">v</span><span lang="EN-US"> dan </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e</span><span lang="EN-US"> (Gambar 4 & 5). <o:p></o:p></span></li>
<ul type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Indicatrix is useful for determining the indeces of refraction for a mineral in a particular orientation ( </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">v</span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US"> and </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e</span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US"> '; Fig. 6).</span></span><span lang="EN-US"> Indicatrix berguna untuk menentukan indeces bias untuk mineral dalam orientasi tertentu </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">(v</span><span lang="EN-US"> dan </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e</span><span lang="EN-US"> '; Gambar. 6). <span class="google-src-text1">It is also useful for predicting the points of exit of the different rays (o and e') as they emerge from a crystal for a given angle of incidence (Fig. 7).</span> Hal ini juga berguna untuk memprediksi keluar dari titik-titik sinar yang berbeda (o dan e ') ketika mereka muncul dari sebuah kristal untuk suatu insiden sudut (Gambar 7). <o:p></o:p></span></li>
</ul></ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-align: justify;"><br />
</div><h1 style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Retardation in a uniaxial mineral: </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;">DII.2.3 </span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Keterbelakangan dalam uniaksial mineral </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;">D</span><span lang="EN-US"> <o:p></o:p></span></h1><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Retardation is the distance between the slow and fast rays after they have left the crystal.</span></span><span lang="EN-US"> Keterbelakangan adalah jarak antara lambat dan cepat sinar setelah mereka telah meninggalkan kristal. </span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">D</span><span lang="EN-US"> = t (n <sub>slow</sub> -n <sub>fast</sub> )</span></span><span lang="EN-US"> </span><b><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">D</span><span lang="EN-US"> = t (n <sub>lambat-n cepat)</sub></span></b><span lang="EN-US"> </span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">D</span><span lang="EN-US"> therefore depends on (i) thickness of the mineral (or thin section); (ii) refractive indeces in that mineral (one of which will be </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">v</span><span lang="EN-US"> , the other a value less than or greater than </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e</span><span lang="EN-US"> which we will call </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e</span><span lang="EN-US"> '); and (iii) the wavelength of the incident light.</span></span><span lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">D</span><span lang="EN-US"> karena itu tergantung pada (i) ketebalan mineral (atau bagian tipis); (ii) indeces bias dalam mineral (salah satu yang akan </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">v,</span><span lang="EN-US"> yang lain nilai kurang atau lebih daripada </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e</span><span lang="EN-US"> yang akan kita sebut </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e</span><span lang="EN-US"> ') dan (iii) panjang gelombang cahaya. </span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><h1 style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">II.2.4 Birefringence “ </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;">d</span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> ” and the origin of interference colors:</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Birefringence </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%;">"d"</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> dan asal-usul gangguan warna<o:p></o:p></span></h1><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Birefringence is the difference between the indeces of refraction of the slow and fast rays.</span></span><span lang="EN-US"> Birefringence adalah perbedaan antara indeces bias dari sinar lambat dan cepat. </span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">d</span><span lang="EN-US"> = (n <sub>2</sub> – n <sub>1</sub> )</span></span><span lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">d</span><span lang="EN-US"> = (n <sub>2</sub> - n <sub>1)</sub> </span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Birefringence therefore depends on the path followed (remember, the ordinary ray will always have a constant value for n (known as </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">w</span><span lang="EN-US"> ) regardless of the path followed, whereas the extraordinary ray will have a variable velocity and hence n (known as </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e</span><span lang="EN-US"> or </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e</span><span lang="EN-US"> ') will vary depending on the path; Fig. 5).</span></span><span lang="EN-US"> Birefringence karena itu tergantung pada jalan yang diikuti (ingat, sinar biasa akan selalu memiliki nilai konstan untuk n (dikenal sebagai </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">w)</span><span lang="EN-US"> terlepas dari jalan yang diikuti, sedangkan sinar yang luar biasa akan memiliki kecepatan variabel dan dengan demikian n (dikenal sebagai </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e</span><span lang="EN-US"> atau </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e</span><span lang="EN-US"> ') akan bervariasi tergantung pada jalan; Gambar. 5). <span class="google-src-text1">The maximum birefringence (difference between </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">w</span><span lang="EN-US"> and </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e</span><span lang="EN-US"> ) will be a unique and characteristic value for each mineral.</span></span><span lang="EN-US"> Birefringence maksimum (perbedaan antara </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">w</span><span lang="EN-US"> dan </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">e)</span><span lang="EN-US"> akan menjadi karakteristik unik dan nilai untuk setiap mineral. </span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">In monochromatic light on a polarizing microscope, uniaxial minerals cause the incident light ray to split into two rays (ordinary and extraordinary). </span></span><span lang="EN-US">Dalam cahaya monokromatik pada mikroskop polarisasi, uniaksial mineral menyebabkan insiden sinar cahaya untuk membagi menjadi dua sinar (biasa dan luar biasa). <span class="google-src-text1">These rays, which vibrate in two different directions perpendicular to one another, then interfere upon leaving the mineral (Fig. 8).</span> Sinar ini, yang bergetar dalam dua arah yang berbeda tegak lurus satu sama lain, maka mengganggu saat meninggalkan mineral. <span class="google-src-text1">The interfering waves then enter the analyzer.</span> Gelombang yang campur kemudian masukkan analyzer. <span class="google-src-text1">If the interfering waves were in phase ( </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">D</span><span lang="EN-US"> = n </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">l</span><span lang="EN-US"> ) upon entering the analyzer, complete darkness results by the time the waves leave the analyzer (Fig. 8a).</span></span><span lang="EN-US"> Jika gelombang campur dalam fase </span><b><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">(D</span><span lang="EN-US"> = n </span></b><b><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">l)</span></b><span lang="EN-US"> setelah memasuki analyzer, hasil gelap gulita pada saat ombak meninggalkan analyzer. <span class="google-src-text1">If the retardation is equal to n+ </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">l</span><span lang="EN-US"> /2 one gets maximum illumination (Fig. 8b).</span></span><span lang="EN-US"> Jika keterbelakangan adalah sama dengan <b>n +</b> </span><b><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">l</span></b><span lang="EN-US"> <b>/ 2</b> satu mendapat penerangan maksimum. <span class="google-src-text1">Note that this is the opposite of regular interference discussed at the beginning of this chapter, since the two waves are vibrating in perpendicular directions, and so we have to do a wave resolution (Fig. 9).</span> Catatan bahwa ini adalah kebalikan dari gangguan biasa dibahas pada awal bab ini, karena kedua gelombang bergetar dalam arah tegak lurus, jadi kita harus melakukan resolusi gelombang. <span class="google-src-text1">We also have to deal with an additional layer represented by the analyzer which only allows light of a specific vibration direction (eg the NS for our scopes) to pass through (Fig. 8a & b).</span> Kita juga harus berurusan dengan lapisan tambahan yang diwakili oleh analyzer yang hanya memungkinkan cahaya dari arah getaran tertentu (misalnya NS cakupan kami) untuk melewati. </span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">When white light is used instead of monochromatic light, different wavelengths are refracted at different angles so that at the position of maximum illumination (maximum constructive interference where </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">D</span><span lang="EN-US"> = n+ </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">l</span><span lang="EN-US"> /2), one gets a specific color (complementary to one that has not had as much constructive interference).</span></span><span lang="EN-US"> Ketika cahaya putih adalah monokromatik digunakan sebagai pengganti cahaya, panjang gelombang yang dibiaskan berbeda pada sudut yang berbeda sehingga pada posisi pencahayaan maksimum (interferensi konstruktif maksimum di mana </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">D</span><span lang="EN-US"> = n + </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">l</span><span lang="EN-US"> / 2), satu mendapat warna tertentu (yang saling melengkapi satu yang belum miliki sebagai konstruktif banyak gangguan). <span class="google-src-text1">This color is known as the “interference color”.</span> Warna ini dikenal sebagai "gangguan warna". <span class="google-src-text1">The nature of these interference colors will vary as a function of the thickness of the sample, as well as its birefringence, and can be calculated or predicted from equation (1).</span> Sifat gangguan warna ini akan bervariasi sebagai fungsi dari ketebalan sampel, serta sebagai birefringence, dan dapat dihitung atau diprediksi dari persamaan (1). <span class="google-src-text1">The results can be illustrated on a chart known as the Michél Levy chart which plots the wave number (in nm) against the thickness of the mineral.</span> Hasilnya dapat digambarkan dalam sebuah bagan yang dikenal sebagai Levy Michel bagan yang plot nomor gelombang (dalam nm) terhadap ketebalan mineral. <span class="google-src-text1">The Michél Lévy chart is commonly used for determining the birefringence of the mineral (cf. Fig. 17 of last week's handout).</span> Levy Michel grafik yang biasanya digunakan untuk menentukan birefringence dari mineral (lihat Gambar. 17 dari minggu lalu handout). </span></div><ul style="text-align: justify;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">NB: Limits of orders on the Michél Lévy chart are: 1 <sup>st</sup> order colors: 0 – 560 nm, 2 <sup>nd</sup> order colors: 560 – 1120 nm, 3 <sup>rd</sup> order colors: 1120 – 1680 nm.</span></span><span lang="EN-US"> NB: Batas perintah pada tabel Levy Michel adalah: 1 <sup>st</sup> agar warna: 0-560 nm, 2 <sup>nd</sup> order warna: 560-1.120 nm, 3 <sup>rd</sup> urutan warna: 1120-1680 nm. <o:p></o:p></span></li>
</ul><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Uniaxial minerals under crossed polars using white light:</span></span><b><span lang="EN-US">II.2.5 Uniaksial mineral di bawah menyilangkan polars menggunakan cahaya putih</span></b></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><br />
</div><ul style="text-align: justify;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Extinction still occurs 4 times in a complete rotation of the stage.</span></span><span lang="EN-US"> Pemadaman masih terjadi 4 kali dalam rotasi lengkap panggung. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">The use of white light instead of monochromatic light results in some interference between the different wavelengths at positions between 0 and 90°.</span></span><span lang="EN-US"> Penggunaan cahaya putih, bukan cahaya monokromatik hasil di beberapa gangguan antara panjang gelombang yang berbeda pada posisi antara 0 dan 90 °. <span class="google-src-text1">Therefore, instead of having only increased illumination up to the 45° position (as was the case in using monochromatic light), some of the wavelengths interfere destructively, leaving behind their complementary colors. These are known as “interference colors”.</span> Oleh karena itu, bukan hanya memiliki penerangan meningkat hingga 45 ° posisi (seperti yang terjadi dalam menggunakan cahaya monokromatik), sebagian dari panjang gelombang mengganggu destruktif, meninggalkan warna pelengkap mereka. Ini dikenal sebagai "gangguan warna". <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Interference colors depend on: (i) thickness of the mineral, (ii) mineral orientation, (iii) birefringence, (iv) type of light source used.</span></span><span lang="EN-US"> Gangguan warna bergantung pada: (i) ketebalan mineral, (ii) mineral orientasi, (iii) birefringence, (iv) jenis sumber cahaya yang digunakan. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Anomalous interference colors</span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US"> : Appear when the mineral preferentially absorbs one of the wavelengths of the spectrum of interference colors.</span></span><span lang="EN-US"> Anomali gangguan warna: Muncul ketika preferentially menyerap mineral salah satu panjang gelombang dari gangguan spektrum warna. <span class="google-src-text1">Minerals that display anomalous interference colors are known to have high “dispersion”.</span> Mineral yang menampilkan warna gangguan anomali diketahui memiliki tinggi "dispersi". <o:p></o:p></span></li>
</ul><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Measurement of extinction angles: (Fig 11)</span></span><span lang="EN-US"> </span><b><span lang="EN-US">II.2.6</span></b><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Sign of elongation:</span></span><span lang="EN-US"> <b>Tanda elongasi<o:p></o:p></b></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><br />
</div><ul style="text-align: justify;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Is an attempt to find which RI coincides with the long axis of the crystal observed. This is carried out with the help of one of the accessory plates.</span></span><span lang="EN-US"> Adalah usaha untuk menemukan yang RI bertepatan dengan sumbu panjang dari kristal diamati. Hal ini dilakukan dengan bantuan dari salah satu aksesori piring. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Minerals are therefore described as lengthfast or lengthslow (Fig. 13)</span></span><span lang="EN-US"> Oleh karena itu, mineral digambarkan sebagai lengthfast atau lengthslow (Gambar 13) <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">The mica plate (1/4 </span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">l</span></span><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US"> ): used for minerals with weak birefringence (1 <sup>st</sup> order grey and yellow)</span></span><span lang="EN-US"> The mika pelat (1 / 4 </span><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol;">l):</span><span lang="EN-US"> digunakan untuk mineral dengan lemah birefringence (1 <sup>st</sup> agar abu-abu dan kuning) <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">The gypsum plate (1 <sup>st</sup> order red, 550 nm): used for minerals with intermediate birefringence.</span></span><span lang="EN-US"> Gypsum plat (1 <sup>st</sup> urutan merah, 550 nm): digunakan untuk mineral dengan birefringence menengah. <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">The quartz wedge: used with mineral grains (variable thicknesses), thick sections, or minerals with strong birefringence (Fig. 14).</span></span><span lang="EN-US"> Irisan kuarsa: digunakan dengan mineral butir (variabel ketebalan), tebal bagian, atau mineral dengan birefringence kuat (Gambar 14). <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">The Quartz wedge is also used to determine the order of the interference color observed (Fig. 14).</span></span><span lang="EN-US"> Irisan yang Quartz juga digunakan untuk menentukan urutan warna gangguan diamati (Gambar 14). <o:p></o:p></span></li>
</ul><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">II.2.7 Uniaxial minerals in convergent white light: (conoscopic examination)</span></span><b><span lang="EN-US">Uniaksial mineral dalam cahaya putih konvergen: (conoscopic pemeriksaan)</span></b><span lang="EN-US"> </span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><br />
</div><ul style="text-align: justify;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Differences between conoscopic and orthoscopic examinations (Fig. 15)</span></span><span lang="EN-US"> Perbedaan antara conoscopic dan orthoscopic ujian.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">How to obtain an interference figure: (i) condenser lens flush with the stage; (ii) cross the polars; (iii) use the highest power objective lens (40X); (iv) make sure your objective lens is well centered; (v) Bertrand lens in.</span></span><span lang="EN-US"> Cara mendapatkan sebuah angka gangguan: (i) lensa kondensor flush dengan tahap (ii) menyeberangi polars; (iii) menggunakan kekuasaan tertinggi lensa objektif (40x); (iv) pastikan lensa objektif baik berpusat; ( v) Bertrand lensa masuk <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Components of an interference figure: Isogyre, melatope, isochromatic curves or rings (Fig. 16).</span></span><span lang="EN-US"> Komponen tokoh gangguan: Isogyre, melatope, isochromatic kurva atau cincin.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Types of Uniaxial interference figures:</span></span><span lang="EN-US"> Jenis-jenis gangguan Uniaxial angka: <o:p></o:p></span></li>
</ul><ul style="text-align: justify;" type="disc"><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Optic axis figure (Fig. 17)</span></span><span lang="EN-US"> Tokoh sumbu optik <o:p></o:p></span></li>
</ol></ul><ul style="text-align: justify;" type="disc"><ol start="2" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Off-centered optic axis figures (Figs. 18 & 19)</span></span><span lang="EN-US"> Off-berpusat pada sumbu optik angka <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Flash figure (Fig. 20)</span></span><span lang="EN-US"> Flash Gambar <o:p></o:p></span></li>
</ol></ul><ul style="text-align: justify;" type="disc"><ul type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Determination of the optic sign of the mineral (Figs. 21, 22).</span></span><span lang="EN-US"> Penetapan tanda optik mineral <o:p></o:p></span></li>
</ul></ul><ul style="text-align: justify;" type="disc"><ul type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Importance and uses of interference figures (in general).</span></span><span lang="EN-US"> Pentingnya campur tangan dan menggunakan angka (secara umum). <o:p></o:p></span></li>
</ul></ul><ul style="text-align: justify;" type="disc"><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Telling isotropic from pseudoisotropic minerals</span></span><span lang="EN-US"> Menceritakan isotropik dari pseudoisotropic mineral <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Uniaxial vs. biaxial minerals</span></span><span lang="EN-US"> Uniaksial vs Biaxial mineral <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Optic sign of the mineral</span></span><span lang="EN-US"> Tanda optik mineral <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Estimating the birefringence of the mineral</span></span><span lang="EN-US"> Memperkirakan birefringence dari mineral <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Identifying the optic orientation of the mineral</span></span><span lang="EN-US"> Mengidentifikasi orientasi optik mineral <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Identifying the crystal system of the mineral using its dispersion properties</span></span><span lang="EN-US"> Mengidentifikasi sistem kristal dari mineral memanfaatkan sifat dispersi <o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Estimating the value of the optic angle (angle between the 2 optic axes) in biaxial minerals</span></span><span lang="EN-US"> Memperkirakan nilai dari sudut optik (sudut antara 2 sumbu optik) di Biaxial mineral <o:p></o:p></span></li>
</ol></ul><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US">II.3 Cara Bedakan Biaxial dari Uniaxial Interferens Angka</span></b><span lang="EN-US"> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US"><br />
<br />
</span></b><span class="google-src-text1"><span lang="EN-US">Biaxial minerals can often be distinguished from uniaxial minerals on the basis of an interference figure.</span></span><span lang="EN-US"> Biaxial mineral sering dapat dibedakan dari uniaksial mineral berdasarkan angka yang gangguan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US">Untuk melakukannya, memutar panggung sampai persimpangan isogyre terletak pada rambut salib. Jika ada kelengkungan ke isogyre, mineral adalah Biaxial. Jika isogyre lurus, maka mineral yang baik Biaxial dengan 2V rendah atau uniaksial. Dalam kasus terakhir tes lebih lanjut harus dilakukan pada butir lain untuk membuat perbedaan.<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" /> </span></b> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 10pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US">BAB III<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US">PENUTUP<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US">III.1 Kesimpulan<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US"> <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US"> </span></b><span lang="EN-US">Berdasarkan hasil pembahsan diatas maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa </span><span lang="EN-US">Mineral berdasarkan sifat pleokroiknya dibagi menjadi dua jenis yaitu mineral biaksial dan mineral uniaxial. Mineral biaxial (trichroic) tiga perubahan warnayang berhubungan dengan tiga sumbu utama (a, b, c) sedangkan mineral uniaxal (dichroic) adalah dua warna yang berbeda akibat vibrasisinar parallel sumbu vertical (c) dan sumbu dasar (b).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US">III.2 Saran<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US"> <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US"> </span></b><span lang="EN-US">Untuk mempelajari lebih jauh menganai mineral biaxial dan mineral uniaxial dibutuhkan ketelitian dan lebih memperbanyak lagi membaca literature-literatur yang berhubungan dengan kedua jenis mineral tersebut.</span></div><div style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" /> </span> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 10pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US">Daftar Pustaka<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US"><a href="http://www.britannica.com/EBchecked/topic/614477/uniaxial-crystal"><span style="color: black;">http://www.britannica.com/EBchecked/topic/614477/uniaxial-crystal</span></a><span style="color: black;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US"><a href="http://www.tulane.edu/%7Esanelson/geol211/biaxial.htm"><span style="color: black;">http://www.tulane.edu/~sanelson/geol211/biaxial.htm</span></a><span style="color: black;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US"><a href="http://www.brocku.ca/earthsciences/people/gfinn/optical/biaxindc.htm"><span style="color: black;">http://www.brocku.ca/earthsciences/people/gfinn/optical/biaxindc.htm</span></a><span style="color: black;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US"><a href="http://www.science.marshall.edu/elshazly/Mineralogy"><span style="color: black;">http://www.science.marshall.edu/elshazly/Mineralogy</span></a><span style="color: black;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US"><a href="http://www.geol.umd.edu/%7Esarahpd/Biaxialminerals.ppt"><span style="color: black;">http://www.geol.umd.edu/~sarahpd/Biaxialminerals.ppt</span></a><span style="color: black;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div>geology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-90344023726363308342010-05-12T08:32:00.000-07:002010-05-12T08:32:05.585-07:00How Igneous Rock Is Formed<h1 align="center"><span style="color: #804040; font-family: Boulder;"><strong>How Igneous Rock Is Formed</strong></span></h1><span style="font-family: Arial,Comic Sans MS;"><div align="center"><center> <table border="0"><tbody>
<tr> <td width="50%"><div align="center"><br />
</div><div align="center"><img alt="IGNANIM.GIF (230930 bytes)" height="266" src="http://www.fi.edu/fellows/fellow1/oct98/graphics/IGNANIM.GIF" width="210" /></div><div align="center"><br />
</div></td> <td width="50%"><div align="center"><strong>How to Processed Magmatic can reased: Igneous rocks are called fire rocks and are formed either underground or above ground. Underground, they are formed when the melted rock, called magma, deep within the earth becomes trapped in small pockets. As these pockets of magma cool slowly underground, the magma becomes igneous rocks. </strong></div><div align="center"><strong>Igneous rocks are also formed when volcanoes erupt, causing the magma to rise above the earth's surface. When magma appears above the earth, it is called lava. Igneous rocks are formed as the lava cools above ground.</strong></div></td></tr>
</tbody></table></center></div></span>geology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-86535969690354388642010-05-12T08:27:00.000-07:002010-05-12T08:27:28.721-07:00Batuan Karbonat1. KLASIFIKASI BATUAN KARBONAT<br />
<br />
PENDAHULUAN<br />
<br />
Terbentuknya Sedimen klastik melalui proses transportasi yang sangat jauh dari batuan asalnya. Endapan karbonat tidak tertransportasi kecekungan tetapi dilingkungan cekungan marin oleh proses organik ataupu anorganik. Batuan karbonat terbentuk melalui proses material penyusunnya berbea dengan batuan selisih klastik. Begitu pula mineral-mineral penyusun batuan tersebut. Batuan karbonat umumnya disusun oleh mineral kalsit, dolomit, dan aragonik. <br />
<br />
Batuan karbonat mineral yamg lain yang menyusunnya magnesit dan siderit, penyusun mineral ini komposisi kimia sama akan tetapi mempunyai sistem kristal yantg berbeda. <br />
<br />
KOMPONEN PENYUSUN <br />
<br />
Penyusun utama berupa graen (allochems), mud (mikrit), dan semen kadang dijumpai material regen dan fori. Jika dibagi lagi menjadi lebih kecil komponen penyusun terbagi menjadi tiga, yaitu:<br />
1. sparny alloshemical rocks <br />
2. micro crystallyin allochemical rocks<br />
3. micro crystaline rocks<br />
<br />
Sparny allochemical rocks<br />
Proses terbentuk dengan pengendapan arus yang tinggi dengan bentuk well rounded. Terbentuk dari daerah pantai – submaren.<br />
Tipe-tipe sparry allochemical rocks:<br />
1. intraclast<br />
mempunyai fragmen yang rounded lengkungan pembentukannya daerah pantai sampai laut dangkal dengan ukuran butir dari pebel-boulder.<br />
<br />
2. pellets<br />
mempunyai bentuk bulat sampai ellips ukuran fragmen tidak seragam dan tidak mempunyai struktur dalam. Cangkang dari hewan yang terdapat dari dasar laut yaitu gastropoda dan crustacea dengan ukuran 0,03 – 0,2 mm.<br />
<br />
3. oolit<br />
cangkang bagian dalam mempunyai struktur bagian dalam terdiri batuan karbonat ukuran sekitar 40mm dengan diameter 2mm.<br />
<br />
4. fosil<br />
<br />
Micro crystallyin allochemical rocks<br />
Mempunyai bentuk menyerupai pasir, pengendapannya pada arus rendah. Material nya berupa material regen, seperti lempung dan pasir.<br />
Tipe dari micro crystallyin allochemical rocks, yaitu:<br />
1. Allochem<br />
2. mikrit<br />
3. Sparit<br />
<br />
Allochem<br />
Butirannya berupa organik dan berpori besar yang disebut denga bioplastic.<br />
Mikrit<br />
Dari hasil penguapan kimia, terbentuk pada dasr laut dengan arah arus rendah ukurannya 0,001-0,004mm.<br />
Sparit<br />
Tersusun dari kristal plastik yang berfungsi sebagai semen dengan kenampakannya yang jernih.<br />
<br />
<br />
Micro crystaline rocks<br />
Tersusun oleh material lempung yang terbentuk pada arus yang rendah. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BEBERAPA KLASIFIKASI YANG DIGUNAKAN DALAM BATUAN KARBONAT<br />
<br />
Penamaan batuan karbonat pertama kali ditemukan oleh ilmuwan folk (1962). Kemudian ditemuka lagi oleh Dunham (1962). Kedua klasifikasi ini sering digunakan.<br />
Kemudian muncul klasifikasi yang merupakan modifikasi dari klasifikasi Dunham (1962). Yaitu klasifikasi yang dikemukakan oleh Embry dan Klovan (1971), klasifikasi Folk (1962), membedakan batuan dengan berdasarkan persentase kandungan allochem, mikrit, dan sparit sedangkan klasifikasi dunham (1962), membedakan batuan dengan berdasarkan kandungan lempung dan besar butir. Klasifikasi ini dipergunakan sering dilapangan maupun pengapamatan scientifiest di laboratorium. Klasifikasi Embry dan klovan merupakam pengembangan dari klasifikasi Dunham lebih spesifik lagi yang mana membagi lagi batuan karbonat yang seluruh kompnennya disusun oleh material organik, yaitu: Bafflestone, Bindstone, Framestone, Floadstone, Rudstone.<br />
<br />
2. KONTROL SEDIMEN PADA PEMBENTUKAN ATUAN KARBONAT<br />
<br />
Secara umum batuan karbonat terdiri dari 2 proses yaitu: proses organik dan anorganik.<br />
<br />
Kontrol organik <br />
Merupakan fragmen maupun rangka organik yang berukuran besar seperti koral, Bryosua, molusca, polychaeta, juga terdiri dari organisme yang sederhana seperti foraminifera dan alga. Dilingkungan laut dalam dijumpai cangkang dari foraminifera yang hidupnya secara pelagik. Alga ataupun cephalopoda termasuk komponen batuan sedimen. Terumbu merupakan salah satu hasil contoh produksi dari karbonat. Karang akan membentuk suatu komunitas yang kompleks yang ditemukan hidup alami diwilayah air laut dangkal yang jernih bersuhu hangat. Koral merupakan hewan neurotik yang didominasi oleh kelompok filumterata yang komposisi cangkangnya CaCO¬3.<br />
Kontrol Anorganik<br />
Bukan berasal dari organik melainkan berupa butiran yang mengisi pori terbentuk melalui proses langsung dari penguapan air laut. <br />
<br />
AKUMULASI KARBONAT<br />
<br />
Terbentuknya karbonat disebabkan oleh:<br />
• Kondisi lingkungan <br />
Seperti tingkat salinitas air laut, adalah pada kisaran 32 – 35% <br />
<br />
• Kedalaman air<br />
Kedalaman air laut mempengaruhi kemampuan produksi CaCO3 erat kaitannya dengan temperatur suhu muka air laut akan semakin dingin tolereansi suhu air laut pada pertumbuhan hasil terumbu adalah 200C suhu yang paling bagus untk perkembangan karang 23-250C <br />
<br />
• Post ransgrisi<br />
Sea level naik maka pertumbhan terumbu karang akan terhenti. <br />
<br />
• Iklim<br />
Berkaitan dengan naik turunnya curah hujan jika semakin sering terjadi hujan maka salnitas air laut akan berkurang.<br />
<br />
PLATFORM MARGIN<br />
<br />
Merupakan tempat dari pertumbuhan karbonat secara masimum. Pertumbuhan karbonat harusnya ebih besar sdari penutunan akibat sea level.<br />
Aspek utama yang perlu diperhatikan <br />
• winwards margins<br />
daerah ini yang dominan bekerja adalah gelombang dengan arus terbulin dengan energi abrasi yang tinggi transfer sedimen ini berasal dari pantai dengan model pengendapan yang dalam startigrafi adalah a-bank<br />
<br />
• Tide dominated margins<br />
Daerah pembentukan endapan pada flatform lebih dipengaruhi oleh air terjadinya pasang surut dimana arus pasang surut <br />
<br />
• leeward margins<br />
pada derah ini tranport sedimen mempunyai tipe pengendapan off bank<br />
<br />
storm dominated sequences<br />
keadaaan pada perairan dangkal seperti legon. Proses angin mempunyai efek penting dalam sedimentasi. Pada flatform margin pembentukan agregasi skletal yang menyusun bagian dalam lingkungan ini merupakan pengaruh dari siklus pergerakan angin. Pada daerah slope angin memindahkan sedimen pada garis pantai menuju perairan yang lebih dalam<br />
<br />
hubungan antara lingkungan pengendapan mempelajari dengan tingkat produksi karbonat <br />
hal ini penting untuk diketahui dalam mempelajari akhir pembentukan batuan karbonat dan sekuen geometri yang bentuknya yang merupakan akibat dari perubahan relativ sea level.<br />
• daerah infertidal dan supratidal<br />
endpan karbonat didominasi oleh alga biru yang membentuk stromatolit<br />
<br />
• lagon<br />
pembentukan karbonat sangat dipengaruhi oleh salinitas air sebab daerah lagoon adalah daerah yang tertutup, juga luas daerah lagoon.<br />
<br />
• shelf lagoon<br />
endapan karbonat berasal dai alga hijau foraminifera, molusca dan hewan invertebrta kecil lainnya.<br />
<br />
• back barriet lagoon<br />
daerahnya kecil dicirikan oleh selenitas yang tinggi endapan arbonat dibangun oleh plychaeta, molusca, foraminifera dan alga.<br />
<br />
• back reef lagoon<br />
selain polychaeta, molusca, foriminifera, alga pada daerah ini karbonat dibangun oleh koral, echinodermata dan alga koral.<br />
<br />
• deeper sloppe dan basin<br />
produksi karbona semakin berkurang kehadiran alga hampir tidak ada lagi organisme lain seperti echinodermata, dan koral masih ditemikan.<br />
<br />
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL<br />
UNIVERSITAS HASANUDDIN<br />
FAKULTAS TEKNIK<br />
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI<br />
<br />
<br />
TUGAS <br />
PETROLOGI BAHAN KARBONAT<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
OLEH:<br />
<br />
ABD. AZIS<br />
D61100 002<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
MAKASSAR<br />
2003<br />
<br />
<br />
Tabel 1.1 Klasifikasi Batuan Karbonat menurut Dunham ,1962 <br />
<br />
Depotional teksture recogisable Depotional teksturred not regognisabl.e <br />
<br />
<br />
Cristalin carbonate <br />
Original komponent not bount together during depotion Original komponent were bount together during depotional <br />
<br />
<br />
Boundstone <br />
Containing mud (particle of clay and fine siltsize) Lacks mud and is grain supported<br />
<br />
Grainstone <br />
Mud sopported Grain sopported<br />
Packstone <br />
Lass than 10%grains <br />
<br />
<br />
Mudstone More than 10%grains <br />
<br />
Wakcstone<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Tabel 1.2 Hubungan antara klasifikasi Dunham ,Wenworth ,Folk<br />
<br />
Dunham Wentworth Folk <br />
Mudstone <br />
Wakstone<br />
Packstone <br />
Grinstone <br />
Boundstone <br />
crystalin Calcilutite<br />
Calcisiltite<br />
Calsilutite calcarenite <br />
Calcarenite<br />
Calsirudite calcarenite <br />
Calsirudute Mierite<br />
Mierite<br />
Sparite <br />
Sparite <br />
Biolithite<br />
<br />
crystalyn<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Just For Fungeology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-44645273534469433652010-05-12T08:10:00.000-07:002010-05-12T08:10:42.817-07:00VulkanologiAKTIVITAS MAGMA <br />
<br />
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah gunung apinya yang terbesar di dunia. Kira-kira 179 gunung api yang terdapat di negeri ini dan 129 diantaranya masih aktif sampai sekarang. Karena hal inilah maka hampir setiap tahun paling sedikit satu gunung api melakukan erupsinya. <br />
Aktivitas gunung merupakan pencerminan dari aktivitas magma yang terdapat di dalam bumi. <br />
<br />
Aktivitas Volkanik <br />
Aktivitas volkanik pada umumnya digambarkan sebagai proses yang menghasilkan gambaran yang menakjubkan, atau kadang menakutkan dari suatu bentuk struktur kerucut yang secara periodik melakukan erupsinya. Erupsi dari gunung api ini kadang –kadang merupakan letusan yang sangat gebat (eksplosif), tetapi kadang-kadang berlangsung dengan tenang. Faktor utama yang mengontrol macam erupsi gunung api adalah komposisi magma, temperatur magma dan kandungan gas yang terdapat dalam magma. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi mobilitas dari magma , atau sering disebut viskositas (kekentalan) magma. Semakin kental magma, semakin sulit magma untuk mengalir. <br />
Komposisi kimia magma telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan klasifikasi batuan beku. Satu faktor utama yang membedakan antara bermacam-macam batuan beku dan juga antara macam magma asala ialah kandungan unsur silika (SiO2). Magma pembentuk batuan beku basaltik mengandung kira-kira 50% silika. Batuan beku granitik mengandung sekitar 70% silika, sedang batuan beku menengah mengandung sekitar 60% silika. Jadi dapat dikatakan bahwa viskositas magma sangat berhubungan dengan kandungan silikanya. Semakin tinggi kandungan silikanya, maka magma semakin viskos dan aliran magma akan semakin lambat. Hal ini disebabkan karena molekul-molekul silika terangkai dalam bnetuk rantai yang panjang, walaupun belum mengalami kristalisasi. Akibatnya, karena lava basaltik mengandung silika yang rendah, maka lava basaltik cenderung bersifat encer dan mudah mengalir, sedangkan lava granitik relatif sangat kental dan sulit mengalir walaupun pada temperatur tinggi. <br />
<br />
Tabel. Bermacam-macam sifat magma karena perbedaan komposisi. <br />
<br />
Sifat Magma Basaltik Andesitik Granitik <br />
Kandungan silika Kecil (+50%) Menengah (+60%) Tinggi (+70%) <br />
Viskositas Rendah Menengah Tinggi <br />
Kecenderungan Membentuk Lava Tinggi Menengah Rendah <br />
Kecenderungan Membentuk Piroklastik Rendah Menengah Tinggi <br />
Titik Lebur Tinggi Menengah Rendah <br />
<br />
Kandungan gas dalam magma juga akan berpengaruh terhadap mobilitas dari magma. Keluarnya gas dari magma menyebabkan magma menjadi semakin kental. Keluarnya gas ini dapat pula menyebabkan tekanan yang cukup kuat untuk keluarnya magma melalui lubang kepundan. Pada waktu magma bergerak naik ke atas mendekati permukaan pada gunung api, tekanan pada bagian magma yang paling atas akan berkurang. Berkurangnya tekanan akan mengakibatkan lepasnya gas dari magma dengan cepat. Pada temperatur tinggi dan tekanan yang rendah, memungkinkan gas untuk mengembangkan volumenya sampai beberapa kali dari volumenya mula-mula. Magma basaltik yang kandungan gasnya cukup besar, memungkinkan gas tersebut untuk keluar melalui lubang kepundan gunung api dengan relatif mudah. Keluarnya gas tersebut dapat membawa lava yang disemburkan sampai bermeter-meter tingginya. Sedangkan pada magma yang kental, keluarnya gas tidak mudah, tetapi gas tersebut akan berkumpul pada kantong-kantong dalam magma yang menyebabkan tekanan meningkat besar sekali. Tekanan yang besar ini akan dikeluarkan dengan letusan yang hebat dengan membawa material yang setengah padat dan padat melalui lobang kawah gunung api. Jadi besarnya gas yang keluar dari magma akan sangat mempengaruhi sifat erupsi gunung api. <br />
<br />
Material Erupsi Gunung Api <br />
Material yang dikeluarkan oleh gunung api pada waktu erupsi bisa berupa lava, gas ataupun material piroklastik. Tiap gunung api mempunyai karakteristik tersendiri mengenai material yang dikeluarkan selama erupsinya. <br />
Aliran Lava <br />
Pada umumnya aliran lava terjadi pada lava bsaltik yang bersifat cair karena kandungan silikanya relatif kecil. Lava basaltik akan mengalir dengan mudah pada daerah yang luas atau kadang-kadang menyerupai bentuk lidah. Adakalanya aliran lava basaltik bisa mencapai puluhan kilimeter dengan kecepatan aliran antara 10 sampai 300 meter per jam. Sebaliknya aliran lava yang kaya silika sangat lambat sekali. <br />
Aliran lava basaltik, kadang-kadang menghasilkan permukaan yang halus, tetapi juga kadang-kadang menghasilkan permukaan yang berkerut seperti bentuk tali. Bentuk lava yang demikian disebut dengan pahoehoe lava atau ropy lava. Bentuk lain yang juga umum terjadi adalah permukaan yang kasar, berbentuk blok-blok dengan tepi yang tajam, disebut dengan blok lava atau aa lava. Aliran dari aa lava biasanya tebal dan dingin, dengan kecepatan aliran sekitar 5 sampai 50 meter per jam. Blok lava ini terjadikarena bagian luar lava yang relatif cepat membeku, tetapi di bagian dalamnya relatif masih cair dan terus mengalir. Akibat aliran lava di bagian dalam ini akan menyebabkan bagian luar yang sudah membeku terpengaruh oleh aliran ini sehingga mengalami retakan dan membentuk blok-blok. Selain pada permukaannya juga terbentuk lubang-lubang bekas keluarnya gas. <br />
Gas <br />
Magma mengandung bermacam gas yang jumlahnya kira-kira 1 sampai 5% dari berat total, dan sebagian besar merupakan uap air.meskipun persentasenya kecil, tetapi jumlah gas yang dikeluarkan bisa mencapai ribuan ton per hari. Komposisi gas yang dikeluarkan dalam aktivitas gunung api mengandung 70% uap air, 15% karbon diosida, 5% nitrogen, 5% sulfur dan sisanya terdiri dari klorida, hidrogen dan argon. <br />
Material Piroklastik <br />
Material padat dan setengah padat yang dikeluarkan oleh gunung api pada waktu erupsinya disebut material piroklastik. Material fragmental ini mempunyai ukuran dari sangat halus sampai diameter beberapa meter. Sebagian besar material yang dikeluarkan ini diendapkan disekitar kawah, sehingga membentuk struktur kerucut gunung api. <br />
Karena material piroklastik mempunyai ukuran fragmen yang sangat bervariasi, maka material piroklastik dapat dikelompokkan berdasarkan ukurannya. Partikel-partikel yang berukuran sangat halus disebut debu vulkanik (volcanic ash). Material ini terbentuk bila lava banyak mengandung banyak gas di dalamnya. Bila gas yang panas ini dieksplosifkan keluar, maka lava akan terurai menjadi partikel-partikel yang halus. Hal semacam ini bila dikeluarkan dalam ukuran yang relatif besar akan membentuk pumis. Bila debu volkanik yang panas ini jatuh di permukaan bumi, akan membentuk welded tuff, yang dicirikan adanya glass shard. <br />
Partikel yang berukuran seperti kacang disebut lapilli, sedang partikel atau material piroklastik yang berukuran lebih besar dari lapilli disebut block bila dikeluarkan dari gunung api dalam keadaan padat, sehingga bentuknya meruncing. Sedang bila dikeluarkan dalam keadaan setengah padat sehingga bentuknya relatif membundar disebut bomb. <br />
<br />
Gunung Api dan Erupsi Gunung Api <br />
Erupsi gunung api yang berkelanjutan, akan menghasilkan material-material yang terkumpul di sekitar pusat erupsinya dan membentuk gunung api (volkano). Pusat erupsi gunung api yang biasanya terletak pada puncaknya disebut crater (kawaH0, berhubungan dengan dapur magma melalui semacam pipa. Beberapa gunung api mempunyai kawah yang sangat besar sampai beberapa kilometer diameternya yang disebut kaldera. Tidak semua gunung api mengeluarkan hasil erupsinya melalui lubang yang terpusat, tetapi kadang-kadang melalui suatu celah yang memanjang pada lerang gunung api tersebut. Aktivitas magma pada lereng gunung api membentik parasitik cone. <br />
Setiap gunung api mempunyai sifat dan tipe erupsi yang berbeda-beda, sehingga masing-masing mempunyai bentuk yang berbeda pula. Berdasarkan sifat dan tipenya, maka gunung api dapat dibedakan menjadi tiga yaitu gunung api shield, cinder cone dan composit cone. <br />
Kaldera diperkirakan terbentuk pada waktu terjadi erupsi yang sangat besar, sehingga dapur magma kosong. Kemudian karena kosongnya dapur magma, puncak gunung api tersebut runtuh ke dalam dapur magma sehingga membentuk lubang kawah yang sangat besar. <br />
Erupsi celah (Fissure Erupsions) <br />
Aktivitas erupsi gunung api melalui celah yang memanjang disebut fissure. Erupsi yang demikian akan menyebabkan penyebaran material volkanik sangat luas. Apabila material yang dikeluarkan merupakan lava basalt yang encer, akan membentuk flood basalt, yang dapat mengalir sampai berkilometer jauhnya. <br />
Apabila lava yang dikeluarkan banyak mengandung silika, maka akan menghasilkan aliran piroklastik (pyroclastic flows) yang terdiri dari debu volkanik dan pumis. <br />
<br />
Aktivitas Magma Dalam Bumi <br />
Seperti telah diketahui dan dipercaya oleh sebagian besar orang, bahwa sebagian besar magma berada pada tempat yang sangat dalam. Mempelajari aktivitas magma di dalam bumi merupakan hal yang penting bagi ahli geologi seperti mempelajari aktivitas gunung api. Ada beberapa tipe dari bentuk tubuh batuan beku instrusif yang terbentuk pada waktu magma mengkristal di dalam bumi. Bentuk-bentuk tubuh tersebut ada yang tabular, dan ada pula yang masif. Selain itu sebagian tubuh batuan beku tersebut ada yang memotong perlapisan batuan sedimen dan ada pula yang menerobos diantara perlapisan batuan sedimen. Mengacu pada perbedaan-perbedaan tersebut, maka tubuh batuan beku dalam dapat digolongkan berdasarkan bentuknya apakah tabular atau masif, dan orientasinya terhadap batuan disekitarnya. Batuan beku dalam yang memotong batuan sedimen disebut diskordan, sedang yang sejajar dengan perlapisan batuan sedimen disebut konkordan. <br />
Batuan beku intrusif mempunyai variasi ukuran dan bentuk yang sangat besar. Dike adalah batuan beku diskordan yang dibentuk oleh magma yang menerobos melalui retakan yang memotong perlapisan batuan sedimen. Tubuh batuan yang berbentuk tabular ini mempunyai ketebalan dari beberapa sentimeter sampai lebih dari satu kilometer, dengan panjanh dapat sampai beberapa kilometer. Umumnya dike lebih resisten terhadap proses pelapukan daripada batuan disekitarnya. <br />
Sill adalah batuan beku yang tabular yang berbentuk ketika magma menerobos melalui bidang perlapisan batuan sedimen. Pada umumnya batuan beku sill mendatar, tetapi sebenarnya kedudukan sill sangat tergantung pada kedudukan perlapisan batuan sedimen disekitarnya. Dari ketebalannya yang seragam dan penyebarannya yang luas, maka sill dipercaya bahwa terbentuk dari magma yang sangat encer. Jadi pada umumnya sill disusun oleh magma basaltik. Selain itu sill pada umumnya terbentuk pada tempat yang relatif dangkal dimana tekanan yang dibentuk oleh batuan sedimen yang diterobosnya relatif kecil. <br />
Lakolit merupakan batuan beku konkordan seperti sill yang terbentuk pada lingkungan dekat permukaan. Tetapi magma yang membentuk lakolit lebih kental. Tubuh lakolit terbentuk seperti lensa cembung ke atas. Lakolit pada umunya merupakan inti dari struktur kubah yang akan tersingkap apabila batuan sedimen yang menutupi diatasnya tererosi. <br />
Batolit merupakan tubuh batuan beku diskordan yang sangat besar, dengan diameter lebih dari 40.000 km2. Batuan yang menyusun batolit biasanya mempunyai komposisi mineral yang mendekati tipe granitik. Batolit yang besar merupakan hasil dari kejadian yang berlangsung sangat lama lebih dari jutaan tahun, tetapi tubuh batolit yang relatif kecil umumnya disusun oleh satu tipe batuan beku. Batolit biasanya merupakan inti dari suatu sistem pegunungan. Atap batolit bentuknya tidak teratur. Bagian atap batolit yang cekung dinamakan roofpendant. <br />
<br />
Aktivitas Magma dan Plate Tectonic <br />
Asal magma merupakan topik yang sangat kontroversial dalam geologi. Pertanyaan-pertanyaan yang selalu muncul adalah bagaimana magma yang mempunyai komposisi berbeda terbentuk ? Mengapa gunung api yang berada di dasar samudera mengeluarkan lava basaltik, sedang yang berhubungan dengan palung laut menghasilkan lava andesitik ? Masih banyak lagi pertanyaan yang berkaitan dengan aktivitas magma terutama yang muncul ke permukaan. Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut akan dibahas pertama kali asal-usul dari magma. <br />
Asal Usul Magma <br />
Seperti yang telah diketahui bahwa magma terbentuk apabila batuan dipanaskan hingga mencapai titik leburnya. Pada kondisi permukaan, batuan dengan komposisi granitik mulai melebur pada temperatur sekitar 750oC, sedangkan batuan basaltik mencapai temperatur 1000oC. Karena batuan mempunyai komposisi mineral yang sangat bervariasi, maka batuan akan melembur dengan sempurna dengan perbedaan temperatur sampai beberapa ratus derajat dari pertama kali batuan mulai melebur. Cairan yang pertama terbentuk pada waktu batuan mengalami pemanasan yang tinggi adalah mineral yang mempunyai titik lebur terendah. Bila pemanasan berlangsung terus, maka proses peleburan akan berlangsung terus mengikuti masing-masing titik lebur mineral yang menyusun batuan tersebut, sampai komposisi cairan mendekati komposisi batuan asalnya. Tetapi kadang-kadang proses peleburan ini tidak berlangsung sempurna. Proses peleburan yang bertahap ini disebut partial melting. Hasil yang signifikan dari proses partial melting adalah dihasilkannya cairan magma dengan kandungan silika yang lebih tinggi daripada batuan asalnya. <br />
Darimana sumber panas yang melebur batuan ? Salah satu sumber panas yang berasal dari peluruhan mineral radioaktif yang terkonsentrasi pada mantel bumi bagian atas dan kerak bumi. Pekerja-pekerja tambang bawah tanah juga sudah lama mengetahui bahwa temperatur meningkat dengan bertambahnya kedalaman. <br />
Jika temperatur merupakan satu-satunya yang menentukan apakah batuan akan meleleh atau tidak, maka bumi merupakan suatu bola pijar yang dilapisi oleh lapisan padat yang tipis. Tetapi ternyata tekanan juga bertambah besar sesuai dengan kedalaman. Karena batuan mengembang pada waktu dipanaskan, maka diperlukan tambahan panad untuk melelehkan batuan yang ditutupinya untuk mengatasi efek dari tekanan disekitarnya. Titik lebur batuan akan meningkat dengan meningkatnya tekanan. <br />
Di alam, batuan yang dalam akan melebur oleh salah satu sebab dari dua faktor, yaitu pertama, batuan akan melebur karena temperatur naik melebihi titik lebur batuan tersebut. Kedua tanpa kenaikan temperatur, pengurangan tekanan disekitar batuan akan menyebabkan titik lebur batuan turun. Kedua proses tersebut merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam proses pembentukan magma. <br />
Penyebaran Aktivitas Magma <br />
Sebagian besar dari lebih 600 gunung api aktif yang telah diketahui terletak disepanjang busur pertemuan lempeng konvergen. Beberapa gunung api aktif terletak disepanjang pemekaran samudera. Ada tiga jalur gunung api aktif yang berhubungan dengan aktivitas tektonik global, yaitu disepanjang pematang oceanic, palung oceanic dan pada kerak oceanicnya sendiri. <br />
Volkanisme pada sperading center. Batuan voklanik sebagian besar terbentuk disepanjang pematang benua dan pemekaran benua sangat aktif. Karena adanya pemisahan kerak samudera, maka tekanan pada mantel bagian atas berkurang. Berkurangnya tekanan ini menyebabkan turunnya titik lebur batuan. Partial melting batuan ini menghasilkan magma basaltik yang mengalir keluar melalui rekahan tadi. <br />
Volkanisme pada zona subduksi. Aktivitas volkanisme pada daerah ini menghasilkan batuan yang berkomposisi andesitik sampai granitik, dan terbentuk disepanjang tepi kerak samudera. Sebagian besar volkanisme yang menghasilkan magma andesitik dijumpai di daratan atau pulau-pulau dekat dengan jalur palung laut. Jalur gunung api Meriterane dan Pasifik merupakan jalur gunung api yang dihasilkan pada zona subduksi. <br />
Volkanisme pada kerak bumi. Proses aktivitas volkanik pada kerak yang tegar biasanya sangat sulit terjadi. Aktivitas volkanisme ini dapat menghasilkan lava basaltik, maupun lava granitik. Lava basaltik dapat terbentuk baik pada kerak benua maupun oseanik. Lava basaltik kemungkinan berasal dari partial melting batuan mantel bagian atas. <br />
Lava granitik dan debu volkanik dengan komposisi granitik umumnya terbentuk pada daratan tepi benua. Lava jenis ini kemungkinan berasal dari pelelehan kerak benuageology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-28658308720662110842010-05-12T07:53:00.003-07:002010-05-12T07:53:50.538-07:00Batuan Beku (igneous Rock)BATUAN BEKU <br />
Batuan beku merupakan batuan yang berasal dari hasil proses pembekuan magma. Igneous berasal dari kata ignis yang berarti api atau pijar, karena magma merupakan material silikat yang panas dan pijar yang terdapat di dalam bumi. <br />
Magma merupakan material silikat yang sangat panas yang terdapat di dalam bumi dengan temperatur berkisar antara 600oC sampai 1500oC. Magma disusun oleh bahan yang berupa gas (volatil) seperti H2O dan CO2, dan bukan gas yang umumnya terdiri dari Si, O, Fe, Al, Ca, K, Mg, Na dan minor element seperti V, Sr, Rb, dll. Magma terdapat dalam rongga di dalam bumi yang disebut dapur magam (magma chamber). Karena magma relatif lebih ringan dari batuan yang ada disekitarnya, maka magma akan bergerak naik ke atas. Gerakan dari magma ke atas ini kadang-kadang disertai oleh tekanan yang besar dari magma itu sendiri atau dari tekanan disekitar dapur magma, yang menyebabkan terjadi erupsi gunung api. Erupsi gunung api ini kadang-kadang hanya menghasilkan lelehan lava atau disertai dengan letusan yang hebat (eksplosif). <br />
Lava merupakan magma yang telah mencapai permukaan bumi, dan mempunyai komposisi yang sama dengan magma, hanya kandungan gasnya relatif lebih kecil. Lava yang membeku akan menghasilkan batuan beku luar (ekstrusif) atau batuan volkanik. Magma yang tidak berhasil mencapai permukaan bumi dan membeku di dalam bumi akan membentuk batuan beku dalam (instrusif) atau batuan beku plutonik. <br />
<br />
Proses Kristalisasi Magma <br />
Karena magma merupakan cairan yang panas, maka ion-ion yang menyusun magma akan bergerak bebas tak beraturan. Sebaliknya pada saat magma mengalami pendinginan, pergerakan ion-ion yang tidak beraturan ini akan menurun, dan ion-ion akan mulai mengatur dirinya menyusun bentuk yang teratur. Proses ini disebut kristalisasi. Pada proses ini yang merupakan kebalikan dari proses pencairan, ion-ion akan saling mengikat satu dengan yang lainnya dan melepaskan kebebasan untuk bergerak. Ion-ion tersebut akan membentuk ikatan kimia dan membentuk kristal yang teratur. Pada umumnya material yang menyusun magma tidak membeku pada waktu yang bersamaan. <br />
Kecepatan pendinginan magma akan sangat berpengaruh terhadap proses kristalisasi, terutama pada ukuran kristal. Apabila pendinginan magma berlangsung dengan lambat, ion-ion mempunyai kesempatan untuk mengembangkan dirinya, sehingga akan menghasilkan bentuk kristal yang besar. Sebaliknya pada pendinginan yang cepat, ion-ion tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan dirinya, sehingga akan membentuk kristal yang kecil. Apabila pendinginan berlangsung sangat cepat maka tidak ada kesempatan bagi ion untuk membentuk kristal, sehingga hasil pembekuannya akan menghasilkan atom yang tidak beraturan (hablur), yang dinamakan dengan mineral gelas (glass). <br />
Pada saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan silikon akan saling mengikat pertama kali untuk membentuk tetrahedra oksigen-silikon. Kemudian tetrahedra- tetrahedra oksigen-silikon tersebut akan saling bergabung dan dengan ion-ion lainnya akan membentuk inti kristal dari bermacam mineral silikat. Tiap inti kristal akan tumbuh dan membentuk jaringan kristalin yang tidak berubah. Mineral yang menyusun magma tidak terbntuk pada waktu yang bersamaan atau pada kondisi yang sama. Mineral tertentu akan mengkristal pada temperatur yang lebih tinggi dari mineral lainnya, sehingga kadang-kadang magma mengandung kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh material yang masih cair. <br />
Komposisi dari magma dan jumlah kandungan bahan volatil juga mempengaruhi proses kristalisasi. Karena magma dibedakan dari faktor-faktor tersebut, maka kenampakan fisik dan komposisi mineral batuan beku sangat bervariasi. Dari hal tersebut, maka penggolongan (klasifikasi) batuan beku dapat didasarkan pada faktor-faktor tersebut di atas. Kondisi lingkungan pada saat kristalisasi dapat diperkirakan dari sifat dan susunan dari butiran mineral yang biasa disebut sebagai tekstur. Jadi klasifikasi batuan beku sering didasarkan pada tekstur dan komposisi mineralnya. <br />
<br />
Tekstur Batuan Beku <br />
Tekstur pada batuan beku digunakan untuk menggambarkan kenampakan batuan yang didasarkan pada ukuran (sifat) dan susunan kristal-kristal penyusun batuan beku. Tektur merupakan ciri yang sangat penting, karena tekstur dapat menggambarkan kondisi proses pembentukan batuan beku. Kenampakan ini memungkinkan ahli geologi untuk mengetahui kejadian batuan beku di lapangan. <br />
Tekstur terpenting yang mempengaruhi tekstur batuan beku adalah tingkat kecepatan pembekuan magma. Pembekuan magma yang lambat akan menghasilkan butir-butir kristal yang besar. Proses ini terjadi pada magma yang terdapat jauh di bawah permukaan bumi atau material yang disemburkan oleh gunung api pada saat erupsinya, akan mengalami pembekuaan yang sangat cepat. <br />
Batuan beku yang terbentuk pada atau dekat dengan permukaan bumi akan menunjukkan tekstur yang berbutir halus yang disebut afanitik. Butiran mineral pada batuan beku afanitik sangat kecil, sehingga sangat sulit dibedakan jenis mineralnya dengan mata biasa. Meskipun jenis mineralnya sulit ditentukan karena ukurannya yang sangat halus, tetapi batuan ini dapat dicirikan oleh warnanya yang sangat terang, menengah atau gelap. Batuan beku afanitik yang berwarna terang terutama disusun oleh mineral non ferromagnesian silicate. Sedang batuan beku afanitik yang berwarna gelap disusun oleh mineral-mineral feromagnesian silikat. <br />
Kenampakan yang umum pada batuan beku afanitik adalah adanya lubang-lubang bekas keluatnya gas yang bentuknya membundar atau memanjang yang disebut vesikuler, dan umumnya terdapat pada bagian luar dari aliran lava. <br />
Batuan beku yang terbentuk jauh di bawah permukaan akan menghasilkan tekstur butiran yang kasar, yang disebut faneritik. Tekstur ini menunjukkan butiran yang kasar dan relatif sama besar, serta mineral-mineralnya dapat dibedakan dengan mata biasa tanpa bantuan alat pembesar. Batuan beku faneritik ini karena terbentuk jauh di bawah permukaan, maka batuan ini akan muncul ke permukaan setelah batuan yang menutupinya mengalami proses erosi. <br />
Massa magma yang besar yang terletak jauh di kedalaman bumi, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk proses pembekuannya, puluhan ribu tahun atau bahkan jutaaan tahun. Karena semua mineral dalam magma tidak mengkristal pada waktu yang bersamaan, maka akan memungkinkan untuk beberapa mineral membentuk kristal-kristal yang cukup besar. Jika magma yang mengandung beberapa kristal besar mengalami perubahan kondisi lingkungannya, maka sisa dari magma akan mengalami pembekuan yang sangat cepat sehingga menghasilkan butiran kristal yang halus. Batuan yang dihasilkan akan menunjukkan kristal-kristal kasar dikelilingi atau tertanam pada matrik dari kristal-kristal yang berbutir halus. Kristal-kristal yang besar disebut fenokris, sedang matrik kristal-kristal yang kecil disebut masa dasar. Batuan beku yang mempunyai tekstur semacam ini disebut batuan beku porfir (porphyry). <br />
Pada beberapa aktivitas gunung api, magma yang setengah padat akan dilemparkan ke atmosfera dan akan mengalami pembekuan yang sangat cepat. Pembekuan yang sangat cepat ini akan menghasilkan tekstur gelas (glass). Batuan yang mempunyai tekstur semacam ini adalah obsidian. <br />
Meskipun kecepatan pembekuan magma merupakan faktor yang utama pembentuk tekstur batuan beku, faktor lain yang juga penting pengaruhnya terhadap pembekuan tekstur adalah komposisi magma. Magma basaltik yang bersifat encer, umumnya akan membentuk batuan kristalin apabila mengalami pembekuan yang cepat pada aliran tipis lava. Pada kondisi yang sama, magma granitik, yang umumnya lebih kental, akan lebih memungkinkan untuk membentuk batuan dengan tekstur gelas. Akibatnya batuan lelehan lava yang banyak disusun oleh gelas volkanik mempunyai komposisi granitik. Sebaliknya lelehan lava basaltik yang mengalir di laut, bagian permukaannya akan mengalami pembekuan yang sangat cepat sehingga menghasilkan lapisan tipis mineral gelas. <br />
Beberapa batuan beku dibentuk dari konsolidasi fragmen batuan yang berasal dari erupsi gunung api. Material yang dikeluarkan biasanya berupa debu volkanik yang sangat halus, lapili atau bongkah besar yang berbentuk menyudut yang memungkinkan berasal dari batuan dinding sekitar kawah yang dilemparkan pada saat erupsinya. Batuan beku yang disusun oleh fragmen batuan semacam ini disebut bertekstur piroklastik. <br />
Kenampakan yang umum dari batuan piroklastik adalah disusun oleh glass shard. Batuan piroklastik lainnya disusun oleh fragmen-fragmen batuan yang tersemen bersama-sama beberapa waktu kemudian. Karena batuan piroklastik ini dibentuk dari individual fragmen, maka teksturnya kadang-kadang sama dengan tekstur batuan sedimen daripada batuan beku. <br />
<br />
Komposisi Mineral <br />
Mineral-mineral yang membentuk batuan beku dideterminasi oleh komposisi kimia magma darimana mineral-mineral tersebut mengkristal. Seperti halnya batuan beku yang telah diketahui mempunyai variasi yang sangat besar, maka dapat pula diasumsikan bahwa macam magmapun mempunyai variasi yang besar pula. Pada ahli geologi telah mendapatkan bahwa satu gunung api mempunyai tingkat erupsi yang bervariasi kadang-kadang mengeluarkan lava yang mempunyai mineral yang berbeda, terutama pada gunung api yang mempunyai periode letusannya cukup lama. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa magam yang sama kemungkinan dapat menghasilkan kandungan mineral yang bervariasi. <br />
N.L.Bowen merupakan seorang ahli yang pertama kali melakukan penyelidikan terhadap proses kristalisasi magma pada awal abad ke 20 ini. Hasil penyelidikan Bowen di laboratorium menunjukkan bahwa mineral tertentu akan mengkristal pertama kali. Dengan penurunan temperatur, mineral lain akan mulai mengkristal. Sejalan dengan proses pengkristalan dari magma, komposisi dari magma yang tersisa selalu mengalami perubahan juga. Sebagai contoh, pada saat magma telah mengalami pembekuan kira-kira 50 %, magma yang tersisa akan mengalami penurunan kandungan unsur-unsur besi, magnesium dan kalsium, karena unsur-unsur ini dijumpai pada mineral-mineral yang terbentuk pertama kali. Tetapi pasa saat yang bersamaan, komposisi magma lebih diperkaya oleh kandungan unsur-unsur yang banyak terkandung dalam mineral-mineral yang terbentuk kemudian, seperti unsur-unsru sodium dan potasium. Demikian juga kandungan silikon dalam larutan magma semakin bertambah pada proses kristalisasi berikutnya. <br />
Bowen juga menunjukkan bahwa mineral-mineral yang telah mengkristal dan masih terdapat dalam lingkungan magma yang masih cair, akan bereaksi dengan sisa cairan magma dan menghasilkan mineral berikutnya. Oleh sebab itu susunan atau urutan proses kristalisasi mineral dikenal dengan nama Bowen’s reaction series. Pada bagian kiri dari susunan ini olivin yang merupakan mineral pertama yang terbentuk, akan bereaksi dengan cairan magma dan membentuk piroksin. Reaksi ini akan terus berlangsung sampai mineral yang terakhir dalam seri ini yaitu biotit, terbentuk. Susunan sebelah kiri ini disebut sebagai discontinuous reaction series, karena tiap mineral yang terbentuk mempunyai struktur kristal yang berbeda. Olivin disusun oleh tetrahera tungal, dan mineral lain pada seri ini disusun oleh rangkaian rantai tunggal, rantai ganda dan struktur lembaran. Pada umumnya reaksi yang terjadi tidak sempurna, sehingga mineral-mineral yang bervariasi ini akan hadir pada saat yang bersamaan. <br />
Pada susunan bagian kanan reaksi berlangsung terus menerus. Mineral yang pertama kali terbentuk adalah mineral feldspar yang kaya akan kalsium (Ca-feldspar) bereaksi dengan ion-ion sodium (Na) yang semakin meningkat persentasenya di dalam magma. Kadangkala kecepatan pendinginan berlangsung sangat cepat sehingga menghambat perubahan yang sempurna dari kalsium feldspar menjadi sodium feldspar. Bila hal ini terjadi zoning pada mineral feldspar, dimana kalsium feldspar di bagian intinya dikelilingi oleh sodium feldspar. <br />
Pada proses kristalisasi, setelah magma mengalami pembekuan, sisa magma akan membentuk mineral kuarsa, muskovit dan potas feldspar (ortoklas). Meskipun mineral-mineral yang terakhir disebutkan terdapat dalam urutan Bowen’s reaction series, tetapi bagian ini tidak benar-benar merupakan reaction series. <br />
Walaupun Bowen menunjukkan proses kristalisasi mineral dari magma dengan sistematik, tetapi bagaimana Bowen’s reaction series dapat menceritakan keanekaragaman dari batuan beku ? Pada suatu tingkat proses kristalisasi magma, bagian yang telah mengkristal lebih dulu (padat) akan selalu memisahkan diri dari bagian yang cair. Hal semacam ini dapat terjadi, karena mineral-mineral yang mengkristal lebih dahulu akan lebih berat daripada bagian magma yang masih cair, sehingga mineral-mineral tersebut akan turun ke bawah dan terkonsentrasi pada dapur magma. Proses pengendapan ini terjadi secara bertahap mulai dari mineral-mineral gelap seperti olivin. Bilamana sisa dari magma kemudian mengkristal, baik di tempat tersebut ataupun di tempatnya yang baru karena mengalami migrasi dari dapur magma, maka akan terbentuk batuan beku dengan komposisi yang berbeda dengan komposisi magma asal. <br />
Proses segregasi mineral oleh pemisahan dan diferensiasi kristalisasi disebut fractional crystallization (kristalisasi fraksional). Pada tiap tingkatan dari proses kristalisasi, cairan magma terpisah dari bagian magma yang telah padat. Akibatnya kristalisasi fraksional akan menghasilkan batuan beku dengan rentang komposisi yang cukup lebar. <br />
Bowen berhasil menunjukkan bahwa melalui proses kristalisasi fraktional, satu jenis magma dapat menghasilkan beberapa macam batuan beku. Tetapi penelitian yang baru lebih menunjukkan bahwa proses kristalisasi fraksional saja tidak cukup untuk menjelaskan keanekaragaman batuan beku yang telah banyak diketahi. Meskipun lebih dari satu macam batuan beku dapat terbentuk dari satu jenis magma, tetapi masih ada mekanisme lain yang dapat menghasilkan magma dengan komposisi yang sangat beragam. <br />
<br />
Penamaan Batuan Beku <br />
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, batuan beku diklasifikasikan atau dikelompokkan berdasarkan tekstur dan komposisi mineralnya. Tekstur batuan beku dihasilkan oleh perbedaan proses pembekuannya, sedangkan komposisi mineral batuan beku sangat tergantung pada komposisi kimia magma dan kondisi lingkungan proses kristalisasinya. Dari hasil penyelidikan Bowen, mineral yang mengkristal pada kondisi yang sama akan menyusun batuan beku yang sama pula. Sehingga dapat dikatakan bahwa klasifikasi batuan beku sangat tergantung pada Bowen’s reaction series. <br />
Mineral-mineral yang pertama mengkristal, Ca feldspar, piroksin dan olivin, merupakan mineral yang kandungan Fe, Mg dan Ca-nya tinggi dan kandungan Si rendah. Basalt merupakan batuan beku ekstrusif dengan komposisi mineral-mineral tersebut, tetapi istilah basaltik (basalan) digunakan untuk batuan beku dengan tipe seperti basalt. Mengacu pada kandungan besinya, batuan beku basaltik dicirikan oleh warnanya yang gelap dan sedikit lebih berat dibandingkan dengan batuan beku lainnya yang dijumpai di permukaan. <br />
Diantara mineral-mineral yang terakhir mengkristal adalah mineral potas feldspar dan kuarsa. Batuan beku yang mempunyai komposisi mineral didominasi oleh mineral-mineral tersebut disebut dengan tipe granitik. Batuan beku menengah (intermediate) disusun oleh mineral-mineral yang terdapat di bagian tengah dari Bowen’s reaction series. Amfibol bersama dengan plagioklas menengah merupakan mineral-mineral utama yang menyusun batuan beku tipe ini. Batuan beku yang mempunyai komposisi diantara granit dan basalt disebut sebagai tipe andestik. <br />
<br />
Tabel. Batuan beku yang umum dijumpai <br />
<br />
Granitik Andesitik Basaltik <br />
Intrusif <br />
Ekstrusif Granit <br />
Riolit Diorit <br />
Andesit Gabro <br />
Basalt <br />
Komposisi <br />
Mineral <br />
Utama Kuarsa <br />
K-Feldspar <br />
Na-Feldspar Amfibol <br />
Plagioklas menengah <br />
Biotit Ca-Feldspar <br />
Piroksin <br />
Komposisi <br />
Mineral Tambahan Muskovit <br />
Biotit <br />
Amfifol Piroksin Olivin <br />
Amfibol <br />
<br />
Meskipun tiap kelompok batuan beku disusun oleh mineral utama yang terletak pada daerah tertentu dari Bowen’s reaction series, tetapi terdapat juga mineral tambahan yang jumlahnya tidak begitu banyak. Sebagai contoh, batuan beku granitik terutama disusun oleh mineral kuarsa dan potas feldspar (K-feldspar), tetapi kadang-kada juga dijumpai mineral-mineral muskovit, biotit, amfibol dan sodium feldspar (Na-feldspar) dalam jumlah yang sedikit sebagai mineral tambahan. <br />
Selain tiga kelompok batuan beku seperti yang telah diuraikan di atas, terdapat juga batuan beku yang mempunyai komposisi diantara ketiga kelompok batuan beku tersebut. Sebagai contoh, batuan beku instrusif yang disebut granodiorit, disusun oleh mineral-mineral yang menyusun batuan beku granitik dan batuan beku andesitik. Batuan beku lain yang cukup penting adalah peridotit, yang komposisi mineralnya terutama terdiri dari olivin. Batuan ini termasuk batuan beku ultra basa dan merupakan penyusun utama dari mantel bumi bagian atas. <br />
Faktor yang penting pada komposisi mineral batuan beku adalah kandungan silika (SIO2). Persentase silika dalam batuan beku sangat bervariasi, dan sebanding dengan kelimpahan mineral lainnya. Contohnya, batuan yang mengandung silika rendah, kandungan kalsium, besi dan magnesiumnya tinggi. Kandungan silika dalam batuan beku tergantung pada tipe dari batuan bekunya. Batuan beku granitik (asam) mempunyai kandungan silika lebih besar dari 66%, batuan beku andesitik (menengah) berkisar antara 55%-66%, batuan beku basaltik (basa) berkisar antara 45%-55%, dan batuan beku ultra basa kurang dari 45%. Kandungan silika dalam magma juga akan mempengaruhi sifat dari magma tersebut. Magma granitik yang kandungan silikanya tinggi bersifat kental (vicous) dan mempunyai titik beku (lebur) sekitar 800oC. Sedangkan magma basaltik bersifat encer dan titik bekunya (lebur) sekitar 1200oC atau lebih tinggi. <br />
Batuan beku yang mempunyai komposisi mineral yang sama tidak selalu mempunyai nama yang sama. Jadi kenampakan sifat fisik (tekstur) merupakan dasar utama dalam pemberian nama daripada komposisi mineral. Granit merupakan batuan beku instrusif yang bertekstur kasar, sedang batuan beku dengan komposisi mineral yang sama dengan granit tetapi bertekstur halus mempunyai nama riolit. <br />
for u Minersgeology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-59254509286700090632010-05-12T07:50:00.000-07:002010-05-12T07:50:02.107-07:00Batuan metamorfBATUAN METAMORF <br />
<br />
<br />
Proses Metamorfisme <br />
Proses metamorfisme adalah proses perubahan batuan yang sudah ada menjadi batuan metamorf karena perubahan tekanan dan temperatur yang besar. Batuan asal dari batuan metamorf tersebut dapat batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf sendiri yang sudah ada. Kata metamorf sendiri adalah perubahan bentuk. Agen atau media menyebabkan terjadinya proses metamorfisme adalah panas, tekanan dan cairan kimia aktif. Sedangkan perubahan yang terjadi pada batuan meliputi tekstur dan komposisi mineral. <br />
Kadangkala proses metamorfisme tidak berlangsung sempurna, sehingga perubahan yang terjadi pada batuan asal tidak terlalu besar hanya kekompakkannya yang bertambah. Proses metamorfisme yang sempurna menyebabkan karakteristik batuan asal tidak terlihat lagi. Pada kondisi perubahan yang sangat ekstrim, peningkatan temperatur mendekati titik lebur batuan, padahal perubahan batuan selama proses metamorfisme harus tetap dalam keadaan padat. Apabila peningkatan temperatur samapi meleburkan batuan, maka proses tersebut sudah tidak termasuk pada proses metamorfisme lagi, tetapi sudah menjadi proses aktivitas magma. <br />
Proses metamorfisme terjadi apabila kondisi lingkungan batuan mengalami perubahan yang tidak sama dengan kondisi pada waktu batuan terbentuk, sehingga batuan menjadi tidak stabil. Untuk mendapatkan kestabilannya kembali pada kondisi yang baru maka batuan mengalami perubahan. Perubahan tersebut terjadi pada kondisi tekanan dan temperatur tekanan dan temperatur yang beberapa kilometer di bawah permukaan bumi. Karena pembentukannya yang sangat jauh di bawah permukaan, maka proses pembentukan batuan metamorf sangat sulit dipelajari oleh geologiawan. <br />
Proses metamorfisme sering terjadi pada salah satu dari tiga fenomena pembentukan batuan metamorf. Pertama, pada proses pembentukan pegunungan, batuan yang menyusun suatu daerah yang luas, mengalami tekanan dan perubahan temperatur bersamaan dengan terjadinya deformasi pada batuan tersebut. Akibatnya terjadilah pembentuan batuan metamorf pada daerah yang sangat luas. Proses ini disebut dengan proses metamorfisme regional. Kedua, ketika batuan bersentuhan atau dekat dengan aktivitas magma, akan terjadi proses metamorfisme kontak. Pada proses ini perubahan disebabkan terutama oleh peningkatan temperatur yang sangat tinggi dari magma, sehingga terjadi efek pemanggangan (baking efect) pada batuan disekitar magma. Ketiga, merupakan proses metamorfime yang sangat jarang, terjadi perubahan sepanjang zona sesar. Pada proses ini batuan disepanjang zona tersebut mengalami penghancuran menjadi material yang sangat halus yang disebut milonat, atau material yang kasar yang disebut breksi sesar, karena kenampakannya seperti breksi pada batuan sedimen. Proses ini disebut proses metamorfisme dinamik. <br />
<br />
Agen Proses Metamorfisme <br />
Agen atau media yang menyebabkan proses metamorfisme adalah panas, tekanan dan cairan kimia aktif. Ketiga media tersebut dapat bekerja bersama-sama pada batuan yang mengalami proses metamorfisme, tetapi derajat metamorfisme dan kontribusi dari tiap agen tersebut berbeda-beda. Pada proses metamorfisme tingkat rendah, kondisi temperatur dan tekanan hanya sedikit diatas kondisi proses pembatuan pada batuan sedimen. Sedangkan pada proses metamorfisme tingkat tinggi, kondisinya sedikit dibawah kondisi proses peleburan batuan. <br />
<br />
Panas Sebagai Agen Metamorfisme <br />
Panas merupakan agen metamorfisme yang paling penting. Batuan yang terbentuk dekat permukaan bumi akan mengalami perubahan kalau mengalami pemanasan yang tinggi pada waktu diterobos oleh magma dari dalam bumi. Akibat dari proses penerobosan ini tidak atau sedikit terlihat apabila proses tersebut terjadi pada atau dekat permukaan bumi. Hal ini terjadi karena pada tempat tersebut panas dari magma sudah tidak terlalu berbeda dengan kondisi batuan disekitarnya. Pada keadaan yang demikian hanya akan terjadi proses pembakaran saja pada batuan yang disebut baking efect. <br />
Batuan yang terbentuk di permukaan juga dapat mengalami perubahan temperatur yang tinggi apabila batuan tersebut mengalami proses penimbunan yang dalam. Seperti telah diketahui bahwa temperatur akan meningkat dengan meningkatnya kedalaman (gradien geothermal). Pada kerak bumi bagian atas, rata-rata penaikan temperatur sekitar 30oC per kilometer. Pada pertemuan lempeng tektonik yang konvergen, batuan dapat mengalami pemindahan tempat ke tempat yang lebih dalam yaitu pada zona subduksi. <br />
Pada pemindahan yang tidak begitu dalam, hanya beberapa kilometer, mineral tertentu seperti mineral lempung menjadi tidak stabil, dan akan mengalami rekristalisasi menjadi mineral yang lebih stabil pada kondisi lingkungannya yang baru. Mineral lain yang umumnya dijumpai pada batuan kristalin dan stabil pada kondisi temperatur dan tekanan yang lebih tinggi, akan mengalami proses metamorfisme pada kedalaman sekitar 30 kilometer. <br />
<br />
Tekanan Sebagai Agen Metamorfisme <br />
Tekanan seperti halnya temperatur akan meningkat dengan meningkatnya kedalaman. Tekanan ini seperti tekanan gas, akan sama besarnya ke segala arah. Tekanan yang terdapat di dalam bumi ini merupakan tekanan tambahan dari tekanan pada batuan oleh pembebanan batuan di atasnya. Batuan akan mengalami tekanan juga pada waktu terjadinya proses pembentukan pegunungan atau deformasi. Pada keadaan ini batuan akan mengalami penekanan yang berarah, dan pemerasan. <br />
Batuan pada tempat yang dalam akan menjadi platis pada waktu mengalami proses deformasi. Sebaliknya pada tempat yang dekat permukaan bumi, batuan akan mengalami keretakan pada waktu mengalami deformasi. Hasilnya batuan yang bersifat rapuh (brittle) akan hancur dan menjadi mineral yang halus. <br />
<br />
Proses Metamorfisme dan Aktivitas Larutan Kimia <br />
Larutan kimia aktif, umumnya air yang mengandung ion-ion terlarut, juga dapat menyebabkan terjadinya proses metamorfisme. Pori-pori batuan pada umumnya terisi oleh air. Selain itu beberapa mineral hidrat mengandung air dalam struktur kristalnya. Bila terjadi penimbunan yang dalam pada batuan, air yang terdapat di dalam mineral akan ditekan keluar dari struktur kristalnya, dan akan memungkinkan terjadinya reaksi kimia. Air yang terdapat disekitar kristal akan merupakan katalisator terjadinya perpindahan ion. <br />
Mineral biasanya mengalami rekristalisasi untuk membentuk konfigurasi struktur kristal yang lebih stabil. Pertukaran ion pada mineral akan membentuk mineral-mineral yang baru. Perubahan mineral yang dilakukan oleh air yang kaya mineral dan panas, telah banyak dipelajari di beberapa daerah gunung api seperti Yellowstone National Park, AS. Disepanjang pematang pegunungan lantai dasar samudera, sirkulasi air laut pada batuan yang masih panas mengubah mineral pada batuan beku basalt yang berwarna gelap menjadi mineral-mineral metamorfisme seperti serpentin dan talk. <br />
<br />
Perubahan Tekstur dan Komposisi Mineral <br />
Derajat metamorfisem direfleksikan oleh kenampakan tekstur dan komposisi mineral batuan metamorf. Pada batuan metamorf tingkat rendah, batuan akan lebih kompak dan padat dibandingkan dengan batuan asalnya. Sebagai contoh, batuan metamorf batusabat (slate) terbentuk dari proses kompaksi yang sudah lanjut dari serpih (shale). Pada kondisi yang lebih ekstrim, tekanan dapat menyebabkan mineral-mineral tertentu mengalami rekristalisasi. Seperti telah diuraikan sebelumnya, air memegang peranan yang sangat penting pada proses rekristalisasi dengan mempercepat terjadinya perpindahan ion pada mineral. Pada umumnya proses rekristalisasi memungkinkan pertumbuhan kristal menjadi lebih besar. Hal ini mengakibatkan banyak batuan metamorf disusun oleh mineral-mineral yang besar seperti pada batuan fanerik. Kristal-kristal dari beberapa mineral seperti mika mempunyai struktur lembaran, dan hornblende yang mempunyai struktur butiran yang panjang, apabila mengalami rekristalisasi akan membentuk penjajaran mineral. Orientasi mineral baru ini biasanya tegak lurus terhadap arah gaya tekan yang menyebabkan rekristalisasi tersebut. Hasil dari penjajaran mineral ini menyebabkan batuan menunjukan kenampakan seperti perlapisan yang disebut foliasi. <br />
Ada beberapa foliasi tergantung pada derajat metamorfismenya. Selama perubahan dari serpih menjadi batusabak, mineral lempung yang stabil pada kondisi pemukaan, mengalami rekristalisasi menjadi lembaran-lembaran mineral mika yang halus, yang stabil pada kondisi tekanan dan temperatur yang tinggi. Selanjutnya selama kristalisasi, kristal-kristal mika yang halus membentuk orientasi, sehingga bidangnya yang datar akan membentuk penjajaran. Akibatnya batusabak sangat mudah dipecahkan melalui bidang lapisan dari mineral mikanya. Sifat yang semikian disebut belahan batuan (rock cleavage). Karena kristal-kristal mika yang menyusun batusabak sangat halus, maka foliasi pada batusabak tidak musah dilihat. Tetapi karena batusabak menunjukkan belahan batuan dengan sangat baik yang disebabkan oleh penjajaran dari mineral penyusunnya, maka batusabak disebut batuan metamorf berfoliasi. <br />
Pada kondisi tekanan dan temperatur yang lebih tinggi, butiran mika yang sangat halus pada batusabak akan berkembang beberapa kali lebih besar. Kristal-kristal mika yang besar ini akan menyebabkan kenampakan batuan yang pipih. Kenampakan batuan yang demikian disebut sekistositas (schistosity), dan batuan dengan kenampakan yang demikian disebut batuan metamorf sekis (schist). Beberapa batuan sekias diberi nama sesuai dengan mineral yang menyusunnya. Apabila mineral yang menyusun dominan mineral mika, muscovit dan biotit, maka batuannya disebut sekis mika. <br />
Pada proses metamorfisme tingkat tinggi, perpindahan ion-ion cukup ekstrim, sehingga menyebabkan terjadinya segregasi mineral butiran yang memberikan kenampakan “banded” pada batuan. Kenampakan ini ditunjukan oleh penjajaran mineral butiran seperti kuarsa. Batuan metamorf dengan kenampakan yang demikian disebut genes (gneiss). Batuan metamorf ini biasanya terbentuk dari ubahan batuan beku granit atau diorit, bahkan dapat juga terbentuk dari gabro atau serpih yang mengalami proses metamorfisme tingkat tinggi. <br />
Batuan metamorf yang tidak menunjukkan struktur foliasi disebut batuan metamorf nonfoliasi. Batuan metamorf ini biasanya hanya disusun oleh satu jenis mineral dengan bentuk kristal equidimensional, sehingga sering juga batuan ini disebut batuan metamorf kristalin. Contoh yang baik adalah batugamping yang berbutir halus mengalami proses metamorfisme, maka butiran mineral kalsit yang halus tersebut bergabung membentuk kristal yang saling mengisi. Hasilnya adalah batuan metamorf yang mirip dengan batuan beku yang berbutir kasar. Batuan metamorf yang berasal dari batugamping disebut marmer (marble). Walaupun batuan tersebut cenderung nonfoliasi, tetapi pada kenampakan mikroskopis batuan ini menunjukkan pemipihan dan penjajaran butiran mineral. Lapisan tipis mineral lempung sering juga dijumpai pada batugamping, yang akan mengalami distorsi pada waktu proses metamorfisme. Distorsi yang berwarna gelap ini memberikan tekstur yang bagus pada marmer. <br />
Pada proses metamorfisme serpih menjadi batusabak, mineral lempung mengalami rekristalisasi menjadi mika. Dalam beberapa hal komposisi kimia dari batuan uang mengalami rekristalisasi tidak mengalami perubahan, kecuali terjadinya penggabungan dari mineral penyusun batuan dengan ion tertentu yang terdapat dalam air untuk membentuk mineral baru yang lebih stabil pada kondisinya yang baru. Sebagai contoh mineral batuan metamorf yang umum adalah wolastonit. Mineral ini terbentuk pada waktu batugamping (CaCO3) yang banyak mengandung kuarsa (SiO2) mengalami metamorfisme kontak. Pada temperatur yang tinggi mineral kalsit dan kuarsa akan bereaksi membentuk wolastonit (CaSiO3) dan melepaskan karbon dioksida. <br />
Proses metamorfisme seringkali membentuk mineral-mineral baru. Batuan samping dari suatu tubuh magma yang besar, akan mengalami ubahan oleh ion-ion yang banyak terdapat dalam larutan hidrotermal. Perkolasi air laut pada batuan kerak samudera yang baru terbentuk banyak mengandung ion-ion yang aktif yang bereaksi dengan batuan yang sudah ada. Proses ini menyebabkan banyak batuan kerak samudera kaya akan bijih tembaga. <br />
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa proses metamorfisme dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada batuan termasuk peningkatan densitas batuan, pertumbuhan kristal-kristal besar, reorientasi dari butiran mineral menjadi perlapisan atau penjajaran yang disebut foliasi, dan transformasi dari mineral stabil pada temperatur tinggi. Juga ion-ion yang aktif dapat membentuk mineral baru yang bersifat ekonomis. <br />
<br />
Batuan Metamorf Yang Umum <br />
<br />
Batuan Berfoliasi (Foliated Rocks) <br />
Batusabak (slate), merupakan batuan metamorf berfoliasi yang berbutir halus dan disusun oleh mineral mika. Batuan ini menunjukkan cleavage batuan yang sangat bagus. Karena sifatnya, maka batusabak sering digunakan sebagai atap, lantai, papan tulis dan meja bilyard. Batusabak terbentuk dari shale yang mengalami metamofisme tingkat rendah. Kadang-kadang batuan ini juga terbentuk dari batuan beku volkanik. Warna batusabak bervariasi tergantung pada kandungan mineralnya. Batusabak yang berwarna hitam banyak mengandung material organik, batusabak merah mengandung banyak oksida besi, dan batusabak hijau mengandung banyak mineral klorit, mineral yang menyerupai mika terbentuk dari Fe silikat. Karena batusabak terbentuk pada metamorfisme tingkat rendah, maka bidang perlapisan batuan asal kadang masih terlihat. Tetapi orientasi cleavage batuan batusabak pada umumnya cenderung memotong perlapisan batuan asal. Jadi tidak seperti shale yang dapat memisah melalui bidang perlapisan, batusabak memecah memotong bidang perlapisan. <br />
Filit (phyllite), merupakan batuan metamorf yang terbentuk pada derajat metamorfismenya lebih tinggi dari batusabak, tetapi lebih rendah dari sekis. Batuan ini disusun oleh mineral-mineral pipih yang lebih besar daripada mineral yang menyusun batusabak, tetapi tidak cukup besar untuk dibedakan tanpa alat pembesar. Walaupun kenampakan filit hampir sama dengan batusabak, tetapi berbeda dengan batusabak dari kenampakannya yang lebih mengkilap. Filit biasanya menunjukan adanya cleavage dan disusun terutama oleh mineral-mineral halus seperti klorit dan mika. <br />
Sekis merupakan batuan metamorf yang sangat mudah dikenal dan sangat umum seperti halnya genes. Sekis merupakan batuan metamorf yang mengandung lebih dari 50% mineral pipih umumnya biotit dan muskovit. Seperti batusabak, sekis berasal dari metamorfisme batuan yang berbutis halus seperti shale, tetapi metamorfismenya lebih tinggi. Bila batuan asalnya banyak mengandung silika, sekis akan mengandung lapisan tipis kuarsa atau feldspar. <br />
Penamaan sekis tergantung pada komposisi mineral yang dominan. Sekis yang disusun terutama oleh muskovit dan biotit dengan sedikit kuarsa dan feldspar disebut sekis mika. Tergantung pada derajat metamorfismenya, sekis mika kadang-kadang mengandung mineral yang unik sebagai mineral tambahan untuk batuan metamorf. Mineral tambahan tersebut diantaranya garnet, staurolit dan silamanit. Ada juga sekis yang mengandung grafit, yang banyak digunakan sebagai bahan pensil, fiber dan lubrikan. Sekis juga kadang disusun oleh mineral klorit dan talk yang disebut sekis klorit dan sekis talk. Kedua macam batuan metamorf ini terbentuk dari batuan yang berkomposisi basaltik yang mengalami metamorfisme. <br />
Genes (geneiss) adalah batuan metamorf yang terutama disusun oleh mineral butiran. Mineral yang umum terdapat pada genes adalah kuarsa, potas feldspar, sodium feldspar. Sedang mineral tambahan yang sering dijumpai adalah muskovit, biotit dan horblende. Segregasi dari mineral terang dan gelap memberikan kenampakan tekstur foliasi yang khas pada genes. Kebanyakan genes terdiri dari selang seling antara mineral yang kaya feldspar yang berwarna putih atau kemerahan dengan lapisan mineral feromagnesian yang berwarna gelap. <br />
Genes biasanya mempunyai komposisi yang hampir sama dengan granit dan kemungkinan berasal dari granit atau batuan afanitik granitik. Tetapi genes kemungkinan juga berasal dari shale yang mengalami metamorfisme derajat tinggi. Dalam hal ini, genes merupakan batuan terakhir dari sekuen shale, batusabak, filit, sekis dan genes. Seperti halnya sekis, pada genes kadang dijumpai juga mineral garnet dan staurolit. Apabila foliasi batuan disusun terutama oleh mineral gelap, maka batuannya disebut amfibolit, yang berasal dari nama mineral amfibol. <br />
<br />
Batuan Tidak Berfoliasi (Nonfoliated Rocks) <br />
Marmer adalah batuan kristalin kasar yang berasal dari batugamping atau dolomit. Pada pengamatan megaskopis, marmer sangat mirip dengan batugamping kristalin. Marmer yang murni berwarna putih dan terutama disusun oleh mineral kalsit. Karena warna dan sifatnya yang relatif lunak (kekerasan 3), maka marmer sangat terkenal sebagai batuan untuk bangunan. Marmer yang berwarna putih sering digunakan sebagai batuan untuk monumen atau batupahat. <br />
Kadang-kadang batugamping sebagai batuan asal marmer, banyak mengandung mineral-mineral pengotor yang akan mempengaruhi warna dari marmer. Jadi marmer dapat berwarna pink, abu-abu, hijau atau bahkan hitam. Juga mineral-mineral pengotor tersebut mengalami metamorfisme, akan membentuk mineral-mineral tambahan seperti klorit, mika, garnet dan wolastonit. Apabila marmer berasal dari batugamping yang berselingan dengan shale, akan memberi kenampakan banded. Seringkali marmer akan pecah melalui jalur tersebut yang memperlihatkan mineral mika yang berasal dari rekristalisasi mineral lempung. Pada deformasi yang kuat, lajur ini akan berlipat-lipat (contorted) dan akan memberikan desai yang artistik. <br />
Kuarsit adalah batuan metamorf yang sangat keras dan terbentuk dari batupasir kuarsa. Pada metamorfisme menengah sampai tinggi, butiran kuarsa dalam batupasir akan mengalami rekristalisasi yang sempurna. Karena rekristalisasi yang sempurna ini maka apabila batuan ini pecah akan memotong mineral kuarsa. Struktur sedimen yang terdapat pada batupasir seperti cross bedding akan memberikan kenampakkan banded pada kuarsit. <br />
Meskipun kuarsit yang murni berwarna putih, kadang-kadang batuan ini mengandung oksida besi yang akan memberikan warna pink atau merah. Mineral gelap yang terdapat dalam kuarsit akan memberikan warna abu-abu. <br />
Seperti marmer, kuarsit juga hanya disusun oleh satu jenis mineral yang merupakan kristal yang equidimensional. Oleh sebab itu mineral penyusun kuarsit tidak membentuk penjajaran sehingga tidak membentuk foliasi. <br />
<br />
Kejadian Batuan Metamorf <br />
Batuan metamorf umumnya dibentuk oleh satu dari tga kondisi lingkungan, sepanjang zona sesar, pada kontak tubuh batuan beku, atau pada waktu pembentukan pegunungan. <br />
<br />
Metamorfisme Sepanjang Jalur Sesar <br />
Ketika terjadinya pensesaran dekat permukaan bumi, tekanan dan panas yang terbentuk disepanjang jalur sesar tersebut akan membentuk batuan lepas yang disusun oleh fragmen-fragmen batuan. Bila batuan ini disusun oleh fragmen-fragmen yang menyudut disebut breksi sesar (fault breccia). Batuan metamorf yang terbentuk di zona sesar dan pada tempat yang dalam, kadang-kadang menunjukan butiran yang memanjang yang hampir sama dengan batuan hasil proses metamorfisme lainnya. Oleh sebab itu sangat sulit ditentukan genesa batuan metamorf tersebut apabila hanya diamati pada contoh batuan yang kecil (hand specimen). <br />
Jumlah batuan metamorf yang terbentuk oleh proses ini relatif sangat kecil dibandingkan dengan yang dibentuk oleh proses lainnya. Tetapi pada tempat tertentu batuan ini cukup dominan. <br />
<br />
Metamorfisme Kontak <br />
Metamorfisme kontak terjadi ketika magma bersentuhan dengan batuan samping yang relatif dingin. Kontak metamorfisme dapat jelas terlihat apabila terjadi pada lingkungan pada atau dekat dengan permukaan, dimana perbedaan temperatur antara magma dengan batuan samping sangat besar. Tetapi kontak metamoefisme juga terjadi pada tempat yang dalam, sehingga batuannya hampir sama dengan batuan hasil ubahan metamorfime regional. <br />
Pada metamorfsime kontak, akan terbentuk zona disekitar magma yang disebut aurole. Tubuh batuan beku intrusif yang kecil seperti sill dan dike membentuk aurole hanya beberapa sentimeter, sedangkan tubuh batuan beku yang besar seperti batolit dan lakolit membentuk aurole yang tebalnya sampai beberapa kilometer. Dekat dengan tubuh magma mineral temperatur tinggi seperti garnet akan terbentuk, semakin jauh dari tubuh magma akan terbentuk mineral dengan tingkat yang lebih rendah seperti klorit. Selain ukuran tubuh batuan beku, komposisi mineral batuan samping dan jumlah air sangat berpengaruh terhadap ketebalan aurole yang terbentuk. Pada batuan yang mudah bereaksi seperti batugamping, zona ubahannya bisa mencapai 10 kilometer atau lebih dari tubuh batuan beku. <br />
Kebanyakan metamorfisme kontak berbutir halus, dense, tough rock dari komposisi kimia yang bervariasi. Sebagai contoh, pada metamorfisme kontak, mineral lempung dibakar dan dapat berubah menjadi keras. Karena arah tekanan tidak merupakan faktor yang penting dalam pembentukan batuan ini, maka batuan yang terbentuk umumnya tidak berfoliasi. Batuan metamorf yang keras dan tidak berfoliasi dinamakan hornfels. <br />
Bila kontak metamorfisme disebabkan oleh tubuh batuan beku yang sangat besar, larutan hidrotermal yang berasal dari dalam magma, dapat bermigrasi sampai jarak jauh. Larutan hidrotermal yang meresap ke dalam batuan samping akan bereaksi dengan batuan tersebut akan membentuk batuan metamorf. Mineral bijih dari beberapa jenis metal terbentuk pada proses ini antara alin tembaga, besi, timbal, seng dan emas. <br />
<br />
Metamorfisme Regional <br />
Batuan metamorf yang paling banyak jumlahnya adalah batuan metamorf yang dihasilkan dari proses metamorfisme regional. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, metamorfisme regional terjadi pada tempat yang dalam, meliputi daerah yang luas, dan berasosiasi dengan proses pembentukan pegunungan. Pada proses pembentukan pegunungan, batuan penyusun kerak bumi mengalami peremasan sehingga mengalami deformasi yang kuat. Karena proses tersebut batuan akan terlipat dan tersesarkan, dan kerak bumi menjadi semakin pendek dan tebal. Pada umumnya penebalan kerak bumi ini menghasilkan suatu pegunungan. Meskipun pada waktu terjadinya pembentukan pegunungan material kerak bumi menjadi semakin tinggi, ada masa batuan yang jumlahnya relatif sama dengan batuan yang terlipatkan, tertekan kebawah, ke tempat yang mempunyai tekanan dan temperatur lebih tinggi. Pada tempat inilah terjadi proses metamorfisme yang kuat. Beberapa batuan yang mengalami deformasi mengalami kenaikan temperatur yang tinggi sehingga akan mencair dan membentuk magma. Magma, yang mempunyai densitas relatif lebih rendah dari batuan disekitarnya, akan bergerak naik ke atas. Magma yang mencapai dekat permukaan akan menyebabkan terjadinya metamorfisme kontak di dalam zona metamorfisme regional. Jadi inti dari suatu sistem pegunungan terdiri dari tubuh batuan beku intrusif yang dikelilingi oleh batuan metamorf derajat tinggi. Apabila batuan yang menyusun pegunungan ini tererosi, maka inti dari sistem pegunungan yang terdiri dari batuan beku dan batuan metamorf akan tersingkap. <br />
Karena batuan metamorf yang terbentuk oleh metamorfisme regional dipengaruhi juga oleh tekanan yang berarah, maka batuannya berfoliasi. Metamorfisme regional umumnya memperlihatkan perubahan derajat metamorfisme dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi, sehingga perubahan tekstur dan komposisi mineral dapat diamati. <br />
Contoh sederhana dari progresif metamorfisme adalah batuan sedimen, shale, yang berubah menjadi batusabak pada waktu mengalami metamorfisme tingkat rendah. Pada kondisi temperatur dan tekanan yang tinggi, batusabak akan berubah menjadi sekis mika. Pada kondisi yang paling ekstrim, mineral mika dalam sekis akan mengalami rekristalisasi menjadi mineral seperti feldspar dan honrblende dan membentuk genes. <br />
Perubahan tekstur akan sesuai juga dengan perubahan komposisi mineral dari metamorfisme tingkat rendah ke tingkat yang tinggi. Mineral baru yang terbentuk pertama kali pada batusabak adalah klorit. Kemudian bila derajat metamorfismenya lebih tinggi akan terbentuk muskovit dan biotit. Sekis mika terbentuk pada kondisi yang lebih ekstrim dan kemungkinan akan mengandunh mineral garnet and staurolit. Pada temperatur dan tekanan yang mendekati titik lebur batuan, akan terbentuk mineral silimanit. Mineral silimanit merupakan mineral batuan metamorf temperatur tinggi yang digunakan sebagai bahan porselin untuk refraktori. <br />
Pada kondisi tekanan tendah dengan temperatur sekitar 800oC, sekis dan genes dengan komposisi kimia relatif sama dengan granit, akan mulai mencair. Mineral silikat yang berwarna terang seperti kuarsa dan potas feldspar, meruakan mineral yang pertama mencair, sedangkan mineral silikat gelap seperti amfibol dan biotit masih tetap padat. Bila batuan yang telah mencair sebagian itu mengalami pendinginan, maka terbentuk batuan beku yang berwarna terang bersama-sama dengan material metamorf yang berwarna gelap. Batuan semacam ini merupakan peralihan antara batuan beku dan batuan metamorf dan disebut migmatite. <br />
Fo u Minerssgeology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-12547830805573823022010-05-12T07:47:00.001-07:002010-05-12T07:47:57.386-07:00mineral feldsparBAB III<br />
PEMBAHASAN<br />
<br />
A.Pembentukan mineral Felsfar Kabupaten Tapanuli Utara <br />
Feldspar terjadi selama proses kristalisasi batuan beku oleh pneumatolytic dan hydrothermal agencies dalam urat pegmatik. Kondisi larutan pada proses kristalisasi terjadi pada suhu tinggi .Feldspar merupakan mineral atau pembentuk batuan beku dan umumnya banyak terdapat pada batuan beku dalam (plutonic rock) danjugapadabatuanerupsidanmetamorfosa.<br />
Feldspar merupakan batuan vulkanik yang banyak mengandung tufa dengan komposisi batuan laterik sehingga batuan ini disebut dengan tufa laterik yang kaya akan mineral ortoklas dan silika. Tufa ini terbentuk dari kegiatan gunung berapi yang pada waktu meletus mengeluarkan abu vulkanik. Umumnya batuan granit Feldspar berasosiasi dengan mineral kwarsa, mika, klorid, beryl, dan rutyl. Sedangkan pada batuan pegmatil, Feldspar berasosiasi dengan mineral kwarsa, mika dan topaz. B.Potensi mineral Felasfar<br />
Keterdapatan endapan bahan galian feldspar di Kabupaten Tapanuli Utara tersebar di sepanjang perbukitan yang dikenal dengan Dolok Matutung mempunyai ketinggian kurang lebih 1321 m dari permukaan laut. Secara administratif keberadaan bahan galian tersebut termasuk di Daerah Desa Tanggahambing Kecamatan Pangaribuan sebagaidesayangterdekat .<br />
Daerah sebaran endapan bahan galian tersebut dapat dicapai dengan kendaraan roda empat dan roda dua menempuh perjalanan dari kota Medan selama 4,5 jam melalui jalan Propinsi dengan jarak kurang lebih 257 kmdari kota Medan menuju Lubuk Pakam - Tebing Tinggi - Pematang Siantar - Parapat - Balige - dan Siborong-borong. Dari Siborong-borong menuju jalan Kabupaten melewati Kecamatan Sipahutar ke arahKecamatanPangaribuan.<br />
Jarak yang ditempuh kurang lebih 70 km dan lama perjalanan 1,5 jam dengan kondisi jalan aspal dan sebagian ruas jalan mengalami kerusakan berupa lobang-lobang. Dari kecamatan Pangaribuan menuju lokasi penelitian berjarak 8 (delapan) km ke arah Desa Najunambe. Kondisi lapangan menunjukkan bahwa keterdapatan endapan bahan galian feldspar berasosiasi dengan tufa toba secara berselang seling . Ketebalan lapisan tanah penutup rata-rata 2 meter dan ketebalan rata-rata feldspar yang dipantau melelaui singkapan lebih dari 100 meter. Lapisan tanah penutup umumnya ditumbuhi oleh tanaman semak belukar dan tanaman pohon pinus.<br />
Keberadaan endapan bahan galian feldspar menempati daerah perbukitan dengan ketinggian rata-rata diatas 500 meter dari permukaan air laut . Kemiringan perbukitan bervariasi antara 10 derajat samapi 20 derajat. Pada saat ini tata guna lahan belum dimanfaatkan oleh penduduk setempat secara optimal . Hal ini disebabkan karena umumnya pada daerah lokasi penelitian berada jauh dari pemukiman penduduk setempat sehingga tanaman yang ditanam hanya tanaman keras yang produksinya hanya dapat diharapkan dalam jangka panjang.<br />
<br />
C. Metode Penambangan Mineral feisdfar <br />
Metode penambangan bahan galian Feldspar yang menempati perbukitan Dolok Matutung adalah Tambang Terbuka. Peralatan mekanis yang digunakan adalah Bach Hoe, Bulldozer, Power Shovel dan Buldozer, sedangkan peralatan non mekanis antaralaincangkul,sekopdalinggis.<br />
Pekerjaan penambangan Feldspar dimulai dengan membersihkan lahan permukaan berupa pohon besar dan kecil sehingga rata secara keseluruhan . Hal ini penting untuk memperlancar pekerjaan penambangan selanjutnya . Alat mekanis yang dapat digunakanantaralainBulldozerdanPowerScraper .<br />
<br />
<br />
D Kegunaan mineral Felsfar<br />
A. Bahan baku keramik Bakaran Tinggi<br />
Untuk keperluan bahan baku keramik bakaran tinggi diperlukan sebagai berikut :<br />
1.Feldspar.<br />
Sebagai bahan pelebur dengan titik lebur antara 1200 derajat Celcius sampai 1250 derajat Celcius serta untuk mengurangi plastisitas dan susut kering saat dilakukan pembakaran .<br />
2.Clay.<br />
Berfungsi sebagai plastizer dan bider bahan keramik dengan kandungan silika adalah 52 % dan alumina adalah 31 %.<br />
3.Pasirkwarsa .<br />
Berfungsi sebagai penambah kandungan silika dalam campuran agar dapat mengikat bahan penyusuk keramik.<br />
4.Batuporselindanglass.<br />
Berfungsi sebagai mempermudah penghancuran bahan yang masih berupa bongkahan dalam kogel molen.<br />
5.Air.<br />
Berfungsi untuk memperhalus bahan campuran glass dan memperkilatkan permukaan keramik.<br />
6. Kaolin.<br />
Berfungsi sebagai membantu mengurangi plastisitas serta memberikan warna putih pada keramik.<br />
Prosespembuatankeramiksebagaiberikut: <br />
Clay terlebih dahulu digiling sampai ukuran 50 # (mesh). Feldspar, kaolin dan pasir kwarsa dimasukkan ke dalam kogel molen dengan perbandingan berat 50 % : 40 % : 10 %.<br />
Ke dalam kogel molen kemudian dimasukkan air dan batu porselin kemudian diputar dengan kecepatan 25 Rpm. Untuk membuat campuran yang lebih homogen maka dengan bantuan kompressor, bahan dialirkan ke bak yang telah tersedia pengaduknya. Air dipisahkan dengan penyaring sedangkan padatannya dimasukkan ke filter prss selama 2 jam. Hasil ini disebut dengan "Cake" atau "mass body". Agar ikatan oksidanya semakin kuat maka mass body dipress lagi selama 3 hari dalam ruang pengerasan kemudian dimasukkan ke dalam " Vacuum Strength Press " agar terbebas dari air maupun udara. Langkah berikutnya adalah mass body dipotong-potong sesuai dengan keinginan kemudian dicetak dan dipanaskan. Hasilnya dapat dilakukan pengglasiran baik dengan model semprot maupun celupan.<br />
<br />
B. Pembuatan Gelas high Alumina.<br />
Proses pembuatan gelas high alumina adalah sebagai berikut :<br />
1.TahapPencampuran(mixing).<br />
Pencampuran bahan gelas di mixer hingga diperoleh campuran yang homogen.Komposisi pencampuran yang dinyatakan dalam % berat yaitu : <br />
SiO2 = 55% , Al2O3 = 15% , P2O3 = 8% , CaO = 21% dan Na2O = 1%.<br />
2.Tahappeleburan(Smelting).<br />
Peleburan dilakukan dalam tungku peleburan yang menghasilkan campuran gelas homogen , bersih , bebas gelembung dan bebas dari kristal yang tidak melebur . Tungku yang dipakai disebut dengan Tank Furnace.<br />
3.TahapPencetakan(Shaping).<br />
Proses pembentukan gelas dilakukan setelah hasil peleburan sudah homogen, tidak mengandung kristal dan gas . Temperatur pembentukan yang digunakan antara 800 derajat Celcius sampai 1100 derajat celcius melalui proses penekanan dan proses peniupan . Proses pembentukan harus dilakukan secara cepat dengan viskositas antar 10 4 sampai 10 8 poises sedangkan proses pendinginan harus dilakukan secara perlahan-lahan dengan tujuan agar diperoleh hasil yang baik dan berkwalitas .<br />
4.ProsesAnnealingdanFinishing.<br />
Proses annealing dilakukan setelah produk gelas terbentuk . Pada prinsipnya proses yang dilakukan untuk menghilangkan perbedaan tegangan produk yang telah dihasilkan dengan maksud agar gelas tidak mudah retak atau pecah . Pelaksanaan proses annealing dilakukan di dalam sebuah tunnel dengan temperatur antara 500 derajat Celcius sampai 600 derajat celcius selama kurang lebih 90 menit . Setelah gelas dihasilkan maka selanjutnya dengan proses finishing yang meliputi : pemotongan , penghalusan , pemolesan , pencucian dan pengepakan serta pemasaran.<br />
Setelah pekerjaan pembersihan lahan selesai dilakukan dilanjutkan dengan tahap berikutnya yaitu pengupasan lapisan tanah penutup sehingga endapan bahan galian yang selama ini sedikit tersingkap di permukaan menjadi tersingkap semua .<br />
Pekerjaan penambangan berikutnya adalah tahap penggalian terhadap endapan bahan galian Feldspar . Pekerjaan ini biasanya menggunakan peralatan mekanis yaitu Back Hoe. Penggalian bahan galian Feldspar mengikuti arah dan jalur atau strike and dip dari endapan Feldspar tersebut. Umumnya berupa batang tubuh atau mineralisasi dari batuan pegmatit yang dominan diisi oleh mineral Feldspar dan mineral mika.<br />
Penggalian endapan Feldspar ditujukan pada daerah-daerah yang menunjukkan adanya rekahan-rekahan dan batas proses pelapukan yang telah berlangsung dan batuan pegmatit dalam kondisi segar. Umumnya hasil penggalian oleh alat mekanis berupa Back Hoe adalah bongkahan - bongkahan berukuran besar, Sedang dengan diameter50cmsampaikecildengandiameter_20cm.<br />
Setelah pekerjaan penggalian selesai dilakukan maka tahap pekerjaan berikutnya adalah tahap pengangkutan hasil penggalian endapan bahan galian Feldspar. Peralatan Mekanis yang dipakai adalah Dump Truck. Pekerjaan pengangkutan dilakukan dengan adanya sinkronisasi alat muat dan alat angkut sehingga target produksi yang diinginkan dapat tercapai dan pekerjaan mencapai hasil yang optimal danefisien.<br />
Untuk pekerjaan penambangan yang dilakukan secara tradisional dengan melibatkan tenaga kerja manusia (padat karya), penggalian endapan bahan galian Feldspar umumnya dilakukan dan dimulai pada singkapan yang ada pada permukaan. Dengan menggunakan pahat dan linggis serta paku sebanyak kurang lebih 3 kg maka pada batang tubuh (mineralisasi) batuan pegmatit yang mengandung Feldspar dilakukan pembongkaran bagian retakan-retakan sehingga hasil penggalian yang diperoleh umumnya berupa bongkahan-bongkahan besar dan kecil tergantung perluasan daerah pelapukan. <br />
<br />
E.Potensi bahan galian <br />
<br />
Pembahasan mengenai evaluasi ekonomi terhadap bahan galian yang potensial dikembangkan dan dikelola secara optimal dimana keberadaannya tersebar di KabupatenTapanuliUtarameliputiantaralain :<br />
Kecamatan Gaya Baru Tarutung, Lintong Nihuta, Pahae Jae dan Pangaribuan. Disamping itu juga, beberapa Kecamatan lainnya mengandung bahan galian tambang seperti Kaolin dan Granit, cukup berpotensi untuk dikembangkan menjadi usaha pertambangan daerah pada masa-masa mendatang.<br />
Suatu bahan galian dapat dikatakan memiliki nilai ekonomis apabila bahan galian tersebut memiliki jumlah cadangan yang cukup besar, berkwalitas dan memiliki pemasaran yang cukup menggembirakan disamping memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia (SDM) dan teknologi untuk melaksanakan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi secara optimal.<br />
Bahan galian trass, Batugamping, Feldspar dan Belerang merupakan bahan galian yang perlu digalakkan pemakaiannya baik masa sekarang maupun masa mendatang terutama untuk bidang industri dan bangunan. Pada bidang industri, batu gamping banyak digunakan untuk industri semen, feldspar untuk keperluan industri kaca serta beletang digunakan untuk industri farmasi sedangkan trass untuk pemakian bahan baku pembuatan batako.<br />
F Analisa Ekonomi Dari Bahan Galian Feslfar<br />
Pemasaran suatu bahan galian sangat penting dan erat hubungannya dengan kelangsungan suatu usaha pertambangan daerah. Untuk pemasaran bahan galian trass dan batugamping diutamakan pada lingkup Kabupaten Tapanuli Utara dimana permintaan masih untuk kebutuhan sendiri antara lain untuk memenuhi industri pembuatan batako untuk trass dan bahan bangunan seperti bahan bangunan fondasi untuk batugamping sedangkan untuk bahan galian feldspar dan belerang, pemasaran lebih diutamakan di luar lingkup kabupaten. Hal yang terpenting adalah menjaga kwalitas dan kesinambungan dalam hal memenuhi permintaan dari konsumen.<br />
Dengan menjaga ke dua hal tersebut maka diharapkan bahan galian yang dipasarkan tersebut mampu bersaing dengan pengusaha bahan galian sejenis diluar Propinsi Sumatera Utara.<br />
Dengan memperhatikan kwalitas, jumlah cadangan , teknologi eksplorasi, peningkatan Sumber Daya Manusia dan pemasaran maka diharapkan dapat mengelola dan memanfaatkan potensi bahan galian yang ada sehingga akan memberikan nilai tambah bagi pendapatan Asli Daerah melaui pajak dan retribusi terhadap beberapa pengusaha tambang yang ada pada masa mendatang serta memberikan harapan mengenai lowongan pekerjaan bagi penduduk setempat dan penduduk pendatang lainnya di dalam mengembangkan dan memajukan suatu daerah yang selama ini roda pembangunannya kurang begitu menggembirakan. Salah satu indikasi terhadap kemajuan suatu daerah dapat diukur dengan banyak tumbuhnya suatu industri baik industri pertambangan, industri pertanian serta industri rumah tangga lainnya dalam skala kecil dan menengah.geology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-125555612369366772010-05-12T07:28:00.000-07:002010-05-12T07:28:05.916-07:00Batuan sedimenpostingan khusus batuan sedimen<br />
BATUAN SEDIMEN <br />
Produk dari proses pelapukan mekanik dan kimia merupakan sumber material untuk pembentukan batuan sedimen. Kata sedimentary menunjukkan sifat alam dari batuan sedimen yang berasal dari bahasa Latin sedimentum yang berarti endapan, yang digunakan untuk materi padat yang diendapkan dari fluida. Material hasil proses pelapukan secara tetap akan terkikis dari batuan induknya, kemudian mengalami pengangkutan dan diendapkan di danau, lembah sungai, laut atau cekungan lainnya. Partikel-partikel pada bukit pasir di gurun, lumpur di dasar rawa-rawa, kerakal di sungai, merupakan produk dari proses yang diada hentinya. Karena proses pelapukan batuan, transportasi dan pengendapan material hasil proses pelapukan terus beralangsung, maka material sedimen dapat dijumpai dimana-mana. Setelah diendapkan material yang dekat dengan dasar akan mengalami kompaksi. Lama kelamaan endapan ini akan tersemenkan oleh mineral yang mengkristal di pori-pori antar butiran sehingga membentuk batuan sedimen. <br />
Para ahli geologi mengestimasikan bahwa jumlah batuan sedimen hanya sekitar 5% volume dari batuan penyusun kerak bumi atau sekitar 16 km lapisan terluar dari kerak bumi. Tetapi kepentingan dari batuan sedimen ini jauh lebih besar dari jumlahnya yang hanya 5%. Apabila mengambil contoh batuan di permukaan bumi, maka mayoritas terbesar adalah batuan sedimen, karena 75% permukaan bumi ini ditutupi oleh batuan sedimen. Jadi batuan sedimen merupakan lapisan yang relatif tipis yang menyusun kerak bumi bagian terluar, karena batuan sedimen terbentuk di permukaan bumi. <br />
Karena batuan sedimen terakumulasi di permukaan bumi, maka batuan sedimen umumnya menunjukan proses-proses yang terjadi dimasa lalu pada permukaan bumi. Jadi batuan sedimen dapat menunjukan kondisi lingkungan dimasa lalu dimana partikel-partikel sedimen tersebut diendapkan, juga mekanisme transportasinya. Selanjutnya batuan sedimen juga dapat mengandung fosil yang merupakan kunci dalam mempelajari keadaan geologi dimasa lalu, sehingga para ahli geologi dapat menceritakan sejarah bumi ini dengan detail. <br />
Batuan sedimen juga banyak yang mempunyai arti ekonomis. Batubara sebagai contoh dikelompokkan dalam batuan sedimen. Juga sumber energi yang penting, minyak bumi dan gas alam dijumpai berasosiasi dengan batuan sedimen. Demikian juga beberapa mineral ekonomis seperti besi, aluminium, mangan dapat dijumpau berasosiasi dengan batuan sedimen. <br />
<br />
Tipe-tipe Batuan Sedimen <br />
Material yang terakumulasi sebagai sedimen mempunyai dua sumber utama. Pertama, material sedimen yang terakumulasi berasal dari hasil proses pelapukan mekanik maupun kimia yang tertransportasi dalam keadaan padat. Endapan dari tipe ini disebut detrital dan batuan sedimen yang terbentuk disebut batuan sedimen detrital (detrital sedimentary rocks). Sumber utama yang kedua adalah material yang terlarut hasil dari proses pelapukan kimia, apabila larutan tersebut mengalami presipitasi baik oleh proses anorganik maupun organik, materialnya disebut sedimen kimia dan batuan yang dibentuk disebut batuan sedimen kimia (chemical sedimentary rocks). <br />
<br />
Batuan Sedimen Detrital <br />
Batuan detrital disebut juga batuan sedimen fragmental atau batuan sedimen klastik. Walaupun batuan ini mempunyai variasi mineral atau fragmen yang sangat besar, komposisi utama dari batuan ini adalah kuarsa dan mineral lempung. Seperti telah diuraikan sebelumnya, mineral lempung merupakan produk utama dari pelapukan kimia dari mineral silikat. Lempung adalah mineral yang berbutir halus dengan struktur kristal lembaran seperti mika. Mineral lain pada batuan sedimen adalah kuarsa, karena mineral ini resisten terhadap proses pelapukan kimia. Jadi pada waktu batuan beku yang banyak mengandung kuarsa serti granit mengalami pelapukan kimia, maka butiran mineral kuarsa akan terlepas bebas. <br />
Mineral lain yang umum pada batuan sedimen adalah feldspar dan mika, kedua mineral tersebut tidak resisten terhadap pelapukan kimia. Apabila dijumpai mineral-mineral tersebut pada batuan sedimen dapat menunjukkan bahwa batuan tersebut merupakan hasil dari proses pelapukan mekanik daripada pelapukan kimia. <br />
Ukuran butir merupakan dasar utama untuk membedakan batuan sedimen detrital. Tabel di bawah menggambarkan klasifikasi ukuran butir batuan sedimen detrital. Istilah lempung dalam klasifikasi tersebut adalah untuk ukuran butir, bukan untuk nama mineral. Walaupun kebanyakan mineral lempung berukuran lempung, tetapi tidak semua berukuran lempung adalah mineral lempung. <br />
<br />
Tabel. Klasifikasi ukuran butir batuan sedimen detrital <br />
<br />
Ukuran Butir (mm) Nama butir Nama Umum Sedimen Nama Batuan Sedimen <br />
> 250 <br />
64 – 256 <br />
4 – 64 <br />
2 – 4 Bolder <br />
Kobel <br />
Pebel <br />
Kerikil Kerakal Konglomerat atau Breksi <br />
1/16 – 2 Pasir Pasir Batupasir <br />
1/256 – 1/16 <br />
< 1/256 Lanau <br />
Lempung Mud Batulanau <br />
Batulempung <br />
<br />
Ukuran butir batuan sedimen dapat juga dihubungkan dengan energi dari media transportasinya. Kecepatan aliran air atau angin akan menyeleksi ukuran butir partikel yang diangkut. Apabila energinya berkurang, maka material yang diangkut semakin kecil. Seperti misalnya pada aliran sungai, di hulu sungai yang energinya besar diendapkan material yang berukuran kasar, sedang semakin ke arah hilir, material yang diendapkan berukuran pasir. Material yang berukuran lempung dan lanau akan diendapkan dengan energi yang sangat rendah, sehingga akumulasi material ini biasanya terdapat di danau, rawa atau di laut yang tenang. <br />
Shale. Batuan sedimen yang disusun oleh material yang berukuran lanau dan lempung disebut shale. Batuan sedimen yang berbutir halus ini menyusun 70% batuan sedimen kerak bumi. Karena kecilnya, material batuan ini tidak dapat diidentifikasi tanpa bantuan alat pembesar. Shale umumnya tidak mengalami sementasi dengan baik dan mudah pecah, tetapi mempunyai porositas yang kecil. Walaupun merupakan batuan sedimen yang dominan, tetapi merupakan batuan sedimen yang paling sedikit diketahui dengan baik. Shale jarang memberikan singkapan yang baik seperti batupasir atau batuan sedimen lainnya karena shale mudah mengalami pelapukan dan membentuk lapisan penutup batuan yang masih segar. <br />
Istilah shale biasanya digunakan untuk semua batuan sedimen yang berbutir halus, tetapi banyak ahli geologi menggunakan lebih terbatas. Istilah ini sering digunakan untuk batuan sedimen berbutir halus yang menunjukan sifat mudah terpisah menjadi lapisan-lapisan tipis. Bila batuannya kompak dan membentuk blok batuannya disebut mudstone. <br />
Batupasir. Merupakan batuan sedimen yang berukuran pasir dan yang paling banyak dijumpai setelah shale. Batuan ini menyusun 20% dari batuan sedimen pada kerak bumi. Kuarsa merupakan mineral yang umum dalam batupasir. Bila mineral ini dominan, maka disebut batupasir kuarsa. Sedang bila mineral feldspar yang dominan, disebut arkose. Dominasi mineral feldspar dalam batupasir menunjukan bahwa batuan ini kurang mengalami pelapukan kimia. Batuan sedimen yang disusun oleh mineral kuarsa dan feldspar disebut graywacke. Warna gelap pada batuan ini disebabkan oleh kandungan yang banyak dari fragmen yang menyudut dan lempung. Karena batuan ini memiliki pemilahan yang buruk, maka sering disebut dirty sandstone. <br />
Konglomerat. Batuan ini disusun oleh partikel-partikel yang berukuran kasar (gravel). Partikel yang besar umumnya merupakan fragmen batuan. Diantara fragmen yang kasar terdapat material yang berukuran lebih halus yang disebut masa dasar (matriks), yang terdiri dari mud dan pasir. Batuan ini sering mengalami sementasi yang baik, sehingga membentuk batuan yang sangat kompak. Jika material yang kasar berbentuk menyudut (angular), maka batuannya disebut breksi. <br />
<br />
Batuan Sedimen Kimia <br />
Berbeda dengan batuan sedimen detrital yang disusun oleh material hasil pelapukan yang padat, maka sedimen kimia dibentuk dari material yang diangkut dengan pelarutan. Larutan yang mengandung material hasil proses pelapukan kimia ini bila mengalami presipitasi akan membentuk batuan sedimen kimia. Proses presipitasi ini bisa berlangsung oleh proses anorganik ataupun oleh organik yang hidup di air. Bila proses presipitasi dilakukan oleh organisme, maka batuannya disebut batuan sedimen biokimia. <br />
Contoh dari batuan sedimen kimia oleh proses anorganik adalah terbentuknya batugaram oleh evaporasi air asin. Sebaliknya tumbuhan dan binatang menyerap material yang terlarut dalam air untuk membentuk rangka atau rumahnya. Setelah organisme ini mati, rangka atau cangkangnya akan terakumulasi di dasar laut atau danau tempat hidup organisme tersebut. <br />
Batugamping (Limestone). Menyusun 10% dari total volume batuan sedimen, batugamping merupakan batuan sedimen kimia yang terbanyak. Batuan ini disusun terutama oleh mineral kalsit (CaCO3), dan dapat dibentuk baik oleh proses anorganik maupun biokimia. Batugamping yang dibentuk oleh proses biokimia lebih umum dijumpai. Sekitar 90% batugamping di dunia merupakan hasil akumulasi sedimen biokimia. <br />
Meskipun kebanyakan batugamping dibentuk oleh proses biokimia, proses ini tidak seluruhnya terjadi, karena rangka atau cangkang binatang dapat mengalami perubahan sebelum mengalami pembatuan. Contoh yang sangat mudah dikenal dari batugamping biokimia adalah coquina, batuan yang berbutir kasar yang tersusun oleh fragmen cangkang atau rangka binatang dan tidak tersemen dengan baik. Contoh lain adalah chalk, merupakan batuan hampir seluruhnya disusun oleh cangkang foraminifera, merupakan binatang bersel tunggal yang sangat halus. <br />
Batugamping organik terbentuk oleh proses evaporasi dengan naiknya temperatur meningkat konsentrasi kalsium karbonat sehingga terjadi presipitasi. Travertin merupakan batugamping yang sering dijumpai di dalam goa, seperti juga batugamping oolitik. Travertin dibentuk pada waktu airtanah yang mengandung kalsium karbonat mengalami evaporasi. Batugamping oolitik adalah batuan yang disusun oleh butiran kecli yang berbentuk bundar yang disebut oolit. Oolit terbentuk pada lingkungan laut dangkal oleh butiran yang sangat halus dan terbawa oleh arus dan dilapisi oleh kalsium karbonat selapis demi selapis ketika bergulir pada dasar laut. <br />
Dolomit. Merupakan batuan yang sangat mirip dengan batugamping dan disusun oleh mineral “calcium-magnesium carbonate” yang disebut juga mineral dolomit. Untuk membedakan nama mineral dan batuan, beberapa ahli geologi menyebut dolostone untuk nama batuan yang disusun oleh mineral dolomit. Mekipun dolomit dapat terbentuk dari presipitasi langsung dari laur, tetapi dolomit dapat juga terbentuk dari subsitusi magnesium yang terdapat dalam air laut terhadap kalsium yang terdapat dalam batugamping. Hal ini terbukti dari lebih banyak dolomit dijumpai pada batuan yang berumur tua daripada yang berumur muda, karena dibutuhkan waktu oleh magnesium untuk mensubstitusi kalsium. <br />
Rijang (chert). Nama ini digunakan untuk batuan yang keras dan kompak yang disusun oleh mikrokristalin silika (SiO2). Contoh yang sangat dikenal adalah flint yang disusun oleh material organik yang berwarna gelap. Jasper untuk variasi yang berwarna merah, karena kandungan oksida besi. <br />
Endapan rijang umumnya dijumpai pada satu dari dua kondisi sebagai nodul yang berbentuk tak beraturan pada batugamping dan lapisan dalam batuan. Kebanyakan nodul silika yang berkomposisi silika merupakan endapan langsung dari air. Jadi nodul merupakan hasil dari proses anorganik. Sebaliknya lapisan rijang merupakan hasil presipitasi langsung dari air laut, karena kandungan silika dalam air laut tidak besar. Jadi lapisan rijang diperkirakan berasal dari hasil proses biokimia. Beberapa organisme laut seperti diatomae dan radiolaria menggunakan silika untuk membentuk rangka dan rumahnya. Mikroorganisme ini dapat mengikat silika dalam larutan yang jenuh silika, kejadian inilah yang diperkirakan membentuk lapisan rijang. <br />
Batugaram dan batugipsum. Seringkali proses evaporasi merupakan mekanisme terbentuknya batuan sedimen kimia. Mineral yang umum terjadi, melalui proses ini adalah halit (sodium klorida) yang menyusun batugaram, dan gipsum (hidro clcium sulfida) yang menyusun batugipsum. <br />
Batubara (coal). Batubara dikelompokkan ke dalam batuan sedimen biokimia, tetapi sedikit berbeda dengan batuan sedimen biokimia. Batuan ini disusun oleh material organik terutama oleh sisa-sisa tumbuhan yang sudah mengalami ubahan tetapi struktur asal masih terlihat. Hal ini menunjukan kejadian dari batubara ini adalah penimbunan yang lama dari akumulasi tumbuhan yang besar. Kondisi lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses ini adalah rawa-rawa yang miskin kandungan oksigennya. Tipe batubara mempunyai beberapa tingkatan, semakin tinggi temperatur dan tekanannya semakin kecil pengotoran dan kandungan volatilnya seperti diagram : <br />
PEAT LIGNIT BITUMINOUS ANTRASIT <br />
Batubara bituminous merupakan tipe batubara yang terpenting. Antrasit terbentuk dari bituminous yang mengalami metamorfisme. Meskipun antrasit mempunyai tingkatan yang tertinggi, tetapi tipe ini penyebarannya tidak luas dan lebih mahal penambangannya. <br />
<br />
Perubahan Sedimen Menjadi Batuan Sedimen <br />
Proses perubahan sedimen lepas menjadi batuan sedimen disebut litifikasi. Salah satu proses litifikasi adalah kompaksi atau pemadatan. Pada waktu material sedimen diendapkan terus menerus pada suatu cekungan, berat endapan yang berada di atas akan membebani endapan yang berada di bawahnya. Akibatnya butiran sedimen akan semakin rapat, dan rongga antara butiran akan semakin kecil. Sebagai contoh lempung yang tertimbun dibawah material sedimen lain beberapa ribu meter tablanya, volume dari lempung tersebut akan mengalami penyusutan sebanyak 40%. Karena pasir dan sedimen lain yang berbutir kasar dapat mengalami pemadatan, maka proses kompaksi merupakan proses yang signifikan untuk proses litifikasi batuan sedimen yangberbutir halus seperti shale. <br />
Proses lain yang merubah sedimen lepas menjadi batuan sedimen adalah sementasi. Material yang menjadi semen diangkut sebagai larutan oleh air yang meresap melalui rongga antar butiran kemudian larutan tersebut akan mengalami presipitasi di dalam rongga antar butir, dan akan mengikat butiran-butiran sedimen. Material yang umum menjadi semen adalah kalsit, silika dan oksida besi. Untuk mengetahui macam semen pada batuan sedimen relatif cukup sederhana. Kalsit dapat diketahui dengan larutan HCl. Silika merupakan semen yang sangat keras dan akan menghasilkan batuan sedimen yang sangat keras. Apabila batuan sedimen berwarna orange atau merah gelap, maka batuan sedimen tersebut tersemenkan oleh oksida besi. Kadang-kadang semen pada batuan sedimen dapat memberi nilai ekonomis batuan tersebut. Sebagai contoh batupasir yang tersemenkan oleh oksida besa dapat menjadikan batupasir menjadi bijih besi (iron ore). <br />
Meskipun batuan sedimen terlitifikasi oleh proses kompaksi, sementasi atau kombinasi dari keduanya, beberapa batuan sedimen terlitifikasi oleh pertumbuhan kristal yang saling mengikat. Proses ini sering terjadi pada batuan sedimen kimia. <br />
<br />
Klasifikasi Batuan Sedimen <br />
Batuan sedimen pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu sedimen detrital dan kimia. Kemudian batuan sedimen detrital dikelompokan lagi berdasarkan ukuran butirnya, sedangkan batuan sedimen kimia didasarkan pada komposisi mineralnya. <br />
Pada kenyataannya banyak batuan sedimen yang termasuk dalam batuan sedimen kimia juga mengandung material sedimen, material detrital. Sebagai contoh, batugamping kadang mengandung material pasir atau lempung, sehingga memberikan sifat pasiran atau lempunga. Sebaliknya batuan sedimen detriral sebagian besar mengalami sementasi oleh mineral yang terbentuk dalan air, maka sebenarnya sulit dikatakan bahwa benar-benar murni tersusun oleh material detrital. <br />
Seperti dalam batuan beku, tekstur merupakan hal yang terpenting dalam klasifilkasi batuan sedimen. Ada dua macam tekstur yang digunakan dalam klasifikasi batuan sedimen yaitu klastik dan nonklastik. Kata klastik berasal dari bahasa Yunani yang berarti hancuran. Jadi batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang disusun oleh material hancuran. Seperti terlihat pada klasifikasi batuan sedimen, semua batuan sedimen detrital bertekstur klastik. Coquina adalah batugamping yang disusun oleh cangkang dan fragmen cangkang adalah klastika seperti batupasir dan konglomerat. <br />
Batuan sedimen kimia kebanyakan bertekstur nonklastik, dimana mineral penyusunnya saling tumbuh bersama (interloding). Oleh sebab itu kenampakan batuan sedimen nonklastik hampir sama dengan batuan beku. Tetapi keduanya dapat dibedakan dengan mudah, karena mineral yang menyusun batuan sedimen nonklatik berbeda dengan mineral yang menyusun batuan beku. <br />
<br />
Kenampakan Batuan Sedimen <br />
Seperti telah diuraikan sebelumnya, batuan sedimen sangat penting untuk menceritakan sejarah bumi ini. Batuan yang terbentuk pada permukaan bumi ini terakumulasi lapisan demi lapisan. Tiap lapisan akan mencatat tentang kondisi lingkungan pada waktu sedimen tersebut diendapkan. Lapisan ini yang biasa disebut perlapisan (strata, beds) merupakan kenampakan karakteristik batuan sedimen. <br />
Ketebalan perlapisan batuan sedimen bervariasi sangat tipis hingga beberapa puluh meter. Perlapisan batuan sedimen dipisahkan oleh bidang perlapisan (bedding planes), yang merupakan permukaan pembatas. Bidang perlapisan dapat terbentuk oleh adanya perubahan ukuran butir atau komposisi mineral. Pada umumnya bidang perlapisan menunjukan akhir dari suatu pengendapan dan awal dari pengendapan berikutnya. <br />
Banyak kenampakan batuan sedimen yang dapat diduksi oleh para ahli geologi. Sebagai contoh, konglomerat menunjukan kondisi energi tinggi seperti pada aliran yang kuat, dimana butiran fragmen yang berukuran kasar yang dapat diendapkan. Batupasir arkose menunjukan iklim yang kering, dimana proses pelapukan mineral feldspar relatif kecil. “Carbonaceous shale” menunjukan kondisi lingkungan energi lemah dan kaya akan bahan organik seperti rawa dan laguna. Kenampakan lain pada batuan sedimen juga dapat menunjukan kondisi lingkungan masa lampau. Perlapisan gelembur gelombang (ripple marks) merupakan bentuk permukaan yang dihasilkan oleh arus sungai atau arus pasangsurut yang mengalir diatas dasar yang berpasir atau oleh hembusan angin diatas bukit pasir. Ripple marks dapat juga menunjukan arah arus atau angin di masa lampau. <br />
Mudcrack (rekah kerut) menunjukan bahwa kondisi lingkungan dimana batuan sedimen terbentuk pada kondisi yang berubah-ubah antara basah dan kering. Kondisi semacam ini sering terjadi pada lingkungan danau dangkal, dataran pasangsurut dan cekungan di daerah gurun. <br />
Kadang-kadang perlapisan batuan sedimen menyudut terhadap bidang horizontal. Perlapisan yang demikian disebut cross bedding dan merupakan karakteristik untuk sedimen delta sungai dan bukit pasir. <br />
Fosil, sisa kehidupan dimasa lampau, merupakan unsur yang penting yang sering dijumpai pada batuan sedimen. Fosil penting digunakan untuk mengetahui kondisi geologi dimasa lampau, terutama untuk mengetahui paleoenvironment. Selain itu fosil dapat digunakan untuk mengkorelasikan batuan yang berumur sama yang dijumpai pada tempat yang berbeda.geology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-19990773984069422672010-05-12T07:25:00.001-07:002010-05-12T07:25:14.255-07:00Batuan Karbonatini adalah postingan khusus batuan karbonat<br />
BATUAN SEDIMEN KARBONAT <br />
<br />
<br />
Tinjauan Umum <br />
Batuan karbonat adalah semua batuan yang terdiri dari garam karbonat. Dalam prakteknya adalah terutama batugamping dan dolomit. <br />
Karbonat mempunyai keistimewaan dalam cara terbentuknya, yaitu hanya dari larutan, praktis tidak ada sebagai detritus daratan. Pembentukan batuan karbonat secara kimia, tetapi yang penting adalah turut sertanya organisme di dalam batuan karbonat. <br />
Ada 5 (lima) mekanisme penting yang dapat menerangkan bagaimana terjadinya pengendapan CaCO3 dan bertambahnya CO2 yang dapat terlarut dalam air (Blatt, 1982). <br />
1. Bertambahnya suhu dan penguapan. Dari semua gas yang ada, hanya sedikit yang dapat larut dalam air panas dan hal ini yang menyebabkan mengapa batuan karbonat terbentuk hanya pada laut di daerah tropis dan subtropis, jarang didapatkan pada daerah dingin dekat kutub atau pada daerah laut dalam. <br />
2. Pergerakan air. Bergerak air yang disebabkan oleh angin atau badai akan mengakibatkan kalsium dari organisme pembentuk karang dan lumpur karbonat bergerak berpindah ke atas permukaan air. <br />
3. Penambahan salinitas. Karbon dioksida kurang larut dalam air garam bila dibandingkan dengan daya larutnya dalam air tawar, sehingga dengan bertambahnya salinitas akan menyebabkan karbon dioksida terbebas. Bertambahnya salinitas biasanya akibat dari penguapan dan dapat menambah jumlah kalsium sebanding dengan jumlah ion karbon. <br />
4. Aktivitas organik. Alga dan koral mempunyai proses yang berbeda satu sama lain namun saling membutuhkan dimana alga menghirup karbon dioksida dan akan mengeluarkan oksigen selama berlangsungnya proses fotosintesa, sedangkan koral menghirup O2 dan akan mengeluarkan CO2. <br />
5. Perubahan tekanan. Air hujan mengandung sejumlah karbon dioksida mengikat jumlah udara yang banyak, selanjutnya air hujan tersebut masuk dan melewati zona tanah dengan tekanan karbon dioksida lebih besar dibandingkan di atmosfir, akibatnya air tanah menjadi kaya akan karbon dioksida. Bila air tanah tersebut masuk ke dalam sebuah gua maka karbon akan larut dalam air dan menyebabkan terbentuknya kenampakan seperti stalaktit dan stalagmit. <br />
Hal lain adalah terbentuknya tekstur klastik pada batuan karbonat sebagai fragmentasi atau pembentukan sekunder (contoh : oolith), dan pengendapannya menyerupai detritus. <br />
<br />
Tekstur <br />
Pada umumnya yang menjadi unsur-unsur tekstur adalah: <br />
1. Matriks <br />
2. Semen Kalsit <br />
3. Butir <br />
4. Kerangka organik <br />
5. Kehabluran/crystalinity <br />
Tekstur batuan karbonat dapat dibagi sebagai berikut : <br />
1. Tekstur Primer <br />
a. Kerangka Organik <br />
Tekstur ini disusun oleh material-material yang berasal dari kerangka organik atau “skeletal” dalam pengertian Nelson, atau “frame builder”. <br />
b. Klastik/Butiran <br />
Tekstur ini dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu : <br />
Tekstur Bioklastik <br />
Terdiri dari fragmen-fragmen ataupun cangkang-cangkang binatang, yang berupa klast (pernah lepas-lepas) : cocquina, foraminifera, keral (lepas-lepas). <br />
Tekstur Intraklastik/ fragmen non organik <br />
Dibentuk di tempat atau ditransport, tetapi jelas hasil fragmentasi dari batuan atau sedimen gamping sebelumnya. <br />
Tekstur Chemiklastik/ non fragmental <br />
Butir-butir yang terbentuk di tempat sedimentasi karena proses coagulasi, akresi, penggumpalan dan lain-lain. Contoh : oolith, pisolite. <br />
c. Massa Dasar <br />
Tekstur ini disusun oleh butir-butir halus dari karbonat yang terbentuk pada waktu sedimentasi. <br />
Dalam tekstur primer, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : <br />
Ukuran Butir <br />
Ukuran butir batuan karbonat sering dipergunakan dengan mengggunakan sistem tersendiri, tetapi hal ini tidak dianjurkan. Adapun klasifikasi ukuran butir yang dipakai adalah klasidikasi ukuran butir dan tatanama dari Folk, 1961 yang didasarkan pada klasifikasi Grabau, 1912. <br />
Bentuk Butir <br />
Bentuk butir juga penting dalam mempelajari batugamping terutama memperlihatkan energi dalam lingkungan pengendapan. <br />
Untuk bioklastik dibedakan secara extreme : <br />
- Cangkang-cangkang yang utuh atau fragmen kerangka yang utuh/bekas pecahan jelas <br />
- Yang telah terabrasi/bulat. <br />
Untuk Chemiklastik dibedakan atas : <br />
- Spheruidal <br />
- Ovoid <br />
Untuk batugamping kerangka : <br />
- Kerangka pertumbuhan (grothframework) <br />
- Kerangka pergerakan (encrustation) <br />
Matriks (massa dasar) <br />
Yaitu butir-butir halus dari karbonat yang mengisi rongga-rongga dan terbentuk pada waktu sedimentasi. Matriks ini dapat dihasilkan dari pengendapan langsung sebagai jarum aragonit secara kimiawi/biokimiawi, yang kemudian berubah menjadi kalsit (?). Juga terbentuk sebagai hasil abrasi, yaitu batugamping yang telah dibentuk, misalnya koral dierosi dan abrasi kembali oleh pukulan-pukulan gelombang dan merupakan tepung kalsit. <br />
Hubungan Matriks dan Butiran <br />
Lumpur gamping sangat penting untuk interpretasi lingkungan pengendapan. Karena butiran batugamping terbentuk secara lokal, maka adanya matriks di antara butiran adalah indikator bagi lingkungan pengendapan air tenang. Berdasarkan hal ini, Dunham membuat klasifikasi karbonat. <br />
2. Tekstur Sekunder atau Tekstur Diagenesa <br />
Tekstur sekunder pada umumnya adalah tekstur hablur yang didapat pada sebagian batuan ataupun meliputi keseluruhan. Tekstur sekunder ini terbentuk apabila batuan karbonat yang terbentuk sebelumnya mengalami proses diagenesa. Proses-proses diagenesa meliputi : <br />
a. Pengisian pori dengan lumpur gamping <br />
b. Mikritisasi oleh ganggang <br />
c. Sementasi <br />
d. Pelarutan <br />
e. Polimorfisme <br />
f. Rekristalisasi <br />
g. Pengubahan/pergantian (replacement) <br />
h. Dolomitisasi <br />
i. Silisifikasigeology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-40860152783674411822010-05-12T06:34:00.000-07:002010-05-12T06:34:02.831-07:00SedimentologyBatuan Sedimen dikehidupan<br />
BATUAN SEDIMEN <br />
Produk dari proses pelapukan mekanik dan kimia merupakan sumber material untuk pembentukan batuan sedimen. Kata sedimentary menunjukkan sifat alam dari batuan sedimen yang berasal dari bahasa Latin sedimentum yang berarti endapan, yang digunakan untuk materi padat yang diendapkan dari fluida. Material hasil proses pelapukan secara tetap akan terkikis dari batuan induknya, kemudian mengalami pengangkutan dan diendapkan di danau, lembah sungai, laut atau cekungan lainnya. Partikel-partikel pada bukit pasir di gurun, lumpur di dasar rawa-rawa, kerakal di sungai, merupakan produk dari proses yang diada hentinya. Karena proses pelapukan batuan, transportasi dan pengendapan material hasil proses pelapukan terus beralangsung, maka material sedimen dapat dijumpai dimana-mana. Setelah diendapkan material yang dekat dengan dasar akan mengalami kompaksi. Lama kelamaan endapan ini akan tersemenkan oleh mineral yang mengkristal di pori-pori antar butiran sehingga membentuk batuan sedimen. <br />
Para ahli geologi mengestimasikan bahwa jumlah batuan sedimen hanya sekitar 5% volume dari batuan penyusun kerak bumi atau sekitar 16 km lapisan terluar dari kerak bumi. Tetapi kepentingan dari batuan sedimen ini jauh lebih besar dari jumlahnya yang hanya 5%. Apabila mengambil contoh batuan di permukaan bumi, maka mayoritas terbesar adalah batuan sedimen, karena 75% permukaan bumi ini ditutupi oleh batuan sedimen. Jadi batuan sedimen merupakan lapisan yang relatif tipis yang menyusun kerak bumi bagian terluar, karena batuan sedimen terbentuk di permukaan bumi. <br />
Karena batuan sedimen terakumulasi di permukaan bumi, maka batuan sedimen umumnya menunjukan proses-proses yang terjadi dimasa lalu pada permukaan bumi. Jadi batuan sedimen dapat menunjukan kondisi lingkungan dimasa lalu dimana partikel-partikel sedimen tersebut diendapkan, juga mekanisme transportasinya. Selanjutnya batuan sedimen juga dapat mengandung fosil yang merupakan kunci dalam mempelajari keadaan geologi dimasa lalu, sehingga para ahli geologi dapat menceritakan sejarah bumi ini dengan detail. <br />
Batuan sedimen juga banyak yang mempunyai arti ekonomis. Batubara sebagai contoh dikelompokkan dalam batuan sedimen. Juga sumber energi yang penting, minyak bumi dan gas alam dijumpai berasosiasi dengan batuan sedimen. Demikian juga beberapa mineral ekonomis seperti besi, aluminium, mangan dapat dijumpau berasosiasi dengan batuan sedimen. <br />
<br />
Tipe-tipe Batuan Sedimen <br />
Material yang terakumulasi sebagai sedimen mempunyai dua sumber utama. Pertama, material sedimen yang terakumulasi berasal dari hasil proses pelapukan mekanik maupun kimia yang tertransportasi dalam keadaan padat. Endapan dari tipe ini disebut detrital dan batuan sedimen yang terbentuk disebut batuan sedimen detrital (detrital sedimentary rocks). Sumber utama yang kedua adalah material yang terlarut hasil dari proses pelapukan kimia, apabila larutan tersebut mengalami presipitasi baik oleh proses anorganik maupun organik, materialnya disebut sedimen kimia dan batuan yang dibentuk disebut batuan sedimen kimia (chemical sedimentary rocks). <br />
<br />
Batuan Sedimen Detrital <br />
Batuan detrital disebut juga batuan sedimen fragmental atau batuan sedimen klastik. Walaupun batuan ini mempunyai variasi mineral atau fragmen yang sangat besar, komposisi utama dari batuan ini adalah kuarsa dan mineral lempung. Seperti telah diuraikan sebelumnya, mineral lempung merupakan produk utama dari pelapukan kimia dari mineral silikat. Lempung adalah mineral yang berbutir halus dengan struktur kristal lembaran seperti mika. Mineral lain pada batuan sedimen adalah kuarsa, karena mineral ini resisten terhadap proses pelapukan kimia. Jadi pada waktu batuan beku yang banyak mengandung kuarsa serti granit mengalami pelapukan kimia, maka butiran mineral kuarsa akan terlepas bebas. <br />
Mineral lain yang umum pada batuan sedimen adalah feldspar dan mika, kedua mineral tersebut tidak resisten terhadap pelapukan kimia. Apabila dijumpai mineral-mineral tersebut pada batuan sedimen dapat menunjukkan bahwa batuan tersebut merupakan hasil dari proses pelapukan mekanik daripada pelapukan kimia. <br />
Ukuran butir merupakan dasar utama untuk membedakan batuan sedimen detrital. Tabel di bawah menggambarkan klasifikasi ukuran butir batuan sedimen detrital. Istilah lempung dalam klasifikasi tersebut adalah untuk ukuran butir, bukan untuk nama mineral. Walaupun kebanyakan mineral lempung berukuran lempung, tetapi tidak semua berukuran lempung adalah mineral lempung.geology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6393332073004136698.post-3595549049071549882010-05-12T06:22:00.001-07:002010-05-12T06:22:25.748-07:00mineral feldsparBAB III<br />
PEMBAHASAN<br />
<br />
A.Pembentukan mineral Felsfar Kabupaten Tapanuli Utara <br />
Feldspar terjadi selama proses kristalisasi batuan beku oleh pneumatolytic dan hydrothermal agencies dalam urat pegmatik. Kondisi larutan pada proses kristalisasi terjadi pada suhu tinggi .Feldspar merupakan mineral atau pembentuk batuan beku dan umumnya banyak terdapat pada batuan beku dalam (plutonic rock) danjugapadabatuanerupsidanmetamorfosa.<br />
Feldspar merupakan batuan vulkanik yang banyak mengandung tufa dengan komposisi batuan laterik sehingga batuan ini disebut dengan tufa laterik yang kaya akan mineral ortoklas dan silika. Tufa ini terbentuk dari kegiatan gunung berapi yang pada waktu meletus mengeluarkan abu vulkanik. Umumnya batuan granit Feldspar berasosiasi dengan mineral kwarsa, mika, klorid, beryl, dan rutyl. Sedangkan pada batuan pegmatil, Feldspar berasosiasi dengan mineral kwarsa, mika dan topaz. B.Potensi mineral Felasfar<br />
Keterdapatan endapan bahan galian feldspar di Kabupaten Tapanuli Utara tersebar di sepanjang perbukitan yang dikenal dengan Dolok Matutung mempunyai ketinggian kurang lebih 1321 m dari permukaan laut. Secara administratif keberadaan bahan galian tersebut termasuk di Daerah Desa Tanggahambing Kecamatan Pangaribuan sebagaidesayangterdekat .<br />
Daerah sebaran endapan bahan galian tersebut dapat dicapai dengan kendaraan roda empat dan roda dua menempuh perjalanan dari kota Medan selama 4,5 jam melalui jalan Propinsi dengan jarak kurang lebih 257 kmdari kota Medan menuju Lubuk Pakam - Tebing Tinggi - Pematang Siantar - Parapat - Balige - dan Siborong-borong. Dari Siborong-borong menuju jalan Kabupaten melewati Kecamatan Sipahutar ke arahKecamatanPangaribuan.<br />
Jarak yang ditempuh kurang lebih 70 km dan lama perjalanan 1,5 jam dengan kondisi jalan aspal dan sebagian ruas jalan mengalami kerusakan berupa lobang-lobang. Dari kecamatan Pangaribuan menuju lokasi penelitian berjarak 8 (delapan) km ke arah Desa Najunambe. Kondisi lapangan menunjukkan bahwa keterdapatan endapan bahan galian feldspar berasosiasi dengan tufa toba secara berselang seling . Ketebalan lapisan tanah penutup rata-rata 2 meter dan ketebalan rata-rata feldspar yang dipantau melelaui singkapan lebih dari 100 meter. Lapisan tanah penutup umumnya ditumbuhi oleh tanaman semak belukar dan tanaman pohon pinus.<br />
Keberadaan endapan bahan galian feldspar menempati daerah perbukitan dengan ketinggian rata-rata diatas 500 meter dari permukaan air laut . Kemiringan perbukitan bervariasi antara 10 derajat samapi 20 derajat. Pada saat ini tata guna lahan belum dimanfaatkan oleh penduduk setempat secara optimal . Hal ini disebabkan karena umumnya pada daerah lokasi penelitian berada jauh dari pemukiman penduduk setempat sehingga tanaman yang ditanam hanya tanaman keras yang produksinya hanya dapat diharapkan dalam jangka panjang.<br />
<br />
C. Metode Penambangan Mineral feisdfar <br />
Metode penambangan bahan galian Feldspar yang menempati perbukitan Dolok Matutung adalah Tambang Terbuka. Peralatan mekanis yang digunakan adalah Bach Hoe, Bulldozer, Power Shovel dan Buldozer, sedangkan peralatan non mekanis antaralaincangkul,sekopdalinggis.<br />
Pekerjaan penambangan Feldspar dimulai dengan membersihkan lahan permukaan berupa pohon besar dan kecil sehingga rata secara keseluruhan . Hal ini penting untuk memperlancar pekerjaan penambangan selanjutnya . Alat mekanis yang dapat digunakanantaralainBulldozerdanPowerScraper .<br />
<br />
<br />
D Kegunaan mineral Felsfar<br />
A. Bahan baku keramik Bakaran Tinggi<br />
Untuk keperluan bahan baku keramik bakaran tinggi diperlukan sebagai berikut :<br />
1.Feldspar.<br />
Sebagai bahan pelebur dengan titik lebur antara 1200 derajat Celcius sampai 1250 derajat Celcius serta untuk mengurangi plastisitas dan susut kering saat dilakukan pembakaran .<br />
2.Clay.<br />
Berfungsi sebagai plastizer dan bider bahan keramik dengan kandungan silika adalah 52 % dan alumina adalah 31 %.<br />
3.Pasirkwarsa .<br />
Berfungsi sebagai penambah kandungan silika dalam campuran agar dapat mengikat bahan penyusuk keramik.<br />
4.Batuporselindanglass.<br />
Berfungsi sebagai mempermudah penghancuran bahan yang masih berupa bongkahan dalam kogel molen.<br />
5.Air.<br />
Berfungsi untuk memperhalus bahan campuran glass dan memperkilatkan permukaan keramik.<br />
6. Kaolin.<br />
Berfungsi sebagai membantu mengurangi plastisitas serta memberikan warna putih pada keramik.<br />
Prosespembuatankeramiksebagaiberikut: <br />
Clay terlebih dahulu digiling sampai ukuran 50 # (mesh). Feldspar, kaolin dan pasir kwarsa dimasukkan ke dalam kogel molen dengan perbandingan berat 50 % : 40 % : 10 %.<br />
Ke dalam kogel molen kemudian dimasukkan air dan batu porselin kemudian diputar dengan kecepatan 25 Rpm. Untuk membuat campuran yang lebih homogen maka dengan bantuan kompressor, bahan dialirkan ke bak yang telah tersedia pengaduknya. Air dipisahkan dengan penyaring sedangkan padatannya dimasukkan ke filter prss selama 2 jam. Hasil ini disebut dengan "Cake" atau "mass body". Agar ikatan oksidanya semakin kuat maka mass body dipress lagi selama 3 hari dalam ruang pengerasan kemudian dimasukkan ke dalam " Vacuum Strength Press " agar terbebas dari air maupun udara. Langkah berikutnya adalah mass body dipotong-potong sesuai dengan keinginan kemudian dicetak dan dipanaskan. Hasilnya dapat dilakukan pengglasiran baik dengan model semprot maupun celupan.<br />
<br />
B. Pembuatan Gelas high Alumina.<br />
Proses pembuatan gelas high alumina adalah sebagai berikut :<br />
1.TahapPencampuran(mixing).<br />
Pencampuran bahan gelas di mixer hingga diperoleh campuran yang homogen.Komposisi pencampuran yang dinyatakan dalam % berat yaitu : <br />
SiO2 = 55% , Al2O3 = 15% , P2O3 = 8% , CaO = 21% dan Na2O = 1%.<br />
2.Tahappeleburan(Smelting).<br />
Peleburan dilakukan dalam tungku peleburan yang menghasilkan campuran gelas homogen , bersih , bebas gelembung dan bebas dari kristal yang tidak melebur . Tungku yang dipakai disebut dengan Tank Furnace.<br />
3.TahapPencetakan(Shaping).<br />
Proses pembentukan gelas dilakukan setelah hasil peleburan sudah homogen, tidak mengandung kristal dan gas . Temperatur pembentukan yang digunakan antara 800 derajat Celcius sampai 1100 derajat celcius melalui proses penekanan dan proses peniupan . Proses pembentukan harus dilakukan secara cepat dengan viskositas antar 10 4 sampai 10 8 poises sedangkan proses pendinginan harus dilakukan secara perlahan-lahan dengan tujuan agar diperoleh hasil yang baik dan berkwalitas .<br />
4.ProsesAnnealingdanFinishing.<br />
Proses annealing dilakukan setelah produk gelas terbentuk . Pada prinsipnya proses yang dilakukan untuk menghilangkan perbedaan tegangan produk yang telah dihasilkan dengan maksud agar gelas tidak mudah retak atau pecah . Pelaksanaan proses annealing dilakukan di dalam sebuah tunnel dengan temperatur antara 500 derajat Celcius sampai 600 derajat celcius selama kurang lebih 90 menit . Setelah gelas dihasilkan maka selanjutnya dengan proses finishing yang meliputi : pemotongan , penghalusan , pemolesan , pencucian dan pengepakan serta pemasaran.<br />
Setelah pekerjaan pembersihan lahan selesai dilakukan dilanjutkan dengan tahap berikutnya yaitu pengupasan lapisan tanah penutup sehingga endapan bahan galian yang selama ini sedikit tersingkap di permukaan menjadi tersingkap semua .<br />
Pekerjaan penambangan berikutnya adalah tahap penggalian terhadap endapan bahan galian Feldspar . Pekerjaan ini biasanya menggunakan peralatan mekanis yaitu Back Hoe. Penggalian bahan galian Feldspar mengikuti arah dan jalur atau strike and dip dari endapan Feldspar tersebut. Umumnya berupa batang tubuh atau mineralisasi dari batuan pegmatit yang dominan diisi oleh mineral Feldspar dan mineral mika.<br />
Penggalian endapan Feldspar ditujukan pada daerah-daerah yang menunjukkan adanya rekahan-rekahan dan batas proses pelapukan yang telah berlangsung dan batuan pegmatit dalam kondisi segar. Umumnya hasil penggalian oleh alat mekanis berupa Back Hoe adalah bongkahan - bongkahan berukuran besar, Sedang dengan diameter50cmsampaikecildengandiameter_20cm.<br />
Setelah pekerjaan penggalian selesai dilakukan maka tahap pekerjaan berikutnya adalah tahap pengangkutan hasil penggalian endapan bahan galian Feldspar. Peralatan Mekanis yang dipakai adalah Dump Truck. Pekerjaan pengangkutan dilakukan dengan adanya sinkronisasi alat muat dan alat angkut sehingga target produksi yang diinginkan dapat tercapai dan pekerjaan mencapai hasil yang optimal danefisien.<br />
Untuk pekerjaan penambangan yang dilakukan secara tradisional dengan melibatkan tenaga kerja manusia (padat karya), penggalian endapan bahan galian Feldspar umumnya dilakukan dan dimulai pada singkapan yang ada pada permukaan. Dengan menggunakan pahat dan linggis serta paku sebanyak kurang lebih 3 kg maka pada batang tubuh (mineralisasi) batuan pegmatit yang mengandung Feldspar dilakukan pembongkaran bagian retakan-retakan sehingga hasil penggalian yang diperoleh umumnya berupa bongkahan-bongkahan besar dan kecil tergantung perluasan daerah pelapukan. <br />
<br />
E.Potensi bahan galian <br />
<br />
Pembahasan mengenai evaluasi ekonomi terhadap bahan galian yang potensial dikembangkan dan dikelola secara optimal dimana keberadaannya tersebar di KabupatenTapanuliUtarameliputiantaralain :<br />
Kecamatan Gaya Baru Tarutung, Lintong Nihuta, Pahae Jae dan Pangaribuan. Disamping itu juga, beberapa Kecamatan lainnya mengandung bahan galian tambang seperti Kaolin dan Granit, cukup berpotensi untuk dikembangkan menjadi usaha pertambangan daerah pada masa-masa mendatang.<br />
Suatu bahan galian dapat dikatakan memiliki nilai ekonomis apabila bahan galian tersebut memiliki jumlah cadangan yang cukup besar, berkwalitas dan memiliki pemasaran yang cukup menggembirakan disamping memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia (SDM) dan teknologi untuk melaksanakan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi secara optimal.<br />
Bahan galian trass, Batugamping, Feldspar dan Belerang merupakan bahan galian yang perlu digalakkan pemakaiannya baik masa sekarang maupun masa mendatang terutama untuk bidang industri dan bangunan. Pada bidang industri, batu gamping banyak digunakan untuk industri semen, feldspar untuk keperluan industri kaca serta beletang digunakan untuk industri farmasi sedangkan trass untuk pemakian bahan baku pembuatan batako.<br />
F Analisa Ekonomi Dari Bahan Galian Feslfar<br />
Pemasaran suatu bahan galian sangat penting dan erat hubungannya dengan kelangsungan suatu usaha pertambangan daerah. Untuk pemasaran bahan galian trass dan batugamping diutamakan pada lingkup Kabupaten Tapanuli Utara dimana permintaan masih untuk kebutuhan sendiri antara lain untuk memenuhi industri pembuatan batako untuk trass dan bahan bangunan seperti bahan bangunan fondasi untuk batugamping sedangkan untuk bahan galian feldspar dan belerang, pemasaran lebih diutamakan di luar lingkup kabupaten. Hal yang terpenting adalah menjaga kwalitas dan kesinambungan dalam hal memenuhi permintaan dari konsumen.<br />
Dengan menjaga ke dua hal tersebut maka diharapkan bahan galian yang dipasarkan tersebut mampu bersaing dengan pengusaha bahan galian sejenis diluar Propinsi Sumatera Utara.<br />
Dengan memperhatikan kwalitas, jumlah cadangan , teknologi eksplorasi, peningkatan Sumber Daya Manusia dan pemasaran maka diharapkan dapat mengelola dan memanfaatkan potensi bahan galian yang ada sehingga akan memberikan nilai tambah bagi pendapatan Asli Daerah melaui pajak dan retribusi terhadap beberapa pengusaha tambang yang ada pada masa mendatang serta memberikan harapan mengenai lowongan pekerjaan bagi penduduk setempat dan penduduk pendatang lainnya di dalam mengembangkan dan memajukan suatu daerah yang selama ini roda pembangunannya kurang begitu menggembirakan. Salah satu indikasi terhadap kemajuan suatu daerah dapat diukur dengan banyak tumbuhnya suatu industri baik industri pertambangan, industri pertanian serta industri rumah tangga lainnya dalam skala kecil dan menengah.geology28http://www.blogger.com/profile/16021579897472187736noreply@blogger.com0